Oleh: Washil
Bahalwan
Perjuangan Haji
Omar Said (HOS) Tjokroaminoto tidak dapat kita lupakan dalam pergerakan melawan
penjajah dengan menjadikan Islam sebagai landasan ideologinya. Tjokro
berkontribusi dalam membesarkan Partai Sarekat Islam Indonesia yang didirikan
oleh Samanhoedi.
Seiring
berjalannya waktu, PSII terus berkembang dengan melakukan kongres yang
berkali-kali. Dalam perjalanan PSII, Tjokroaminoto pernah mengajak para ulama
untuk mengajarkan tentang bagaimana tata cara kehidupan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam terhadap keluarga dan ummatnya.
Dua bulan
sebelum kongres, Tjokroaminoto meminta para ulama untuk menguatkan fondasi
gerakan perjuangannya. Ajakan itu diberi tajuk, “Seruan kepada Ulama-ulama”.
Seruan Tjokroaminoto ini kemudian dibahas dalam Kongres PSII ke-19 yang mana
Tjokro pada waktu itu sebagai Presiden Dewan PSII. Kongres ini dilaksanakan
pada tanggal 3-12 Maret 1933 di Jakarta. Kongres membahas tentang hadits dan
kitab-kitab Islam sebagai landasan perjuangannya. PSII dijadikan sebagai kendaran
untuk mengembalikan harga diri Islam terhadap kolonialisme Belanda.
Selain itu, langkah Tjokroaminoto melalui PSII
ini merupakan fase awal perjuangan politik. Sejak dahulu, Islam memang selalu
militan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan. Contohnya, sebagaimana
yang pernah terjadi pada Perang Padri di Minangkabau, Perang Diponegoro dan
sebagainya. Tak heran, Belanda juga merasa kewalahan menghadapi aksi umat
Islam. Sehingga, Belanda menjadikan umat Islam sebagai musuh utamanya. Dengan
ideologi Islam sebagai landasannya, Tjokroaminoto ingin menjadikan anak
bumiputra berdiri sejajar dengan pemerintah Hindia-Belanda.
Selain itu,
dalam perjuangannya, Tjokroaminoto membuat gerakan Djawa Dwipa dengan maksud
mengubah bahasa Jawa tinggi (kromo) menjadi bahawa Jawa rendah (ngoko). Gerakan
ini dimulai di Surabaya yang dikomandoi oleh Tirtodanoedjo dan Tjokrosoedarmo.
Di sisi lain, Tjokroaminoto juga menggalang Tentara Kandjeng Nabi Muhammad
untuk mempertahankan marwah Islam dan meminta dukungan dari masyarakat
keturunan Arab.
Perjuangan
Tjokroaminoto meluas di semua wilayah dan dikumandangkannya melalui pidato dan
tulisan-tulisannya. Gerakan Tjokro ini juga dilakukan melalui bidang
pendidikan, diantaranya mendirikan sekolah di seluruh cabang PSII pada tahun
1930. Dalam sekolah tersebut, Tjokro mendasarkan kurikulumnya dengan buku
Moeslim Natioonal Onderwisj yang merupakan karangan beliau sendiri. Di sekolah
Tjokroaminoto ini diajarkan tentang kemerdekaan, ilmu umum, ilmu keislaman, dan
budi pekerti. Tujuannya, agar umat Islam di Indonesia terdidik menjadi muslim
sejati sehingga mampu mencapai cita-cita kemerdekaan yang diimpikan.
Menurut
Tjokroaminoto, dengan mempelajari ilmu tauhid (ketuhanan) kita akan menjadi
manusia yang memiliki keutamaan, kebesaran, kemuliaan, dan keberanian.
Pemikiran-pemikiran ini dituangkan oleh beliau dalam buku-bukunya. Beliau
selalu mendasarkan pemikiran dengan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Perjuangan Tjokroaminoto terhadap ideologi Islam dilakukan
hingga akhir hayatnya. Hal ini terbukti dalam Kongres PSII di Jakarta pada
tahun 1933 dimana Beliau masih berseru kepada Ulama dan Islam sebagai landasan
perjuangannya.
Dari ulasan di
atas, dapat diambil pelajaran bahwa:
1. Perjuangan
Tjokroaminoto dalam melawan penjajah berlandaskan ideologi Islam sangatlah luar
biasa. Beliau menjadikan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) sebagai
kendaraannya.
2. Dalam sebuah
perjuangan, haruslah jelas visi dan misi agar perjuangan itu tepat sasaran.
Contohnya, Tjokroaminoto yang menjadikan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai landasan perjuangannya.
3. Kita tidak
boleh melupakan perjuangan para pahlawan Indonesia, khususnya Tjokroaminoto.
Hal ini agar kita dapat mengambil pelajaran dan memperbaiki arah perjuangan
kita ke depan.
4. Bentuk
perjuangan Tjokroaminoto berupa sekolah yang berlandaskan Islam InsyaAllah akan
menjadi amal jariyah Beliau. Terlebih, hal itu menjadikan anak bangsa memiliki
kecerdasan intelektual dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
5. Teruntuk
generasi muda saat ini, diharapkan dapat melanjutkan perjuangan Tjokroaminoto
dengan melakukan segala hal yang positif di bidangnya masing-masing. Sehingga
manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
6. Di era
revolusi industri 4.0 saat ini, generasi muda diharapkan dapat memanfaatkan
potensi yang ada dengan melakukan sinergi dan berkolaborasi dengan kesamaan
visi untuk mempercepat perjuangan.
Semoga Allah
Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberi petunjuk dan kemudahan kepada kita untuk
meraih cita-cita negara Indonesia tercinta.
Akhirnya, hanya kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala kita berserah diri dan memohon pertolongan-Nya.
Referensi :
Seri Buku Saku
Tempo (2017). Tjokroaminoto: Guru Para Pendiri Bangsa. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia
*Penulis adalah
Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar