Jumat, 03 Februari 2023

MEMORI BOLA VOLI AL IRSYAD TEMPO DOELOE, DARI SURABAYA UNTUK INDONESIA (BAGIAN I)

Kenangan Amang Yamani (kanan – Narasumber) bersama Ruud Gullit

ALHAMDULILLAH, penulisan “Memori Pramuka Gudep 77 Al Irsyad Dari Surabaya Untuk Indonesia” sudah selesai. Karena Irsyadiyyin tempo doeloe, banyak mengukir prestasi dari berbagai bidang, maka alangkah sayangnya kalau prestasi tersebut tidak dibukukan juga. Mengingat masih minimnya dinamika perjalanan Al Irsyad, khususnya di Surabaya yang belum terdokumentasikan dengan baik dan ditambah dengan masih banyaknya pelaku sejarah yang masih ada, sehingga memudahkan untuk menulisnya.

Untuk itu kesempatan ini, penulis ingin mengangkat kiprah pelaku sejarah khususnya dalam bidang olahraga yaitu Bola Voli Al Irsyad Surabaya. Terimakasih kepada Bapak Amang Yamani, yang bersedia menjadi narasumber pertama. Kebetulan Pak Amang, demikian biasa disebut ini sampai menjadi pemain nasional bola voli dan sempat bertanding melawan klub bola voli dari Rusia.

Penulis sangat terbantu dengan artikel di Harian Memorandum yang terbit pada Rabu, 14 Oktober 1992, pada kolom Mantan Atlit yang ditulis oleh Samuel ru’ung. Dan berikut ini tulisan lengkapnya :

Mantan Atlit

Amang Yamani

Dulu Pebolavoli Berprestasi

Siapa menyangka jika Amang Yamani, salah seorang anggota Presidium klub Galatama Assyabaab Salim Grup Surabaya (ASGS) yang juga pengamat sepak bola dunia, merupakan mantan pebola voli nasional. Karena selain di kehidupan sehari hari sebagai seorang pengusaha, ia tak pernah menyinggung soal kegiatan bola voli. Sebaliknya yang lebih getol dibicarakan malah kompetisi sepak bola dunia yang notabene merupakan kegiatan olahraga terakbar dibandingkan cabang lainnya.

Amang yang mengaku dilahirkan di Surabaya, 9 Februari 1940 dan juga dibesarkan di Surabaya ini tidak mau lepas dengan cabang sepak bola. Hobinya tersebut pada awalnya disalurkan di klub anggota divisi utama Persebaya tertua, Assyabaab Amatir (1958 – 1960).

“Namun karena melihat resiko rekan-rekan saya yang bermain bola saat itu terlalu tinggi, saya disamping mendapat saran dari saudara saudara, mencari cabang olahraga lain yang kurang menanggung resiko. Jadilah saya sebagai pemain bola voli. Disamping olah raga ini juga diminati 6 saudara saya lainnya,” tuturnya.

Membuka kenangan sejak terjun di cabang bola voli, ia mengatakan pada awalnya sangat berkesan, karena dari tujuh bersaudara keluarga Yamani pernah tampil dalam satu tim dan mampu berlaga hingga tingkat pembantu Kodya Surabaya.

“Saat itu, memang kami 7 bersaudara memperkuat tim yang ada di tempat tinggal kami dalam turnamen antar daerah. Kami mampu berlaga hingga mewakili ke tingkat Kodya Surabaya. Diantara saudara saat itu yang kini juga masih berkiprah di olahraga seperti, Yunus Yamani yang kini menjadi pengurus PB Pelti dan Nizar Yamani yang kini menjadi dokter tim PSSI,” tambah Amang.

Karena memang ia memiliki bakat sebagai seorang pemain bola voli, apalagi dengan postur tubuh yang juga mendukung. Amang Yamani memulai karir terjun di bola voli di klub Al Irsyad (1961).

Setelah mengikuti beberapa turnamen dan terpilih dari IBVOS hingga ke tim nasional, nama Amang Yamani selama 3 tahun (1962 – 1965) mulai disegani sebagai bebola voli handal nasional Bersama rekan rekannya yang kini masih berkecimpung di bola voli nasional, seperti Yopie Hehanusa, Suharsono, Ferry Coa dan rekan seklubnya Hasan Jawwas.

Karena memang saat itu , nama tim Indonesia belum seberapa menonjol di tingkat internasional, pihaknya hanya tampil di beberapa turnamen. “Namun yang paling berkesan saat kami memperkuat tim nasional, yakni melakukan perlawatan ke Rusia (USSR). Karena saat itu, Rusia memang satu satunya negara yang menjadi kiblat bola voli dunia. Dan selama 8 kali uji coba di negara negara bagian Rusia, kami masih mencuri 4 kali kemenangan,” ungkapnya bangga.

Salah satu kendala yang membuat dirinya, harus mengundurkan diri sebagai pemain bola voli, yakni tuntutan sehari hari untuk mencari nafkah dengan membuka usaha dagang yang kini tetap ditekuni, diantaranya usaha jasa konstruksi dan pertokoan.

Namun hobi yang melekat dunia olahraga, khusus sepak bola tidak pernah lepas. Meski sudah tidak berkecimpung sebagai pemain, namun minat untuk mengamati sepak bola dunia yang baginya sangat menarik, tetap diamati hingga sekarang.

“Sejak berhenti sebagai pemain bola voli, saya menjadi pengamat sepak bola dunia yang bagi kami sangat menarik. Bahkan setiap berlangsung piala dunia tahun 1974 di Jerman hingga tahun 1990 lalu di Italia saya tak pernah absen untuk hadir dengan ditemani putri saya satu satunya, Samira Yamani”, paparnya.

Karena sudah sangat hobi berat akan dunia sepak bola khususnya kompetisi di negeri Belanda, Amang sudah bukan orang asing bagi KNVB (PSSI-nya Belanda). Sehingga ia selalu mendapatkan informasi lengkap sepak bola Belanda sepanjang tahun dan ia pasti akan mengikuti dengan mendapat kemudahan khusus baginya.

Mengomentari sepak bola nasional saat ini dibanding negara belahan bumi lainnya, menurut Amang harus banyak belajar. Namun dengan kedatangan Ivan Toplak untuk mengarsiteki sepak bola nasional, ia yakin kemajuan pesat sepak bola nasional akan datang akan terjangkau. “Itu pun harus didukung adanya disiplin tinggi bagi pengurus dan pemain untuk serius membantu mewujudkan keinginan itu,” papar Amang. (Samuel ru’ung)

Demikian artikel mantan atlit yang mengangkat Amang Yamani sebagai pebolavoli berprestasi nasional tempo doeloe yang lahir dari rahim Al Irsyad Surabaya. Harapan kami kepada pembaca setia, yang pernah berkiprah sebagai pebolavoli Al Irsyad Surabaya, dapat menghubungi penulis, guna berbagi cerita tentang sepak terjangnya termasuk kisah kisah yang mengikutinya.

Kisah para pelaku olahraga bola voli Al Irsyad Surabaya sangat berguna bagi Irsyadiyyin muda. Pengalaman bapak dan saudara akan lebih bermanfaat kalau ditulis. Sebab dengan itu, akan dibaca minimal oleh keluarga pemain dan umumnya adalah para pecinta olahraga bola voli.

Lebih dari itu semua adalah, Irsyadiyyin muda mengetahui dan memahami sejarah perjalanan Al Irsyad, khususnya di Surabaya . Karena hanya dengan mengetahui dan memahami sejarah, kita tidak akan mudah diombang ambingkan oleh pihak pihak yang tidak bertanggungjawab.

Insya-Allah pada tulisan berikutnya akan penulis angkat tulisan tentang bola voli Al Irsyad Surabaya dengan melibatkan narasumber : Thoriq Baya’sut, Moestofa Bazargan, Jamal Hayaza’ dan lainnya.

Memori bola voli ini menambah wawasan bagi Irsyadiyyin muda, akan kiprah para seniornya sebagai bentuk kecintaannya pada Al Irsyad. Karena bagaimanapun juga Al Irsyad tempo doeloe menjadi salah satu sarana mendidik dan mencetak generasi unggul, terampil dengan tetap berlandaskan pada nilai nilai agama Islam.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mampu membangkitkan emosional diantara kita untuk lebih peduli terhadap Al Irsyad.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan.

Narasumber : Amang Yamani 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar