Oleh : Washil Bahalwan
Ustadz Abdurrahman Bahalwan Rahimahullahu Ta'ala
Madrasah Al-Irsyad Surabaya merupakan salah satu sekolah yang berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Banyak diantara murid-muridnya kelak menjadi tokoh masyarakat. Hal itu disebabkan karena madrasah Al-Irsyad Surabaya sangat memperhatikan kualitas guru sebagai orang yang sangat menentukan akhlak dan kecerdasan anak didiknya. Pada zaman dahulu tenaga pengajar madrasah Al-Irsyad Surabaya bukan hanya lokal tetapi juga ada yang berasal dari luar negeri. Salah satunya adalah berasal dari Kuwait, Ustadz Mahmud Al-Ayyubi. Kedatangan Ustadz Mahmud Al-Ayyubi di Indonesia atas penugasan dari Raja Abdul Aziz sebagai advokasi dan pendidikan selama 20 tahun terhitung sejak tahun 1349-1369 H (1930-1950). Ustadz Mahmud Al-Ayyubi sangat sayang dan bangga dengan ustadz Abdurrahman Bahalwan, karena kepandaiannya khususnya penguasaan sastra Arab yang luar biasa. Ketika tugas pengabdian ustadz Mahmud Al-Ayyubi berakhir di madrasah Al-Irsyad Surabaya dan bermaksud kembali ke Kuwait tahun 1950, ustadz Mahmud Al-Ayyubi hendak mengajak ustadz Abdurrahman Bahalwan ke Kuwait, agar penguasaan sastra Arabnya dapat berkembang lebih baik lagi serta mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Akan tetapi dengan berbagai pertimbangan termasuk keluarga, akhirnya ustadz Abdurrahman Bahalwan memilih untuk tetap tinggal di Surabaya dan mengabdi di madrasah Al-Irsyad Surabaya. Dari sisi ini kita mendapatkan palajaran berharga, yaitu dalam mengambil keputusan harus dilakukan dengan cermat, bijaksana, serta memertimbangkan berbagai aspek, baru keputusan diambil. Ustadz Mahmud Al-Ayyubi setelah kembali ke Kuwait beliau ikut berjuang karena pada saat itu Kuwait sedang dijajah Inggris. Beliau berjuang melalui tulisan-tulisan dalam bentuk syair yang isinya menggerakkan semangat warga Kuwait untuk berjuang melawan Inggris. Karena dedikasi dan perjuangannya yang luar biasa untuk mempertahankan Kuwait dari serangan Inggris, maka oleh pemerintah Kuwait, ustadz Mahmud Al-Ayyubi dianugerahi Pahlawan Nasional. Dan sebagai wujud kecintaannya pada Indonesia, ustadz Mahmud Al-Ayyubi juga mendirikan Madrasah Al Qur'anul Adhim di Pasuruan Jawa Timur.
Ustadz Mahmud Al-Ayyubi Asal Kuwait
Guru Senior di Madrasah Al Irsyad Surabaya Tahun 1930-1950
Selain menguasai sastra Arab, ternyata ustadz Abdurrahman Bahalwan juga mengerti ilmu Falak (astronomi), demikian kata salah seorang muridnya, Hasan Jabbal yang pernah disampaikan kepada kami. Setiap tanggal 21 Maret, murid-murid madrasah Al-Irsyad Surabaya dikumpulkan di lapangan sekolah sehabis Isya’. Tujuannya adalah untuk melihat anekaragam bintang yang bertebaran di langit. Pada saat itu akhuk (abangmu), menjelaskan satu-persatu bintang yang ada pada murid-muridnya.Termasuk kapan bintang itu muncul terus pertanda apa bagi masyarakat sekitar.( petani dan pelaut misalnya ). Disamping itu akhuk (abangmu) juga menerangkan dari sudut agama, yaitu tentang kebesaran Allah SWT. Sehingga murid-muridnya senang, riang gembira dalam menerima pelajaran, karena metode yang dipakai rekreatif dan mengena. Para muridnya tidak hanya paham tentang ilmu Falak, tetapi lebih dari itu semakin bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu pelajaran apapun dapat dikorelasikan dengan nilai-nilai agama. Guru yang bijak dan hebat adalah guru yang mampu mengintegrasikan konsep pelajaran apapun dengan nilai-nilai agama. Harapannya murid-muridnya tidak hanya menguasai konsep pelajaran. Akan tetapi lebih dari itu diharapkan melalui ilmu pengetahuan apapun dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Madrasah Al-Irsyad Surabaya Tempo Dulu.
Pemandangan Halaman Belakang Madrasah Al-Irsyad Jl. Danakarya No. 46 Surabaya
Di belakang halaman madrasah inilah Ustadz Abdurrahman Bahalwan mengajarkan Ilmu Falak kepada murid-murid Al-Irsyad pada setiap tahun pada tanggal 21 Maret setelah Sholat Isya'.
Halaman Depan Madrasah Al-Irsyad Surabaya Tempo Dulu.
Riwayat Ustadz Mahmud Al-Ayyubi Asal Kuwait, Guru Senior Madrasah Al-Irsyad Surabaya Tahun 1930-1950.
محمود شوقي الأيوبي، من مواليد 1903 في الكويت توفي في مارس 1966، هو من قبيلة المنتفق وأمه من الدياحين هاجر من العراق إلى الكويت . وقد أسماه والده محموداً، ولكن الشاعر أضاف إلى اسمه اسم "شوقي" لشدة إعجابه بالشاعر أحمد شوقي.
Mahmood Shawqi Al-Ayoubi, lahir tahun 1903 di Kuwait, meninggal pada bulan Maret 1966, adalah anggota suku Muntafiq dan ibunya dari Dahiyeen berimigrasi dari Irak ke Kuwait. Ayahnya memanggilnya Mahmoud, tetapi penyair menambahkan namanya ke "Shauqi" karena kekagumannya pada penyair Ahmed Shawky.
ودرس محمود شوقي الأيوبي في كتاب المُلا عبد الله الأنصاري، ثم في المدرسة المباركية، وقد سافر إلى البصرة، ثم إلى بغداد حيث درس في دار المعلمين العالية، وبعد انتهاء الدراسة عمل مدرساً في قرية "أبي الخصيب" بالعراق.
ورحل بعد ذلك إلى سورية ولبنان وفلسطين ومصر، ثم رجع إلى العراق، ثم عاد إلى الكويت ليعمل مدرساً بالمدرسة المباركية، ولكنه ترك الكويت إلى العراق مرة ثالثة ليلتحق جندياً بسلاحِ الخيالة.
ثم سافر إلى الإحساء، وبعدها إلى الرياض في ربيع الأول 1348هـ (إبريل 1939)، وأدَّى مناسك الحج، ثم هاجر إلى إندونيسيا للدعوة والتعليم، بتكليف من الملك عبد العزيز، وأقام هناك عشرين سنة، من 1349-1369هـ (1930-1950).
Mahmoud Shawki Al-Ayoubi belajar di buku Mullah Abdullah Al-Ansari, kemudian di Sekolah Al-Mubarakiya, ia pergi ke Basra, lalu ke Baghdad, di mana ia belajar di Sekolah Menengah Guru. Dia kemudian pergi ke Suriah, Libanon, Palestina dan Mesir, kemudian kembali ke Irak, lalu kembali ke Kuwait untuk bekerja sebagai guru di sekolah Mubarakiya, tetapi meninggalkan Kuwait ke Irak untuk ketiga kalinya bergabung dengan seorang tentara dengan Kavaleri. Kemudian ia melakukan perjalanan ke Al-Ahsa, dan kemudian ke Riyadh pada musim semi 1348 H (April 1939), dan melakukan ritual haji, kemudian berimigrasi ke Indonesia untuk advokasi dan pendidikan, ditugaskan oleh Raja Abdul Aziz, dan tinggal di sana dua puluh tahun, dari 1349-1369 H (1930-1950).
وقد عاد الأيوبي إلى الكويت عام 1950 حيث أقام في قرية الشعيبة، وتوفي في ذي الحجة 1385هـ (مارس 1966).
وشعره كثير جدا، ولقد نشر بعضه في جريدتي "أم القرى" و"الإصلاح"، وهناك تداخل في دواوينه، فقد ينشر القصيدة الواحدة في ديوانين.
ومن دواوينه المطبوعة:
1-الموازين: طُبع في دار المعارف بمصر عام 1953، من قبل البعثة الكويتية بالقاهرة في (450) صفحة، ويشتمل على (140) قصيدة.
ويقول الأيوبي عن هذا الديوان "قصائده قصيرة، وهي من وحي صباح الفردوس الاستوائي (إندونيسيا) المجاهدة، تلك البلاد المحبوبة التي مكثت فيها نحو عشرين عاما، وإن أفضل ما يُهدي المواطن سِفراً لأبناء وطنه، هي عصارته الروحية التي تمخّضت عن تجارب قاسية فهي للشباب في عنفوان فتوته دروس، وللشيوخ في مجالسهم رياحين النفوس".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar