Rabu, 14 Desember 2022

PRAMUKA & KESELAMATAN ANAK SEKOLAH (BAGIAN XXXIV)

(Sambungan)

Kenangan setelah Jambore di Bumimoro Surabaya Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya, keluar sebagai Juara I, April 1974
Lokasi : Perguruan Al-Irsyad Surabaya
Dari kiri ke kanan : Aufa Bahalwan, Jasmadi, Samsul Munir, Machmud Makarim (Narasumber – tanda panah merah), Hasan Ali Albugis
Barisan belakang (berdiri dari kiri ke kanan) : Helmi Syamlan (pegang vandel), Saleh Basymeleh, Geys Bin Muchsin Alchotib, dan Fauzi Bin Mahfud

Jambore di Bumimoro Surabaya tahun 1974 meninggalkan kenangan tersendiri bagi Machmud Makarim. Hal ini dikarenakan Machmud Makarim bersama Jasmadi lolos seleksi yang dilakukan oleh kakak pembina, Abdul Aziz Allan. “Untuk mengikuti Jambore Bumimoro ini, melalui proses yang sangat ketat dan saya (Machmud Makarim) umurnya yang paling kecil diantara peserta seleksi Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya”, kenang Machmud Makarim. Beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah SKU dan keterampilan lainnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, dan Alhamdulillah, Machmud, demikian biasa dipanggil, hafal materi-materi yang ada dalam SKU.

Pada pelaksanaan Jambore Bumimoro, diikuti oleh beberapa regu se-Kotamadya Surabaya, termasuk Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya. Dari beberapa lomba yang diadakan, antara lain : pengetahuan tentang pramuka, kecakapan dan ketangkasan, sketsa dan lainnya. Dan berdasarkan penilaian dewan juri, Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya ditetapkan sebagai Juara I. Hal ini dikarenakan persiapan yang matang dan keterampilan yang sudah teruji. Untuk itu kepada seluruh anggota regu Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya mendapatkan Piagam sebagai Juara I yang ditandatangani oleh Ketua Kwartir Cabang Kotamadya Surabaya, Letkol S. Soeratman. Penulis salut, karena Piagam Jambore Bumimoro yang berlangsung 1974, berarti 48 tahun yang lalu, masih tersimpan dengan rapi oleh Machmud Makarim. Karena menjadi Juara I, maka Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya mendapat reward / penghargaan dari Kwarcab Surabaya untuk ikut serta dalam Pawai HUT Pramuka tanggal 14 Agustus 1974 di Monas Jakarta dan Machmud Makarim menjadi salah satu peserta pawai HUT Pramuka tersebut.

Inilah salah satu Piagam Penghargaan dari Kwarcab Surabaya, atas prestasi Gudep 77 sebagai Juara I Jambore Bumimoro tahun 1974

Kemudian tahun 1975, Machmud Makarim ikut perkemahan yang kedua di Polaman, Kabupaten Malang (Perkemahan I di Polaman Kabupaten Malang berlangsung tahun 1971). Masih menurut Machmud, kita mendirikan dua tenda dan acaranya seperti umumnya perkemahan yaitu Jurit Malam, Slepen, Penjelajahan dan lain-lain. Peserta yang ikut perkemahan kedua di Polaman Kabupaten Malang adalah : Machmud Makarim, Amin Basymeleh, Abdul Aziz Hamedan, Ismail Baktir, Mohammad Fad’aq, dan kawan-kawan. Seperti umumnya, tujuan perkemahan ini adalah untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan serta ketangkasan selama latihan. Disamping itu juga melatih kerjasama, tanggungjawab dan kemandirian. Alhamdulillah perkemahan tersebut berjalan dengan lancar.

Ketika usia SMA, Pramuka Penggalang, tahun 1976, Machmud Makarim ikut perkemahan dengan membawa regu yang secara otomatis menjadi tanggungjawabnya ke Songgoriti, Kabupaten Malang untuk ambil BADGE KELANA, dengan peserta : Machmud Makarim, Amin Basymeleh, Abdul Aziz Hamedan, Ismail Baktir, Mohammad Fad’aq, Tamyis dan kawan-kawan.

“Kita datang di perkemahan sekitar jam 4 sore, lalu mendirikan tenda. Alhamdulillah, Maghrib sudah selesai. Tiba-tiba, kakak pembina, Abdul Aziz Allan datang habis Isya’ dan setelah makan malam memberikan pengarahan. Intinya waspadalah, nanti malam akan ada sesuatu. Setelah itu, kakak pembina pergi entah kemana,” tutur Machmud Makarim.

Mendengar hal itu, Machmud Makarim langsung melakukan langkah-langkah, diantaranya adalah mengatur petugas piket secara bergiliran, setiap tiga jam ada pergantian piket. Setelah diamati oleh Machmud Makarim, ternyata tidak ada apa-apa, aman-aman saja. Tiba-tiba jam dua belas malam, dikejutkan dengan datangnya kakak pembina, Abdul Aziz Allan, langsung semua anggota disuruh renang di kolam renang sebagai uji mental dan ketangkasan. Karena udara yang dingin, sampai-sampai Tamyis kakinya kram dan tidak dapat digerakkan. Melihat hal itu, Machmud Makarim menyampaikan kepada kakak pembina tentang kakinya Tamyis yang kram. “Lho saya gak tahu, kan kamu ketua regunya sekaligus penanggungjawabnya”, demikian jawaban kakak pembina dengan enteng setelah mendapatkan laporan dari Machmud Makarim. Karena ketakutan dan agar tidak terjadi apa-apa, maka Machmud Makarim membawanya ke rumah sakit terdekat. Dan setelah diperiksa dokter, ternyata tidak membahayakan, hanya kram saja, mungkin karena kurang pemanasan. Tamyis ketakutan dan minta pulang saja, karena ingat ibunya, antara menggerutu dan rasa tanggungjawab. “Waduh, njaluk moleh.” Akhirnya jam tiga pagi diantarlah Tamyis pulang ke rumahnya di Kalimas Hilir Surabaya naik angkot. Selepas itu, Machmud Makarim langsung kembali ke Songgoriti.

Setelah tiga hari di perkemahan, kakak pembina, Abdul Aziz Allan datang lagi ke tenda dan semua anggota regu dikumpulkan. Berdasarkan pengamatan dari pembina dan beberapa ujian yang dilaksanakan, semuanya berjalan dengan baik. Maka kita semua dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan BADGE KELANA. “Merupakan kebanggaan tersendiri mendapatkan Badge Kelana”, kata Machmud Makarim.

Sebelum mengakhiri berbagi cerita, penulis bertanya kepada Machmud Makarim, “Kesan apa yang diperoleh saat aktif di kegiatan pramuka ?” Machmud pun menjawab, “Ternyata apa yang kita pelajari di pramuka, manfaatnya sangat banyak untuk kehidupan.” Sambung Machmud, kenangan menarik yang sulit dilupakan adalah :

• Kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi dari pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di pramuka.

• Kemandirian, tidak bergantung pada orang lain serta keberanian memutuskan sendiri setiap kondisi yang dihadapi, baik keadaan longgar maupun kepepet telah ditanamkan dalam pramuka.

• Kita juga diajarkan tentang berbagai macam daun dan kotoran hewan. Kita diedukasi tentang daun, apalagi pramuka sering kemah di hutan. Akhirnya kita menjadi faham daun mana yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Termasuk edukasi tentang kotoran hewan. Ini memberikan kewaspadaan, ketika di sekitar perkemahan ada kotoran binatang buas, misalnya. Maka kita harus hati-hati dan waspada.

• Karena kita sekolah di Al-Irsyad, maka selain bekal pengetahuan dan keterampilan, kita juga ditanamkan bekal agama dan akhlak, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Termasuk ikut kajian di Aula Al-Irsyad yang diasuh oleh : Ustadz Cholid Abri, Ustadz Muhammad Mukhoddam dan Ustadz Awad Ubaid, sehabis Sholat Maghrib.


Perguruan Al Irsyad Surabaya Tempo Doeloe. Suasana depan Aula Al-Irsyad. Di depan Aula inilah dulu selalu ada kegiatan pramuka hari Ahad pagi. Setelah Sholat Maghrib, di Aula ini ada kajian yang diasuh oleh Ustadz Kholid Abri, Ustadz Muhammad Mukhoddam dan Ustadz Awad Ubaid

Di akhir perbincangan, penulis bertanya, “Apa harapan untuk generasi muda ?” Kemudian Machmud Makarim mengatakan ingin agar pramuka diaktifkan kembali di sekolah-sekolah termasuk Al-Irsyad. “Kita dahulu latihan setiap hari Ahad mulai jam 7 – 9 pagi dan hasilnya sangat terasa sekali, utamanya dalam kehidupan bermasyarakat.”

Berikut penulis sampaikan biografi Narasumber (Machmud Makarim) sebagai berikut : SD dan SMP di Al-Irsyad Surabaya, SMA Negeri 6 Surabaya dan kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) Jurusan Cinematografi. Tahun 1980 Machmud Makarim sudah tidak aktif lagi di pramuka, tetapi fokus di Drumband Pramuka Al-Irsyad Surabaya.

Demikian bincang santai dengan narasumber. Banyak pelajaran yang dapat dipelajari. Diantaranya adalah berlatih sungguh-sungguh dalam hal apapun sangat menentukan hasil akhirnya. Sikap kerjasama dan waspada terhadap situasi dan kondisi mutlak diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari perjalanan cerita di atas, guna bekal menapak kehidupan mendatang. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber : Machmud Makarim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar