Ternyata masih
ada cerita dan kiprah Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya lainnya yang perlu
diinformasikan ke khalayak ramai, disamping cerita pramuka pada edisi
sebelumnya. Alhamdulillah, penulis bersilaturrahim dengan Machmud Makarim, salah
satu pelaku pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, untuk berbagi cerita seputar
peran pramuka sebatas yang Machmud Makarim tau dan ikuti. Selasa, 29 November
2022.
Berikut ini
adalah informasi selengkapnya dari sudut pandang Machmud Makarim. Machmud
Makarim, pertama kali aktif di pramuka adalah ketika masih usia SD kelas 5. Dan
waktu itu masih masuk kelompok Siaga. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
Machmud Makarim, langsung ikut kemah di bumi perkemahan Polaman-Lawang,
Kabupaten Malang, yang berlangsung tanggal 31 Agustus s/d 4 September 1971
bersama kakak pembina, Abdul Aziz Allan dan Farid Bahalwan.
Perjalanan
dimulai dari Stasiun Semut menuju Stasiun Lawang. Kemudian dari Stasiun Lawang
berjalan kaki ke Polaman. “Kami memilih mendirikan tenda di atas perbukitan dan
di bawah tenda ada kolam dan di seberangnya ada warung yang berjualan makanan.
Namun kami oleh pembina dilarang untuk membeli makanan/jajan. Dan untuk
memastikan itu (larangan tidak boleh jajan), selaku kakak pembina, Abdul Aziz
Allan mengawasi langsung. Peserta kemah dari Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad
Surabaya adalah : Saya (Machmud Makarim), Abdul Aziz Hamedan, Ismail Baktir,
Jasmadi, Bambang Mulyanto dan kawan-kawan”, kenang Machmud Makarim.
Machmud
Makarim juga menambahkan, “Ada cerita menarik, ketika kita kemah di Polaman
Lawang yang ada aturan tidak boleh membeli jajan, tiba-tiba orang tua Farhad
Baisa datang dan membawa roti dalam jumlah banyak. Akhirnya kita makan
rame-rame dan anak-anak bilang ke Farhad, bilango ke umikmu, sering-sering
datang dan membawa roti ke perkemahan. Melihat hal itu, kakak pembina, Abdul
Aziz Allan yang semula melarang, tidak bisa berkutik melihat pemandangan itu
(makan rame-rame). Termasuk kak Amin Basyaeb yang sudah masak, akhirnya nasinya
tidak laku, membuat Amin Basyaeb kecewa. Kakak senior yang ikut adalah : Geys
Bin Muchsin Alchotib, Farhad Baisa, Aufa Bahalwan, Amin Basyaeb, Saleh
Basymeleh, Fauzi Bin Mahfud, Ahmad (Bambang) Bahadiq dan kawan-kawan. Berhubung
kita masih SD, umur siaga, maka acaranya hanya nyanyi-nyanyi saja. Tidak berat,
belum ada pendakian.”
Selain itu,
masih menurut Machmud Makarim, dia (Machmud Makarim), Jasmadi, Bambang
Mulyanto, Wajdi Alamudi dan kawan-kawan ikut Persami di sekolah Al-Irsyad, Jl. Danakarya
No. 46 Surabaya sekitar tahun 1973. Acara yang menarik, penuh tantangan
sekaligus cermat dalam memanfaatkan waktu. Bentuk acaranya adalah Jurit Malam.
Jalan kaki dari perkemahan di Al-Irsyad Surabaya menuju pemakaman Pegirian
Surabaya. Dengan memakai lampu lentera. Oleh kakak pembina, minyak yang
diisikan di lampu lentera sudah diukur, yaitu sampai di area pemakaman minyaknya
habis, yang secara otomatis lampu akan mati. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mencari nasi bungkus yang terlebih dahulu sudah disiapkan oleh senior. Menurut
informasinya, nasi bungkus tersebut ada yang diikat di pohon, ada yang di semak-semak,
bahkan ada pula yang diletakkan di tempat yang orang tidak mungkin mencarinya.
Ini semacam tanda tapak dan ada petunjuk agar kita tidak kehilangan arah.
Kesemua tahapan tersebut diberi waktu 30 menit. Dan setelah menemukan nasi,
langsung dibawa kembali ke Al-Irsyad serta melaporkan kepada kakak pembina,
kemudian makan bersama-sama. Kegiatan ini merupakan kegiatan siaga untuk
kenaikan ke penggalang.
Machmud Makarim menambahkan ceritanya,
kenangan yang menarik adalah saat membantu menyeberangkan anak-anak sekolah
Al-Irsyad secara bergiliran dengan tetap memakai seragam pramuka. Ada dua pintu
yaitu pintu besar (di barat) dan pintu kecil (di timur) di Jalan Danakarya,
lalu lintasnya cukup ramai. Anak-anak pramuka bertugas mulai pukul 06.30 pagi
dan juga menjelang pulang sekolah. Maklum saat itu belum ada petugas yang
menyeberangkan anak-anak sekolah.
Machmud Makarim juga terkenang dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Umar Hubeisy kepada anak-anak, “Kalian jangan nongkrong di jalan. Lebih baik kembali ke Al-Irsyad. Isi kegiatanmu dengan hal yang positif.” Bahkan untuk memberi support, Ustadz Umar Hubeisy sering datang di sore hari guna melihat sekaligus membangkitkan semangat. Kebetulan saat itu di Al-Irsyad Surabaya ada kegiatan Bola Voli, Boxer, Karate, Perpustakaan dan lain-lain. Seperti itulah kegiatan pramuka masa itu, sangat menyenangkan dan mengisi kegiatan-kegiatan yang positif. (Bersambung)
Ditulis oleh : Washil Bahalwan
Narasumber : Machmud Makarim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar