Pengetahuan dan keterampilan harus berjalan beriringan, demi suksesnya seseorang dikemudian hari, Pramuka merupakan salah satu sarana untuk melatih berbagai keterampilan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dengan tidak boleh melupakan pengetahuan dan tentunya ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kali ini penulis ingin mengangkat kiprah salah seorang anggota
Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya yang kiprahnya dapat menjadi inspirasi kita.
Alhamdulillah, penulis berkesempatan untuk bersilaturrahmi ke kak Hasan Ali Albugis disela-sela kesibukan bisnisnya, Rabu, 26 Oktober 2022. Berikut penuturan
selengkapnya :
Kak Hasan, demikian biasa dipanggil, mulai aktif di Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tahun 1973, setelah diajak oleh Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, karena kebetulan tetangga se kampung di Ampel Kesumba Surabaya langsung menjadi Pramuka Penggalang.
Ketika ada informasi pelaksanaan Jambore tingkat Kota Surabaya tahun 1974, maka Kakak Pembina, Abdul Aziz Allan melakukan seleksi semi militer dengan obyektif. Adapun aspek yang diseleksi adalah : kehadiran (absensi), kerapian dan kelengkapan (hasduk, pakaian, dll) termasuk materi kepramukaan. Setelah diseleksi, peserta yang dinyatakan lolos dari REGU ELANG adalah : Saleh Basymeleh (Ketua), Geys Bin Muchsin Alchotib (Wakil ketua), Helmi Syamlan, Noval Bobsaid, Hasan Ali Albugis, Aufa Bahalwan, Fauzi Bin Mahfud, Samsul Munir, Djasmadi dan Machmud Makarim. Setelah itu, kami mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, mulai dari tenda, tali temali, pasak, peralatan masak, perbekalan (beras, gula, dll).
Beberapa yang dilombakan dalam Jambore tersebut meliputi : Wid Game, Penjelajah, Semboyan sandi, Peta Pita, P3K, Pengetahuan Umum, Hasta Karya, Halang Rintang, Ketertiban, Perkemahan, Karnaval, Kesenian, Skets dan Kimindera.
Semua lomba menarik dan penuh tantangan, Misalnya untuk lomba SKETS (menaksir ketinggihan pesawat). Ketinggihan pesawat AURI yang dikendalikan oleh Joik Suwarjo terbang rendah. Pada saat itulah, semua peserta Jambore yang ditunjuk mulai menaksir, berapa ketinggihan pesawat tersebut. Dan kebetulan Hasan Ali yang mendapat tugas untuk mengikuti jenis lomba Skets itu, Alhamdulillah taksirannya mendekati kebenaran. Selain itu pada jenis lomba karnaval, ada cerita menarik. Ketika berjalan, kita mengadakan adegan spontanitas. Adegan yang menggambarkan “menjadi tawanan perang”. Yang berperan sebagai Belanda adalah Aufa Bahalwan, yang seolah-olah menggambarkan sebagai Letnan Jenderal Van de Bosch dan Helmi Syamlan, sedang yang berperan sebagai pejuang adalah : Saleh Basymeleh, Hasan Ali, Fauzi Bin Mahfud, Samsul Munir, Djasmadi dan Machmud Makarim. Geys Bin Muchsin Alchotib dan Noval Bobsaid membawa tongkat pramuka yang diimajinasikan sebagai senjata bambu runcing.
Sambil berjalan dengan rapi, Langkah serempak dengan diiringi irama mars Pramuka, walaupun hanya dengan mimik sambil baris. Peragaan tersebut membuat panitia kagum dan takjub, kok bisa serempak Gerakan kakinya. Maklum, karena anggota pramuka Al-Irsyad hamper seluruhnya adalah merangkap sebagai pemain Drumband. Jadi sudah terlatih dan filingnya sudah kuat. Yang membuat lucu adalah ketika adegan Aufa Bahalwan dan Helmi Syamlan ditawan oleh pejuang. Dimana Aufa dan Helmi didorong oleh Geys dan Noval dengan bambu runcing. Mungkin dorongannya terlalu keras, sehingga Aufa dan Helmi sambil menoleh ke belakang ke Geys dan berkata “OJOK KERAS-KERAS YEK, SAKIT” (jangan keraskeras rek, sakit). Katanya sakitnya sampai belakang. Perlu diketahui, selama mengikuti Jambore, peserta oleh Kakak Pembina dilarang untuk jajan di luar. Dan larangan tersebut dipatuhi oleh peserta Jambore Al-Irsyad.
Alhamdulillah, dari jenis yang dilombakan, Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya mendapat nilai sangat tinggi, sehingga oleh panitia ditetapkan sebagai JUARA I.
Ketika waktunya pulang, banyak peserta dari Gudep lain yang sudah dijemput dengan kendaraan. Tetapi itu tidak berlaku bagi Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Oleh Kakak Pembina, kita diperintahkan jalan kaki dari Bumimoro menuju Markas Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad, Danakarya 46 Surabaya. Ini dilakukan untuk melatih mental dan tetap low profile (apa adanya). Kondisi ini membuat peserta lain hormat dan salut kepada Tim Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, walaupun Juara I, tetap sederhana dan tampil apa adanya. Salut.
Sesampainya di Al-Irsyad, kita semua menangis tanda haru sambil berangkulan. Kemudian oleh Kakak Pembina kita baris dan diberi nasehat. Intinya kita harus bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena menjadi Juara I. “Jangan cepat puas, tetap semangat berlatih untuk menghadapi kejuaran berikutnya. Segera pulang ke rumah masing-masing”, demikian kata Kakak Pembina diakhir nasehatnya.
Karena kita Juara I dalam Jambore tingkat Kota Surabaya, maka Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya mendapat undangan dari Ka Kwarnas untuk mewakili Kwarcab Surabaya guna mengikuti Upacara Peringatan hari ulang Tahun Pramuka tingkat Nasional yang dipusatkan di Monas Jakarta tahun 1974.
Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, maka tanggal 10 Agustus 1974, pukul 17.30 berangkatlah rombongan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya menuju Jakarta dengan menumpang Kereta Api Gaya Baru Malam. Begitu sampai di Jakarta tanggal 11 Agustus 1974 pukul 13.00. Selanjutnya rombongan dibagi dua, untuk tim Drumband dijemput oleh dua AUTO GAZ (mobil truk milik ABRI yang biasa dipakai angkut tentara yang atapnya pakai terpal dan bangkunya Panjang, posisi samping kanan – kiri selanjutnya kita dibawah ke Sekolah Al-Irsyad Jl. KH. Hasyim Asy’ari (dahulu Jl. Kemakmuran) Jakarta.
Sedangkan kami (Hasan Ali Albugis dan Ismail Baktir bersama pramuka dari berbagai daerah di Indonesia) Latihan untuk Upacara hari Pramuka di Kelapa Dua Cibubur Jakarta. Selama di Cibubur, kami tinggal di tenda dan karena hujan deras, kita dipindah ke sebuah Gedung yang letaknya tidak jauh dan ternyata itu adalah Gedung milik TNI AD. Nanti peserta upacara hari Pramuka dan Tim Drumband bertemu di Monas.
Tepat tanggal 14 Agustus 1974, dilangsungkannya Pawai Hari ulang tahun Pramuka mulai pukul 15.00 – selesai yang dipusatkan di Monas Jakarta dengan pembina Upacara Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin. “Suasana pawai sangat meriah dan membanggakan bagi kami pesertanya. Kenangan yang sulit dilupakan dan ingin di waktu yang akan datang kembali lagi”, demikian kata Kak Hasan.
Setelah selesai kami istirahat sejenak dan tanggal 15 Agustus 1974 pukul 16.30, kami meninggalkan Jakarta dan sampai di Surabaya tanggal 16 Agustus 1974 kira-kira pukul 13.00. Setibanya di stasiun, kami diantarkan naik PRAHOTO menuju ke sekolah Al-Irsyad, Danakarya 46 Surabaya. (Bersambung)
Ditulis
oleh: Washil Bahalwan
Narasumber: Hasan Ali Albugis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar