(Sambungan)
Jambore di Bumimoro Surabaya tahun 1974
meninggalkan kenangan tersendiri bagi Machmud Makarim. Hal ini dikarenakan
Machmud Makarim bersama Jasmadi lolos seleksi yang dilakukan oleh kakak
pembina, Abdul Aziz Allan. “Untuk mengikuti Jambore Bumimoro ini, melalui
proses yang sangat ketat dan saya (Machmud Makarim) umurnya yang paling kecil
diantara peserta seleksi Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya”, kenang Machmud Makarim.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah SKU dan keterampilan
lainnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, dan Alhamdulillah, Machmud,
demikian biasa dipanggil, hafal materi-materi yang ada dalam SKU.
Pada pelaksanaan Jambore Bumimoro, diikuti
oleh beberapa regu se-Kotamadya Surabaya, termasuk Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad
Surabaya. Dari beberapa lomba yang diadakan, antara lain : pengetahuan tentang
pramuka, kecakapan dan ketangkasan, sketsa dan lainnya. Dan berdasarkan
penilaian dewan juri, Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya ditetapkan sebagai
Juara I. Hal ini dikarenakan persiapan yang matang dan keterampilan yang sudah
teruji. Untuk itu kepada seluruh anggota regu Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya
mendapatkan Piagam sebagai Juara I yang ditandatangani oleh Ketua Kwartir
Cabang Kotamadya Surabaya, Letkol S. Soeratman. Penulis salut, karena Piagam
Jambore Bumimoro yang berlangsung 1974, berarti 48 tahun yang lalu, masih tersimpan
dengan rapi oleh Machmud Makarim. Karena menjadi Juara I, maka Gudep 77 Pramuka
Al-Irsyad Surabaya mendapat reward / penghargaan dari Kwarcab Surabaya untuk
ikut serta dalam Pawai HUT Pramuka tanggal 14 Agustus 1974 di Monas Jakarta dan
Machmud Makarim menjadi salah satu peserta pawai HUT Pramuka tersebut.
Kemudian tahun 1975, Machmud Makarim ikut
perkemahan yang kedua di Polaman, Kabupaten Malang (Perkemahan I di Polaman
Kabupaten Malang berlangsung tahun 1971). Masih menurut Machmud, kita
mendirikan dua tenda dan acaranya seperti umumnya perkemahan yaitu Jurit Malam,
Slepen, Penjelajahan dan lain-lain. Peserta yang ikut perkemahan kedua di
Polaman Kabupaten Malang adalah : Machmud Makarim, Amin Basymeleh, Abdul Aziz
Hamedan, Ismail Baktir, Mohammad Fad’aq, dan kawan-kawan. Seperti umumnya,
tujuan perkemahan ini adalah untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan serta
ketangkasan selama latihan. Disamping itu juga melatih kerjasama, tanggungjawab
dan kemandirian. Alhamdulillah perkemahan tersebut berjalan dengan lancar.
Ketika usia SMA, Pramuka Penggalang, tahun
1976, Machmud Makarim ikut perkemahan dengan membawa regu yang secara otomatis
menjadi tanggungjawabnya ke Songgoriti, Kabupaten Malang untuk ambil BADGE
KELANA, dengan peserta : Machmud Makarim, Amin Basymeleh, Abdul Aziz Hamedan,
Ismail Baktir, Mohammad Fad’aq, Tamyis dan kawan-kawan.
“Kita datang di perkemahan sekitar jam 4
sore, lalu mendirikan tenda. Alhamdulillah, Maghrib sudah selesai. Tiba-tiba,
kakak pembina, Abdul Aziz Allan datang habis Isya’ dan setelah makan malam
memberikan pengarahan. Intinya waspadalah, nanti malam akan ada sesuatu.
Setelah itu, kakak pembina pergi entah kemana,” tutur Machmud Makarim.
Mendengar hal itu, Machmud Makarim
langsung melakukan langkah-langkah, diantaranya adalah mengatur petugas piket
secara bergiliran, setiap tiga jam ada pergantian piket. Setelah diamati oleh
Machmud Makarim, ternyata tidak ada apa-apa, aman-aman saja. Tiba-tiba jam dua
belas malam, dikejutkan dengan datangnya kakak pembina, Abdul Aziz Allan,
langsung semua anggota disuruh renang di kolam renang sebagai uji mental dan
ketangkasan. Karena udara yang dingin, sampai-sampai Tamyis kakinya kram dan
tidak dapat digerakkan. Melihat hal itu, Machmud Makarim menyampaikan kepada
kakak pembina tentang kakinya Tamyis yang kram. “Lho saya gak tahu, kan kamu
ketua regunya sekaligus penanggungjawabnya”, demikian jawaban kakak pembina
dengan enteng setelah mendapatkan laporan dari Machmud Makarim. Karena ketakutan
dan agar tidak terjadi apa-apa, maka Machmud Makarim membawanya ke rumah sakit
terdekat. Dan setelah diperiksa dokter, ternyata tidak membahayakan, hanya kram
saja, mungkin karena kurang pemanasan. Tamyis ketakutan dan minta pulang saja,
karena ingat ibunya, antara menggerutu dan rasa tanggungjawab. “Waduh, njaluk
moleh.” Akhirnya jam tiga pagi diantarlah Tamyis pulang ke rumahnya di Kalimas
Hilir Surabaya naik angkot. Selepas itu, Machmud Makarim langsung kembali ke Songgoriti.
Setelah tiga hari di perkemahan, kakak pembina,
Abdul Aziz Allan datang lagi ke tenda dan semua anggota regu dikumpulkan.
Berdasarkan pengamatan dari pembina dan beberapa ujian yang dilaksanakan,
semuanya berjalan dengan baik. Maka kita semua dinyatakan lulus dan berhak
mendapatkan BADGE KELANA. “Merupakan kebanggaan tersendiri mendapatkan Badge
Kelana”, kata Machmud Makarim.
Sebelum mengakhiri berbagi cerita, penulis
bertanya kepada Machmud Makarim, “Kesan apa yang diperoleh saat aktif di
kegiatan pramuka ?” Machmud pun menjawab, “Ternyata apa yang kita pelajari di pramuka,
manfaatnya sangat banyak untuk kehidupan.” Sambung Machmud, kenangan menarik
yang sulit dilupakan adalah :
• Kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi
dari pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di pramuka.
• Kemandirian, tidak bergantung pada orang
lain serta keberanian memutuskan sendiri setiap kondisi yang dihadapi, baik
keadaan longgar maupun kepepet telah ditanamkan dalam pramuka.
• Kita juga diajarkan tentang berbagai
macam daun dan kotoran hewan. Kita diedukasi tentang daun, apalagi pramuka
sering kemah di hutan. Akhirnya kita menjadi faham daun mana yang boleh dan
tidak boleh dikonsumsi. Termasuk edukasi tentang kotoran hewan. Ini memberikan
kewaspadaan, ketika di sekitar perkemahan ada kotoran binatang buas, misalnya.
Maka kita harus hati-hati dan waspada.
• Karena kita sekolah di Al-Irsyad, maka selain bekal pengetahuan dan keterampilan, kita juga ditanamkan bekal agama dan akhlak, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Termasuk ikut kajian di Aula Al-Irsyad yang diasuh oleh : Ustadz Cholid Abri, Ustadz Muhammad Mukhoddam dan Ustadz Awad Ubaid, sehabis Sholat Maghrib.
Di akhir perbincangan, penulis bertanya,
“Apa harapan untuk generasi muda ?” Kemudian Machmud Makarim mengatakan ingin
agar pramuka diaktifkan kembali di sekolah-sekolah termasuk Al-Irsyad. “Kita
dahulu latihan setiap hari Ahad mulai jam 7 – 9 pagi dan hasilnya sangat terasa
sekali, utamanya dalam kehidupan bermasyarakat.”
Berikut penulis sampaikan biografi
Narasumber (Machmud Makarim) sebagai berikut : SD dan SMP di Al-Irsyad
Surabaya, SMA Negeri 6 Surabaya dan kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) Jurusan
Cinematografi. Tahun 1980 Machmud Makarim sudah tidak aktif lagi di pramuka,
tetapi fokus di Drumband Pramuka Al-Irsyad Surabaya.
Demikian bincang santai dengan narasumber.
Banyak pelajaran yang dapat dipelajari. Diantaranya adalah berlatih
sungguh-sungguh dalam hal apapun sangat menentukan hasil akhirnya. Sikap
kerjasama dan waspada terhadap situasi dan kondisi mutlak diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari perjalanan
cerita di atas, guna bekal menapak kehidupan mendatang. Aamiin.
Ditulis oleh : Washil Bahalwan
Narasumber : Machmud Makarim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar