Selasa, 08 November 2022

KEMAH DI LUAR PULAU TANPA PEMBINA (BAGIAN XXIII)

 (Sambungan)

Sekolah Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe
Kegiatan Pramuka di halaman depan Sekolah Al-Irsyad Surabaya
Sebelah kiri nampak Bus ROBUR. Bus inilah yang mengantarkan kegiatan Kepramukaan Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya sekaligus menjadi saksi sejarah dalam dinamika Pramuka Al-Irsyad Surabaya.

Di Sanur kita melihat-lihat pemandangan alam yang menakjubkan. Maha Besar Allah yang telah menciptakan keindahan alam yang luar biasa. Dari obrolan kita, terucap, “Pantai laut yang indah dan bersih ini menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikannya, bersahabatlah dengan alam, karena alam termasuk ciptaan Allah”, demikian kata salah satu dari anggota regu peninjau.

Berikutnya kita melanjutkan perjalanan ke Singaraja. Naik truk dengan jarak lebih kurang 88 km ke rumah kakeknya Geys Bin Muchsin Alchotib yang bernama Umar Alchotib, seorang walaiti (asli pendatang dari Yaman). Geys Bin Muchsin Alchotib menyampaikan kepada kakeknya, bahwa anak-anak ada permainan pramuka, mau memberikan atraksi / keterampilan pada masyarakat sekitar. Mendengar informasi tersebut, maka kakeknya mengundang teman-teman walaiti dan orang-orang kampung yang jumlahnya sekitar 25 orang. Perlu diketahui rumah Umar Alchotib cukup besar dan memadai untuk menampung orang dalam jumlah banyak.

Acara yang sudah dipersiapkan, sifatnya adalah menghibur masyarakat setempat dan bagi regu Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya adalah berlatih mengorganisir kegiatan sekaligus melatih berbicara di depan banyak orang.

Adapun susunan acaranya adalah :

- Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Oscar Bobsaid

- Permainan : Semapore oleh Geys Bin Muchsin Alchotib dan Oskar Bobsaid (berbalas-balasan)

- Istirahat : makan-makan dan bermalam di rumah kakeknya Geys Bin Muchsin Alchotib.

Sambutan masyarakat warga kampung sangat baik, merasa terhibur dan bahkan mereka bertepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak.

Tibalah saatnya kita pulang dari Singaraja naik truk. sampai di Gilimanuk kita naik kapal tongkang ke Ketapang, kemudian naik bus ke Surabaya. Begitu sampai di Surabaya, kita mendapatkan sambutan yang luar biasa dari kakak pembina. Kemudian kita berbaris dan melaporkan kegiatan yang diadakan selama di Bedugul Bali dan kakak pembina membalas dengan memberikan sambutan yang intinya, mengucapkan terimakasih kepada Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya yang telah selesai menjalankan tugas peninjauan Perpanitra. Semoga pengalaman yang kamu peroleh bermanfaat bagi masa depanmu. Selanjutnya kakak Pembina, Abdul Aziz Allan dan Abdul Malik Alamudi memberikan BADGE PENJELAJAH (ELANG) kepada anggota regu sebagai tanda lulus.

Ketua Regu, Faisal Bin Thalib (kiri), menyerahkan bendera penjelajah pasukan Elang kepada Pembina, Abdul Malik Alamudi sebagai tanda selesai tugas penjelajahan
Lokasi : Sekolah Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe, Jl. Danakarya No. 46, Tahun 1974

Lokasi : Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe, Tahun 1974. Penyambutan kedatangan tim regu Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya dalam rangka keikutsertaan PERPANITERA INTERNASIONAL (Pertemuan Penegak Se-Asia Pasifik) yang bertempat di Danau Beratan Bedugul - Bali. Kakak Pembina Gudep 77 (Abdul Aziz Allan) sedang memberi ucapan selamat. Dari kiri ke kanan : Faisal bin Thalib (Ketua regu), Saleh Basymeleh, Geys Bin Muchsin Alchotib, Oscar Bobsaid, Abdul Aziez Bahalwan, dan Farhat Baisa.

Dari kegiatan sebagai peninjau di acara Perpanitra Internasional se Asia Pasifik ada banyak fakta yaitu :

- Selama perjalanan tidak pernah melepas baju pramuka

- Perjalanan selama 18 hari naik bus dan truk gratis, alias tidak bayar

- Untuk mendapatkan Badge Elang, perlu perjuangan yang luar biasa

Pelajaran yang dapat dipetik adalah :

- Kekompakan anggota regu mutlak diperlukan untuk suksesnya tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada kita.

- Kepatuhan kepada pimpinan mutlak diperlukan, untuk menjaga harmonisasi dan penyelesaian tugas-tugas yang ada.

- Kreatifitas dan inisiatif sangat diperlukan untuk mensiasati keadaan dengan tetap memperhatikan norma-norma yang berlaku.

- Membangun komunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada.

- Masih banyak pelajaran lain. Intinya Pramuka harus bermartabat dan berjati diri dengan tetap tidak boleh menghilangkan kekuatan doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semoga tulisan ini mampu membangkitkan memori, khususnya para pelaku kegiatan. Dan bagi lainnya dapat mengambil pelajaran, bahwa dalam mengarungi kehidupan diperlukan berbagai bekal keterampilan dan pengetahuan. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meluruskan niat baik kita, berbuat sekecil apapun untuk kemanfaatan masyarakat dimana kita berada. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber : Geys Bin Muchsin Alchotib dan Abdul Aziez Bahalwan

Pertemuan penulis dengan narasumber, Kak Geys Bin Muhsin Alchotib (baju batik) dalam rangka menyampaikan hasil tulisan untuk verifikasi akhir sebelum publikasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar