Selasa, 06 Desember 2022

BELAJAR DARI PRAMUKA SIAP MENGHADAPI TANTANGAN (BAGIAN XXXII)

Sekolah Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe
Kegiatan Pramuka di halaman depan Sekolah Al-Irsyad Surabaya
Sebelah kiri nampak Bus ROBUR. Bus inilah yang mengantarkan kegiatan Kepramukaan Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya sekaligus menjadi saksi sejarah dalam dinamika Pramuka Al-Irsyad Surabaya.

NEW JERSY USA. Group WA anggota IKAPAS (Ikatan Alumni Pramuka, Drumband dan Pelajar Al Irsyad Surabaya) sebagai sarana silaturrahim diantara sesama anggota, Alhamdulillah masih eksis, walaupun masih perlu ditingkatkan perannya sebagai bagian dari upaya memberdayakan anggota IKAPAS (Ikatan Alumni Pramuka, Drumband dan Pelajar Al Irsyad Surabaya). Kesempatan kali ini, ada salah satu alumni Gudep 77 Pramuka. Al-Irsyad Surabaya yang tinggal di New Jersy USA, beliau Bernama JAMAL HAYAZA. Ketika menjenguk keluarganya di Surabaya, beliau sempatkan bersilaturrahim dengan penulis, Jum’at, 11 November 2022 untuk bincang-bincang tentang pengalamannya ketika aktif di Pramuka, Drumband dan Bola Voli Al-Irsyad Surabaya. Berikut ini pengalaman – pengalaman yang disampaikan kepada penulis

Jamal Hayaza, aktif di Pramuka, Drumband dan Bola Voli di Al-Irsyad Surabaya sejak tahun 1972. Aktifitasnya di bidang Drumband Al-Irsyad dimulai ketika mendapat undangan dari PT. Petrokimia Gresik dalam acara peresmian PT. Petrokimia Gresik. PT. Petrokimia Gresik diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto, 10 Juli 1972. PT. Pertrokimia menempati area lebih dari 450 hektar di Kabupaten Gresik. Karena itu setiap tanggal 10 Juli ditetapkan sebagai hari jadi PT. Petrokimia Grersik. (Sumber : https://Petrokimiagresik.com.page)

Menurut Jamal Hayaza, ketika berangkat ke Gresik, kita naik bus ROBUR yang dikemudikan oleh Abdurrahman (Amang Bahala). Saat itu Jamal pegang Snar Drum dengan Drum Major, Wajdi Alamudi. Kemudian dilanjutkan dengan pawai di Kota Gresik malam hari. Stok Master kita waktu itu pakai lampu yang menggunakan baterai. Karena tampil malam hari, pemandangannya nampak indah dan menarik. Apalagi saat itu kita memakai seragam Pramuka, kelihatan gagah dan berwibawa. Tahun 1979, Jamal Hayaza menjadi pemain Drumband yang tampil dalam Kejurda Jatim di Gelora 10 Nopember Tambak Sari Surabaya, pegang Snar Drum. Jamal mengatakan, “Nasib baik belum berpihak kepada Drumband Pramuka Al-Irsyad, kita kalah. Walaupun mengalami kekalahan dalam momen Kejurda, akan tetapi jajaran pemain, pelatih dan pengurus tidak putus asa. Tetap berlatih serius, koreksi kekurangan dalam Kejurda, sehingga dimasa datang dapat tampil lebih maksimal lagi.”

Selain aktif di Drumband, Jamal Hayaza, juga aktif sebagai anggota Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Ketika mengikuti Persami di lapangan belakang sekolah Al-Irsyad Surabaya tahun 1972, suasananya menyenangkan dan juga menakutkan. Maklum Pramuka memang begitu.

“Peserta yang ikut Persami dalam acara tersebut adalah : Saya (Jamal Hayaza), Fuad Baswedan, Yunus Martak, Jamal Basymeleh, Farid martak, Machmud Makarim, Wajdi Alamudi, Yunus Baswedan, Gasim Baladraf (sekarang tinggal di Belanda). Ada beberapa acara yang sudah disusun oleh Pembina. Kebetulan Faisal Bin Thalib yang bertindak sebagai komando acara, menyampaikan bahwa acara yang pertama adalah Jurit Malam. Pertama kali peserta dikumpulkan di Aula untuk diberi pengarahan oleh kakak Pembina, Abdul Aziz Allan. Acaranya meliputi tanda tapak, sandi morse dan permainan ketangkasan lainnya. Termasuk juga disampaikan hal-hal yang menyeramkan (pocong, dan lain-lain)”, kenang Jamal Hayaza. Dari pengarahan tersebut, sebagian anak-anak ada yang mengundurkan diri karena ketakutan. Sedang yang menguji adalah para senior (anak-anak penggalang). Diantara pengujinya saat itu adalah : Geys Bin Muchsin Alchotib, Aufa Bahalwan, Saleh Basymeleh, Said Basymeleh, Novel Bobsaid, Oscar Bobsaid, Farhad Baisa, Saugi Allan dan lainnya. Ini adalah acara siaga yang akan naik tingkat ke penggalang.

Masih acara pertama, di lapangan belakang, kita sudah buka tenda dan beregu. Anak-anak start dari Aula menyusuri kelas bagian timur menuju utara, kemudian belok kiri ke arah barat. Di tengah perjalanan sebelah kanan ada keranda dan ada semacam pocong yang tidur di dalam keranda, yang tujuannya adalah untuk menakut-nakuti peserta jurit malam. Nampak di atas pohon tembesi (sayang sekarang sudah ditebang) ada pocong berdiri di pohon dengan suara hantu yang menyeramkan dari kaset yang sudah dipersiapkan. Sebagian anak ada yang pingsan melihat pocong di atas pohon itu. Kemudian lanjut ke barat menuju area pemotongan hewan kurban. Karena suasana gelap, maka peserta jurit malam menyusuri kegiatan tersebut dengan membawa lampu lentera yang bahan bakarnya minyak tanah. Selanjutnya terus berjalan menuju selatan ke arah pintu keluar di belakang kelas. Di ujung pintu keluar itulah ditemukan surat.

“Dan Ketika saya (Jamal) mau mengambil surat, tiba-tiba spontan lenteranya mati. Memang oleh panitia sudah diatur sedemikian rupa yaitu minyaknya diberi sedikit, diperkirakan ketika sampai di tempat ditemukannya surat, lampunya mati, karena minyaknya memang habis. Melihat kejadian itu, si penguji, Geys Bin Muchsin Alchotib dan Farhad Baisa ketawa. Akhirnya berdasarkan penilaian penguji, maka yang dinyatakan lolos dan mendapatkan emblem BADGE GAMBAR KUCING adalah saya (Jamal) dan Fuad Baswedan. Dan perlu diketahui, bahwa selama acara Jurit malam berlangsung, meteran PLN dimatikan. Jadi suasananya betul-betul gelap gulita dan menyeramkan”, kenang Jamal Hayaza.

Setelah acara Jurit Malam selesai, lampu dinyalakan dan dijelaskan, bahwa kegiatan ini hanya permainan belaka. Pocong yang di keranda itu adalah Saugi Allan dan pocong yang di atas pohon adalah Novel Bobsaid.


Perguruan Al-Irsyad Surabaya Tempo Dulu.
Pemandangan Halaman Belakang Perguruan Al-Irsyad Jl. Danakarya No. 46 Surabaya
Di halaman inilah kala itu Pramuka Gudep 77 selalu beraktifitas setiap hari Ahad pagi dan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu)

 Pada acara kedua ini, titik beratnya adalah melatih kewaspadaan terhadap barang bawaan di tenda dengan permainan SLEPEN. Ada cerita lucu dan menarik. “Ada kesalahpahaman antara anak Yunior dan Senior. Bermula dari anak senior meniup peluit sebagai tanda berkumpul. Secepat itu anak Yunior mendatangi pembina dan ada satu anak yang masih tinggal di tenda. Dalam waktu yang bersamaan, datanglah anak senior yang ingin mengambil barang-barang milik anak Yunior. Karena menurut mereka (senior) itu tanda mulai slepen. Akhirnya tidak dapat dihindari suasana menjadi kacau. Saling dorong antara Yunior dan senior yang berakibat ada senior yang sampai terjatuh. Akhirnya kita semua mendapat hukuman. Rakse. kok bisa. Kalau ingat kejadian itu, kita kena prank / tipu”, kenang Jamal Hayaza sambil ketawa,

Machmud Makarim, salah satu peserta yunior mengatakan, “Memang anak-anak Yunior emosi, hal ini dikarenakan lapar. Baru pertama kali ikut camping, belum bisa masak nasi, sehingga terbawa emosi.”

Selain Pramuka dan Drumband, ternyata Jamal Hayaza juga pemain bola voli Al-Irsyad Surabaya. Beberapa pemain bola voli yang seangkatan dengan Jamal adalah : Yunus Mahri, Abdillah (Dila Ba’adillah), Fuad Syamlan (akhirnya menjadi Pemain Nasional), Usman Bobsaid, Zainal Abidin, Jamal Attamimi, Said Hayaza, Munif Baya’sut dan beberapa orang lainnya. Untuk mengukur hasil selama latihan, kita melakukan pertandingan persahabatan dengan tim dari Bangkalan, Bondowoso, Besuki, termasuk pertandingan antar club / badan. “Saat itu club bola voli yang terkenal di Surabaya selain Al-Irsyad adalah VIO, karena disitu ada Fauzi Bin Thalib, EAGEL, PERVIK”, kenang Jamal Hayaza. Jamal juga ingin mengikuti jejak AMANG YAMANI dan HASAN JAWWAS untuk menjadi Pemain Nasional Bola Voli. Sebagai informasi, Amang Yamani dan Hasan Jawwas ini pernah menjadi delegasi olahraga Indonesia ke Uni Soviet tahun 1964.

Kala itu Al-Irsyad benar-benar memfasilitasi bakat anak-anak. Hal itu terbukti adanya TROPOKAL untuk menyimpan alat-alat Drumband dan Pramuka. Selain itu ada ruangan untuk menyimpan peralatan voli di Poliklinik Al-Irsyad di ruang samping, Jl. Danakarya No. 46 Surabaya (sekarang Gedung SMP Al-Irsyad putra). Di ruang bola voli itu ada lukisan besar, gambar orang smash bola voli yang indah menunjukkan ruangan bola voli.

Perguruan Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe. Gedung samping SMP Putra sebelah kanan. Gedung SMP inilah dulu tempat Poliklinik dan Ruang Bola Voli Al-Irsyad Surabaya, Jl. Danakarya No. 46 Surabaya.

Di sela-sela bercerita, penulis bertanya, “Bagaimana sikap orang tua yang anaknya aktif di kegiatan Al-Irsyad Surabaya ?”

Berikut Jamal Hayaza menuturkan, “Sangat mendukung. Jaman dulu, Al-Irsyad sangat menyenangkan dan membuat orang betah untuk bermain di Al-Irsyad. Intinya senang dan bangga. Karena di Al-Irsyad diberikan fasilitas untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Sehingga anak-anak dulu tersalurkan minat dan bakatnya pada hal-hal yang positif. Selain itu juga ada kegiatan bimbingan belajar”. Jamal dulu juga aktif di Pemuda-Pelajar bidang dakwah yang digerakkan oleh Abdillah Juned Bawazeer terutama kegiatan keagamaan, antara lain : Sholat Tarawih, Idul Fitri, Idul Adha. Banyak anak-anak yang aktif di kegiatan Pramuka, Drumband dan Bola Voli diterima di PTN. Alhamdulillah termasuk saya (Jamal). Dulu saya sekolah di SD di Al-Irsyad, SMPN 7, SMAN 2 dan kuliah di UNS Surakarta lulus program S-1 Jurusan Agronomi Pertanian.”

Kebetulan rumah Jamal Hayaza tidak jauh dengan Al-Irsyad yaitu di Jl. Laksda M. Nasir no. 10, Perak - Surabaya (dulu bernama Jl. Tanjung Priok No. 10). Sekarang bertempat tinggal di Perum YKP Rungkut Surabaya.

Setelah lulus kuliah, bekerja di Saudi Arabia dan tahun 2002 bekerja di New Jersy USA sampai sekarang. Mengakhiri perbincangan, penulis bertanya, “Apa kesan dan pesan untuk generasi sekarang ?” Lalu, Jamal menjawab, “Kesannya pokoknya dahulu menyenangkan sekali beraktifitas di Al-Irsyad. Al-Irsyad bagaikan rumah kedua. Pesannya yaitu kembalikan Al-Irsyad seperti jaman dulu lagi. Al-Irsyad menjadi wadah mengembangkan minat dan bakat anak-anak muda. Fasilitasi kegiatan yang positif dan masih banyak kegiatan lainnya”. Itulah bincang santai penulis dengan Jamal Hayaza. Banyak pelajaran yang dapat dipetik, diantaranya adalah lahirnya generasi berkualitas merupakan tugas dan tanggungjawab bersama. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan kerjasama yang intensif diantara semua pihak. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membimbing kita menuju jalan kebaikan. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber : Jamal Hayaza


Jamal Hayaza (Kiri, kaos biru tua, Narasumber) bersama Penulis
Surabaya, 11 November 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar