Jumat, 14 Oktober 2022

KIPRAH PANDU – PRAMUKA AL IRSYAD SURABAYA SELALU HADIR DALAM KEGIATAN SOSIAL (BAGIAN XVI)

(Sambungan)

Perguruan Al-Irsyad Surabaya Tempo Doeloe. Gedung samping SMP Putra sebelah kanan. Gedung SMP inilah dulu tempat Poliklinik Al-Irsyad Surabaya, Jl. Danakarya 46 Surabaya.

KETIGA : Pandu turut serta sebagai relawan medis di poliklinik Al-Irsyad (sekarang Gedung SMP Al-Irsyad putra), Danakarya Surabaya. Pembina dari poliklinik tersebut adalah Dr. Biron Nur Yasin dengan para dokter praktek yang bernama: Dr. Ahmad Hasan, Dr. Ahmad Sungkar, Dr. Hasan Assegaf, Dr. Raharjo Spesialis Farmakologi, Dr. Dwi Atmaji Suyoso, Sp.A. Mereka para dokter praktek secara bergiliran, sedangkan yang bertindak sebagai mantrinya adalah Ali Hamadah. Sekitar tahun 1972, ketika penulis sakit sempat berobat ke poliklinik Al-Irsyad Danakarya dan diperiksa oleh Ali Hamadah.

Perlu diketahui, dalam operasional klinik, pandu diikutsertakan sebagai relawan yang bertugas membantu mantri dan dokter. Dokter Biron dengan Aly Bahalwan yang bekerja di Kantor PMI, selalu bekerjasama dan berkomunikasi terutama apabila ada kegiatan-kegiatan kemanusiaan.


Aly Bahalwan, Kader Pandu Al-Irsyad Surabaya

Aly Bahalwan, Kader Pandu Al-Irsyad Surabaya

Sebagai informasi, kala itu khitanan massal diadakan di Poliklinik dan Aula Perguruan Al-Irsyad, Jl. Danakarya 46 Surabaya. Hal ini karena jumlah peserta yang banyak (lebih dari 100). Sehingga panitia memutuskan untuk membagi ke dua tempat.

KEEMPAT : Aktif dalam membantu kegiatan kemanusiaan. Tahun 1966, terjadilah banjir bandang yang melanda Solo dan sekitarnya. Merendam hampir 75 % wilayah kota Solo dan menimbulkan kengerian yang luar biasa. Mendengar peristiwa tersebut, Dr. Biron Nur Yasin memutuskan untuk mengirim pandu beserta tim medis ke Solo. Tim yang berangkat ke Solo adalah Dr. Biron Nur Yasin selaku Koordinator, tim medis, dan pandu yang diwakili oleh Ady Zakin, Ahmad Ba’amir, Abdurrahman Allan, dkk dengan membawa bantuan berupa obat-obatan. Selain peristiwa ini, masih banyak kegiatan sosial lain yang dilaksanakan oleh pandu.

Demikian kiprah pandu-pramuka Al Irsyad Surabaya kala itu. Semoga apa yang telah dilakukan oleh mereka menjadi amal jariyah dan pemberat amal kebajikan kelak di akhirat. Dan kepada generasi muda Al-irsyad, isilah hari-harimu dengan aktifitas yang bermanfaat dan galilah ilmu sebanyak-banyaknya dari para senior. Karena dalam sebuah organisasi kontinuitas program merupakan keutamaan yang perlu dijaga. Catatlah dengan tinta emas sejarah perjalananmu, berbuat dan berbagi melalui organisasi. Insya Allah, jalan kemudahan dan kelancaran akan membersamaimu.

Terakhir, semoga tulisan ini dapat menambah khasanah cakrawala berfikir kita untuk menjadi lebih baik. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber : Moestofa Bazargan

Penulis (baju batik) dengan Senior (Kakak Pembina Moestofa Bazargan) selaku narasumber. Beliau adalah salah satu peserta Tim Drumband Gudep 77 Pramuka Al Irsyad Surabaya dalam KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Kota Bandung 1964. Beliau saat itu pegang seruling bambu. Dan sebagai informasi beliau seorang Pelatih legenda khusus Snar Drum. Salah satu keahliannya adalah inovasi dalam aransemen Mars dan lagu lagu lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar