Kamis, 24 November 2022

KENANGAN JAMBORE SIBOLANGIT (BAGIAN XXXI)

(Sambungan)

Peserta Jambore Nasional Sibolangit berasal dari seluruh Indonesia, juga hadir Pramuka dari negara lain, misalnya : Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia, Saudi Arabia dan Australia sebagai peninjau. Untuk peserta dari luar negeri memakai seragam pramuka dengan hasduk menurut negaranya masing-masing, termasuk dari Saudi Arabia memakai igal dengan emblem yang membuat kita kagum, karena unik dan menarik. Selain itu untuk saling mengakrabkan diantara peserta, diadakan tukar menukar vandel. Dan Mohammad Bawedon bertukar vandel dengan peserta dari Irian Jaya dan Jawa Barat serta dari daerah lainnya. Untuk keperluan pertukaran vandel, Mohammad Bawedon membawa kurang lebih 15 vandel yang bertuliskan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Pantas saja, ketika penulis masih aktif di Pramuka dan Drumband, sempat melihat banyak vandel yang tertata rapi di atas lemari di ruang Tropokal nampak menarik. Bisa jadi, salah satunya adalah vandel hasil pertukaran dengan peserta lain saat Jambore Nasional Sibolangit 1977. Selain itu, Mohammad Bawedon juga berhasil berkenalan dengan peserta dari Saudi Arabia, kemudian diberi air zam-zam.

Penulis bertanya, “Apa yang berkesan selama mengikuti Jambore Nasional Sibolangit ?” MohammadBawedon mengatakan bahwa kesan yang sulit dilupakan adalah ketika melakukan pendakian ke Gunung Sibayak. Dengan beranggotakan 10 orang dari Surabaya (Mohammad Bawedon), Jawa Barat, Irian jaya, Filipina dan lainnya. “Sebelum Subuh, jam 3 pagi sudah berangkat diantar naik perahu, kemudian naik truk, sampai di lereng Gunung Sibayak dilepas. Mulailah pendakian dilakukan dengan penuh optimis serta nyali yang kuat agar bisa sampai ke tujuan. Ketika sudah sampai di puncak, kita disambut dan diberi vandel merah putih oleh panitia sebagai penghargaan dan salut atas capaiannya. Kemudian kita kembali pulang ke perkemahan jam 12 malam keesokan harinya (acara pendakian memakan waktu 1 hari). Sayang sekali, saya gak bawa tustel, sehingga gak punya kenangan,” kenang Mohammad Bawedon, sambil mengingat-ingat peristiwa yang sudah berlangsung 45 tahun yang lalu.

Setelah perkemahan selesai, seluruh peserta diajak panitia wisata ke Danau Toba dengan pulau Samosirnya. “Subhanallah indah sekali pemandangannya. Tugas kita adalah merawat dan memeliharanya.”

(Sumber Foto : https://jamnas11pramuka.or.id/foto-jamnas-ii-tahun-1977/)

Setelah kembali ke Surabaya dan masuk sekolah (SMP Al-Irsyad Surabaya), oleh gurunya yang bernama P. Nuncik, Mohammad Bawedon disuruh bercerita dihadapan teman-temannya tentang Jambore Nasional di Sibolangit.

Terkait pengalaman yang akan disampaikan, penulis bertanya, “Apa kesan dan pesan untuk generasi sekarang dan akan datang ?” Mohammad Bawedon menyampaikan, “Menyenangkan dan banyak pelajaran yang dapat diambil untuk bekal kehidupan mendatang. Pramuka itu mendidik kemandirian, supaya kita tidak cengeng. Jangan sampai ada waktu kosong, harus diisi dengan kegiatan yang positif. Isi waktumu, bila perlu, capek dengan kegiatanmu. Itu pengalaman paling berkesan dan bagus untuk masa depan. Termasuk dengan ikut pramuka akan menambah wawasan dan berpikir kritis.”

Mohammad Bawedon menyarankan kepada para Yunior agar mengikuti kegiatan yang positif apapun, termasuk pramuka. Karena kalau sudah dewasa dan tua, banyak manfaat dan membantu dalam menjalani kehidupan, termasuk bercerita kepada anak maupun cucu. Selain itu, melalui pramuka, kita menjadi pribadi yang mandiri, berjiwa gotong royong, saling membantu dan mengenal karakter masing-masing orang yang beraneka ragam dengan latar belakang yang berbeda. Hal ini memudahkan kita dalam menyelesaikan persoalan dalam bekerja. “Termasuk kemampuan berkomunikasi, berdiskusi dan tidak canggung lagi dalam bernegosiasi dengan mitra kerja, juga dapat diperoleh dengan mengikuti pramuka. Pramuka bukanlah sekedar nyanyi (hiburan) semata, melainkan juga ada pendidikan dan keterampilan yang diajarkan. Intinya menjadi anggota pramuka harus serba bisa dan terampil dalam menyelesaikan sesuatu”, tutur Mohammad Bawedon yang tinggal di Surabaya Utara ini.

Mengakhiri perbincangan, Mohammad Bawedon, menyampaikan banyak terimakasih kepada orang tua. Karena tanpa dukungan dan doa dari orang tua, mustahil dapat lolos untuk mengikuti Jambore Nasional di Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara.

Penulis bertanya lagi, “Bagaimana tanggapan orang tua terhadap kegiatan Jambore ini ?” Mohammad Bawedon menjawab, “Orang tua sangat mendukung, wujud dukungan orang tua adalah dengan memakai seragam pramuka lengkap. Saya berangkat naik kapal di Pelabuhan Perak Surabaya dan diantar oleh ibu yang memberikan bekal uang saku.”

“Alhamdulillah, saya bangga menjadi utusan Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya dalam Jambore Nasional Sibolangit 1977. Saya dapat mengikuti rangkaian acara sampai tuntas dan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada para Pembina Pramuka di Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya yang dengan penuh kesabaran dan telaten membimbing dan mengarahkan serta terus memotivasi, sehingga menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. Semoga ilmu yang diberikan bermanfat dan menjadi jariah bagi beliau-beliau.”

“Saya merasakan betul ketika saat ini bergerak di dunia usaha. Dengan tantangan yang komplek serta menghadapi karyawan yang beraneka ragam, diperlukan kermampuan memanage itu semuanya, sehingga menjadi faktor keberhasilan maksimal. Alhamdulillah semuanya itu dapat saya peroleh ketika aktif di pramuka”, kenang Mohammad Bawedon yang penuh optimis ini dalam menghadapi tantangan.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa MasyaAllah Mohammad Bawedon termasuk orang yang berhasil dalam dunia usaha yang bergerak dibidang garmen. Usaha yang telah dirintis 30 tahun yang lalu itu sudah mempekerjakan 30 orang karyawan dengan pemasaran meliputi : Surabaya, Jakarta, Medan, Penang Malaysia dan beberapa pusat perbelanjaan di wilayah Indonesia. 

Dari perbincangan tersebut, menurut hemat penulis, dapat disimpulkan bahwa Alhamdulillah dengan aktif di pramuka, budaya kerja keras, mandiri, pantang menyerah serta sikap lainnya akan terbentuk, yang pada akhirnya kita menjadi pribadi yang tangguh, siap menghadapi tantangan dan terpenting kita dapat memanage organisasi yang didalamnya dibutuhkan kepemimpinan dan keterampilan lainnya. Tentunya sebagai seorang muslim, kita harus selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta berbakti kepadsa orang tua. Karena itulah bekal terbaik dalam menghadapi kehidupan. Dan penulis beruntung, karena langsung dapat bincang santai dengan saksi atau pelaku Jambore Nasional Sibolangit 1977 dari Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya, Mohammad Bawedon. Sekali lagi terimakasih, semoga menginspirasi kita semua. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Nara sumber : Mohammad Bawedon

Penulis (kiri, berkacamata) bersama Narasumber, Mohammad Bawedon 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar