Jumat, 11 November 2022

KEMAH DI KEBOMAS GRESIK (BAGIAN XXV)

Kak Amin Basyaeb bersama anak didiknya Pramuka Siaga Mula dan Siaga Bantu
Lokasi : Perguruan Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe

Latihan demi latihan dan perkemahan, merupakan sarana efektif untuk mengukur kemampuan dan ketrampilan anggota pramuka. Untuk itu program yang baik bagi Gugus Depan adalah mengkombinasikan antara Latihan dan perkemahan. Dan jika dipandang perlu dapat pula dilakukan perkemahan bersama yang melibatkan beberapa Gugus Depan. Hal ini disamping untuk mengukur kemampuan juga untuk melatih bersosialisasi dengan pramuka dari gudep lain.

Seperti juga anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, Latihan dan perkemahan merupakan program yang telah dicanangkan secara matang, sehingga tidaklah salah, kalau anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tempo doeloe memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kepekaan sosial yang tinggi. Untuk menceriterakan kegiatan perkemahan pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, Alhamdulillah kakak-kakak senior kita dengan senang hati menceriterakan kembali tentang kegiatan perkemahan yang diikutinya.

Seperti yang disampaikan oleh Kak AMIN BASYAEB, dalam bincang santai dengan penulis, Selasa, 18 Oktober 2022 di tempat kerjanya. Berikut ini adalah kisahnya :

Alhamdulillah, untuk pertama kalinya Angkatan I dari Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya mengadakan perkemahan di Kebomas Gresik tahun 1970 dengan mengambil lokasi di dekat kuburan Cina di atas Bukit Kapur. Bagian bawah ada kolam (sumber air) karena menurut masyarakat sekitar banyak penduduk yang mengonsumsi air kolam tersebut. Tenda yang didirikan berada di atas sehingga menggambarkan lokasi ini menjadi tantangan untuk para peserta. Boleh dikatakan dalam setiap perkemahan yang diadakan, Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, dalam pendirian tenda selalu mencari tempat dekat air karena air merupakan sumber kehidupan.

Kak Amin Basyaeb juga menyampaikan apa yang dikatakan oleh kakak pembina kala itu, “Walaupun perkemahan di Kebomas ini merupakan perkemahan rutin (biasa), akan tetapi dijadikan sarana untuk melihat seberapa jauh pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang dikuasai oleh anggota pramuka, khususnya penajaman keterampilan tentang tanda tapak, semaphore dan keterampilan lainnya”.

“Ketika kita baru sampai di Kebomas, saat itu cuaca mendung dan menjelang Maghrib. Karena badan sudah capek, tidak jauh dari kita, ada sebuah batu. Akhirnya kita duduk di situ (batu) sambil melepas lelah. Segeralah membuka tenda dan bermalam di situ juga. Kebetulan malam itu hujan deras, sehingga kita mele’an (begadang) sampai larut malam dan baru bisa tidur menjelang pagi. Alangkah terkejutnya, Ketika bangun pagi, badan kita penuh dengan blethoan (lumpur) dan ternyata batu yang kita duduki semalam adalah batu nisan kuburan Cina”, demikian kata Oscar Bobsaid sambil tertawa. Kok bisa. Kemudian kita mandi di kolam, tanpa terasa setelah agak lama, badan kita Nampak putih semua. Ternyata airnya mengandung kapur. Memang Kebomas daerah pegunungan kapur.” Wes enak, gak usah pakai sabun, sambil ketawa”, begitu kata Oscar yang juga dibenarkan oleh peserta lainnya. Setelah selesai mandi, kemudian tenda kita pindahkan ke tempat lain.


Kak Amin Basyaeb dan Kakak Pembina, Farid Bahalwan (duduk belakang – tanda panah merah) saat Acara Malam Reuni Akbar Alumni Gudep 77 & DB. Pramuka Al-Irsyad Surabaya Periode 1972 – 1990 di Gedung Al-Irsyad Surabaya, 27 Desember 2009

Lain lagi kenang Amin Basyaeb, cuaca mendung dan hujan lebat, sehingga airnya meluap yang berakibat kita tidak dapat melaksanakan kegiatan yang telah kita programkan secara maksimal. Hal itu , menyebabkan kita tidak bisa tidur di bawah (tanahnya basah). Melihat kondisi itu, Amin Basyaeb muncul akal cerdiknya, Mencari batu dan ditata seukuran tempat tidur, kemudian diberi tongkat untuk penyangga, sehingga aman dari air. “Ketika bangun pagi, Lhuk punggunge arek-arek ngecap (bekas) tongkat pramuka”, begitu kata Geys Bin Muchsin Al-Chotib.

Karena perkemahan di Kebomas merupakan perkemahan pertama dan belum berpengalaman, maka ada kesulitan Ketika masak nasi. Kadang terlalu keras (masih peroh),sehingga sulit dimakan. Tetapi juga kadang seperti bubur, karena terlalu banyak air. Maklum belum terbiasa masak, sehingga karena itu pula juga ada diantara peserta yang muntah-muntah. Ada kejadian menarik yang disampaikan oleh Geys Bin Muchsin Al-Chotib yaitu ketika baru datang di lokasi perkemahan, ada diantara peserta yang tanpa sadar kluruk seperti ayam jago yang menggambarkan, wah ….., kita orang bakal sulit dan sengsara. karena tanahnya berkapur, udaranya panas dan berdebu. Untung hanya dua hari berkemahnya.

Berbeda dengan kenangan Aufa Bahalwan, ketika kemah di Kebomas. Yang terdiri atas pegunungan kapur, maka udaranya pasti panas dan berdebu kalau siang hari. Masih menurut Aufa, malam hari, tiba-tiba kita dikejutkan dengan mobil yang berhenti di pinggir jalan sambil teriak-teriak panggil anak pramuka. Setelah diamati dengan seksama, ternyata itu adalah orang tuanya Farhat Baisa dengan membawa makanan dalam jumlah banyak (roti). Akhirnya dimakanlah roti itu rame-rame. Dalam hati kecil anak-anak, Alhamdulillah lumayan untuk mengganjal perut, karena nasinya gak enak dimakan. 

Menurut Aufa, nampak di bawah ada kolam kecil untuk mandi dan dibawah bukit tempat kita berkemah ada warung dipinggir jalan raya saat itu sangat sepi". Aufa menambahkan “Warung kecil itu bukanya habis Subuh. Saya yang paling berkesan makan tetel goreng dibelikan Kakak Pembina, Farid Bahalwan. Dingin-dingin habis hujan makan tetel goreng nikmat sekali.” Begitu juga kenang Oscar Bobsaid membeli jemblem.

Selain Aufa Bahalwan dan Oscar Bobsaid, Amin Basyaeb juga punya kenangan terhadap warung kecil yang jual gorengan. Berikut penuturan Amin Basyaeb, “Kita orang beli jajanan pagi sekitar pukul 05.30 WIB. Di bawah menemukan warung jual rebus tela, singkong, tales / bothe, gorengan jemblem (singkong dihaluskan dibuat bulat terus didalamnya ada gula jawanya), bentuk gorengan. Tiap anak dikasih jemblem satu-satu oleh Kakak Pembina, tapi anak-anak ada yang beli sendiri.”

Karena ini perkemahan yang menarik, penulis menghubungi Kakak Pembina Farid Bahalwan yang pada saat itu ikut dalam perkemahan di Kebomas-Gresik. Berikut penuturan Kakak Pembina, Farid Bahalwan, “Perkemahan di Kebomas adalah awal perkemahan di atas Bukit Kapur, samping kuburan Cina. Suasana saat itu tidak seperti sekarang yang sudah penuh dengan perumahan dan ada Masjid di seberang sana. Dulu sangat sepi dan gelap di waktu malam. Dan kata penduduk sekitar angker karena dekat dengan kuburan Cina. Tapi kita orang tetap rakse soalnya kita orang mana ada yang percaya dengan hantu, malah dijadikan guyonan waktu itu. Juga soal masak-memasak, adalah pertama kali kita masak kemah diluar Perguruan Al-Irsyad Surabaya.”

Kakak Pembina, Farid Bahalwan (tanda panah merah) saat Acara Malam Reuni Akbar Alumni Gudep 77 & DB. Pramuka Al-Irsyad Surabaya Periode 1972 – 1990 di Gedung Al-Irsyad Surabaya, 27 Desember 2009

Dari kisah itu semua, Alhamdulillah, Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, sudah terlatih hidup di medan yang sulit, maka secepatnya kita dapat menyesuaikan diri. “Ini belum seberapa, Pramuka itu harus kuat, tidak cengeng dan sanggup menghadapi tantangan yang ada. Apabila kalian dapat mengatasi itu semua, maka kalian ke depan akan menjadi orang yang tangguh dan siap menghadapi tantangan”, demikian kata Kakak Pembina.

Peserta yang ikut perkemahan di Kebomas, yaitu Faisal Bin Thalib (Ketua), Saleh Basymeleh (Wakil Ketua), Farhad Baisa, Geys Bin Muchsin Al-Chotib, Aufa Bahalwan, Abdul Aziez Bahalwan, Oscar Bobsaid, Abdul Latif Alamudi, Fauzi Bin Mahfud, Syauqi Allan, Ahmad AR, Amin Basyaeb dan Novel Bobsaid. Sedangkan kakak pembina terdiri atas : Abdul Aziz Allan, Muhammad Bin Qurusy (Amak Jidah) dan Farid Bahalwan.

Alhamdulillah dengan kerja keras, saling membantu dan bergotong royong, maka perkemahan, di Kebomas Gresik dapat berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa acara yang tidak dapat dilaksanakan, karena cuaca yang tidak mendukung (hujan lebat). Sekali lagi terimakasih kepada senior yang telah berbagi. Semoga bermanfaat dan menginspirasi untuk kita semua. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Nara sumber : Farid Bahalwan (Kakak Pembina), Aufa Bahalwan, Amin Basyaeb, Geys Bin Muchsin Al-Chotib dan Oscar Bobsaid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar