Jumat, 04 November 2022

BADGE KELANA (BAGIAN XXI)


Kenangan Regu Kelana dengan Kakak Pembina : 
Ahmad Ba'amir (Berdiri paling kiri), Abdul Hamid Bobsaid (Berdiri paling kanan), Aziz Allan (Jongkok Tengah).
Lokasi : Sekolah Al - Irsyad Surabaya Tempoe Doloe Tahun 1972.

Bagi anggota pramuka, salah satu syarat kenaikan tingkat, maka kepadanya harus mengikuti aturan-aturan yang telah diatur dalam ketentuan pramuka. Dengan harapan pengetahuan, ketrampilan dan ketangkasan yang dimiliki teruji, termasuk kepekaan sosialnya.

Begitu pula dengan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, setiap anggota wajib latihan rutin dan mengikuti perkemahan yang didalamnya berisi berbagai uji ketangkasan dan ketrampilan, guna mendapatkan tanda kecakapan / BADGE sebagai simbol kelulusan.

AHMAD AR adalah salah satu anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya yang kebetulan belum mengambil badge. Untuk itu Pembina menyuruh Ahmad AR mengambil badge dengan jalan mengadakan kegiatan perkemahan lengkap dengan anak buahnya dan seluruhnya menjadi kendali dia (Ahmad AR). Dan berdasarkan keputusan pembina, maka kemah dilaksanakan di Jeddih, Bangkalan - Madura selama 5 hari sekitar tahun 1973.

Untuk mengungkap jalannya KEMAH DI JEDDIH BANGKALAN MADURA, salah satu anggota senior, Geys Bin Muchsin Al-Chotib bercerita kepada penulis termasuk hal-hal yang lucu dan menarik, Selasa, 25 Oktober 2022. Seperti inilah cerita selengkapnya.

Setelah 3 hari Ahmad AR dan anak buahnya berkemah, maka berangkatlah kita (Geys Bin Muchsin Al-Chotib) ke Jeddih yang dipimpin oleh Faisal Bin Thalib untuk menguji pengetahuan, kecakapan dan kewaspadaan dalam bentuk penyerbuan barang-barang (DISLEPEN). Sambutan yang luar biasa ketika kita datang (senior) dalam bentuk upacara bendera. Diakhir kunjungannya disampaikan pula kata perpisahan seraya berpesan, hati-hatilah dalam bertutur kata dan bersikap. Waspada terhadap sekitar perkemahan dan lain sebagainya. Para senior yang mengunjungi perkemahan di Jeddih adalah : Geys Bin Muchsin Al-Chotib, Farhad Baisa, Oscar Bobsaid, Fauzi Bin Mahfud, Novel Bobsaid, Aufa Bahalwan, Saleh Basymeleh, Helmi Syamlan dan Faisal Bin Thalib. Semuanya pamit pulang, sedangkan Faisal Bin Thalib tinggal di perkemahan untuk menemani Ahmad AR dkk. Kemudian kita pulang dan sebelumnya Faisal Bin Thalib menyuruh kita untuk keliling melihat situasi sekitar perkemahan, termasuk barang apa saja yang ada, baik di tenda maupun bagian dapur. Kebetulan di depan ada bangunan kuno yang kosong, sehingga oleh Ahmad AR difungsikan sebagai dapur sedangkan dibelakang tenda terdapat tebing, tapi tidak terlalu curam. Kondisi ini (penyerbuan) sudah diskenariokan antara pembina dan para senior.

Senior meninggalkan perkemahan dan mencari tempat guna mermpersiapkan acara yang memang sudah direncanakan. Nampak disitu ada masjid. Dan kami segera menuju masjid untuk sholat Maghrib. Begitu selesai sholat Maghrib, kita bagi tugas untuk memuluskan rencana, yaitu : Fauzi dan Farhad bagian menyerbu dapur, Geys dan Novel menyerang bagian isi tenda (rangsel dan perlengkapan pribadi lainnya), Oscar dan Saleh bagian mengambil baret dan hasduk, Aufa dan Helmi merobohkan tenda. Sedang Faisal yang tidak pulang bagian mengambil bendera. Tugas ini dilakukan berpasangan.

Sebelum melakukan penyerangan, senior membuat pemberitahuan melalui sandi morse dalam bentuk tulisan yang isinya “Waspadalah, nanti malam akan ada slepen”. Kemudian surat itu dilemparkan ke depan tenda dan kita Kembali lagi ke masjid, untuk istirahat sebelum melakukan penyerbuan.

Tepat jam 12 malam, kita para senior mulai bergerak ke perkemahan dengan tugas yang sudah disepakati. Agar tidak ketahuan, maka kita berjalan pelan-pelan sambil jongkok, agar tidak diketahui oleh Ahmad AR dkk, apalagi suasana sekitar perkemahan sepi dan gelap. Saat itu Geys bilang kepada Aufa, ”Fa, pundakmu sek ketok, kurang diluk.” (Fa pundakmu masih kelihatan, kurang jongkok lagi). “Nanti ketahuan, lebih jongkok lagi”. Dasar Aufa memang posturnya tinggi.

Kemudian Geys, Novel dkk sudah mendekati tenda, dan membentuk lingkaran mengelilingi tenda, dibunyikanlah morse sebagai tanda bahaya. Seketika itu para senior bergerak sesuai dengan tugas yang diberikan, satu kali serbu resik (satu kali penyerbuan, habis). Melihat peristiwa penyerbuan secepat kilat itu, Ahmad AR terkejut dan bilang, “Ana wara opo, atiku wes gak enak. Katae wes pamitan moleh – moleh, tibakno ono penyerbuan” (Saya bilang apa, hatiku sudah gak enak, katanya pulang, ternyata ada penyerbuan). “Satu kali serangan senior, menghabiskan seluruh isi tenda, karena Ahmad AR dan anak buahnya tidak waspada”, demikian kata Geys Bin Muchsin Al-Chotib. Dalam hati kecilnya Ahmad AR sudah punya filing, senior epok-epok (pura-pura) pamit pulang, mengucapkan selamat tinggal dan lain sebagainya. Akhirnya Ahmad AR menyadari karena kurang waspada, maka penyerangan itu terjadi dan semua barang diambil termasuk tenda berhasil dirobohkan oleh Aufa dan Helmi.

Karena tidak waspada dan lengah, maka Ahmad AR akan mendapatkan hukuman setelah sampai di Surabaya sebagai konsekuensi atas keteledorannya. Kemudian peserta perkemahan pulang Bersama senior. Sesampai di Sekolah Al-Irsyad Surabaya sebagai pangkalan Gudep 77, senior melaporkan kepada pembina, Aziz Allan tentang skenario yang sudah kita buat dan Alhamdulillah dengan Kerjasama yang baik, dapat dilaksanakan sempurna. Kemudian Permbina Aziz Allan menyampaikan nasehat. Untuk senior, terimakasih, karena sudah melaksanakan tugas dengan baik. Untuk Ahmad AR dan anggotanya. Jadikan peristiwa di perkemahan Jeddih ini sebagai pengalaman. Dalam kondisi apapun, kita harus selalu waspada, jeli terhadap sekitar kita. Pembina, Aziz Allan, tetap memberikan apresiasi kepada Ahmad AR dengan memberikan Badge Kelana sebagai tanda kelulusan. Karena bagaimanapun juga Ahmad AR dan anak buahnya sudah berjuang maksimal, melakukan perkemahan tanpa didampingi oleh pembina.

Perlu diketahui, lokasi perkemahan di Jeddih Bangkalan Madura adalah dataran gunung kapur. Jadi udaranya panas dan kering. Kondisi tersebut membuat tantangan baru bagi pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya untuk terus berusaha menjadi yang terbaik. Di Akhir wawancara penulis bertanya kepada kak Geys  Muchsin Al - Chotib, bagaimana perjalanan menuju ke Jeddih? Jawab Kak Geys : Dari Al - Irsyad Jl. Danakarya No.46 Surabaya menuju pelabuhan ujung dengan jalan kaki. Dari Ujung ke kamal Madura naik kapal Tongkang. Sesampai kamal kita naik kendaraan umum sampai menuju lokasi dan begitu juga sebaliknya. 

Itulah seputar kegiatan perkemahan di Jeddih, Bangkalan - Madura. Pramuka harus siap kapanpun dan dimanapun dibutuhkan. Semuanya harus dilalui dengan kerja keras dan kesungguhan. Selain itu semangat itu penting dan perlu untuk melatih mental, daya juang menghadapi tantangan masa depan. Semoga kita mampu menjalani kehidupan mendatang dengan sukses dan jangan lupa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber :  Geys Muchsin Al - Chotib

Pertemuan penulis dengan narasumber, Kak Geys Muhsin Al Chotib (baju batik) dalam rangka menyampaikan hasil tulisan untuk verifikasi akhir sebelum publikasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar