Foto keluarga Salim Bahalwan beserta ketiga anaknya :
Dari Kiri ke Kanan Abdul Kadir 13 Tahun (Abahnya Dora Bahalwan)
Saleh (Baju Putih 18 Tahun)
Salim Bahalwan (Pendiri Sekolah Al - Ma'arif)
Ahmad 15 Tahun (Abahnya Fauzi Bahalwan)
Lokasi : Surabaya sekitar tahun 1922
Teks
asli dalam bentuk Arab pego, tulisan tangan abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan.
Teks
asli dalam bentuk latin :
“SALIM BAHALWAN“
Terlahir di Banda Naira, hari Ahad tanggal 10 Sya’ban 1294
H. Muwafiq 19 Agustus 1877 M. Beliau adalah sebagai pembantu Abdullah saudara
tua. Bukannya membantu begitu saja, tapi adalah sama-sama bekerja. Dua saudara
itu menjadi sepakat untuk memelihara ibu dan adik-adik serta sekalian keluarga
yang ditanggung jawab dan mendidik adiknya mengganti aba almarhum. “ Kullukum
Ro’in Wakullukum Mas’ulun An-ro’iyah “.
Dari mulai dewasa telah berdagang dan perpindah-perpindah ke Gorontalo, Geser, Kai, Dobo, Fak-Fak dan Merauke.
Dan pada usianya telah lanjut hijrah dan bermukim di
Surabaya. Dalam bulan Pebruari 1917, beliau tiada kurang jasanya dari Abdullah.
Selain berdagang, beliaulah yang berusaha sampai bisa membuka tanah perkebunan,
menanam kelapa Bustan Halwan di Seram laut.
Selain dari itu beliau membuka pekerjaan kommisioner di
Surabaya yang terkenal maju di waktu itu. Kemudian membuka madrasah AL-MA’ARIF
AL-ISLAMIYYAH di Surabaya dengan guru dari Mesir Al-Ustad Muhammad Mursyidi,
bukan guru Al-Irsyad.
Untuk terutama bagi keluarga Al-Bahalwan dan pada umumnya.
Yang selamat berhasil baik yaitu murid Ahmad dan Abdul Kadir sebagai ambiya’,
menjadi guru Arab bani-bani. Dan mereka berdua masuk dalam Partai Syarikat
Islam ( PSII ), Cokroaminoto, Haji Agus Salim,Sangaji dan Wondo Amiseno.
Ahmad dan Abdul Kadir Bahalwan yang memperkenalkan nama
Bahalwan dalam sejarah pergerakan Indonesia. Kemudian baru diikuti oleh
Al-Bahalwan muda yang lain.
Mereka berdua saudara dapat menduduki dalam jabatan
Kementerian Agama Islam. Maka Ahmad Bin Salim Bahalwan adalah orang pertama
dari Al-Bahalwan Indonesia yang dua kali berhaji ke Makkah. Dan sebelumnya itu
adalah kepentingan pemerintah. Ia di tugaskan berkeliling ke luar negeri ke
negeri Jazirah Islam, Mesir dan Palestina. Maka jika tiada dari bantuan Salim gerak gerik dalam pekerjaan,Abdullah tak bisa
berjalan lancar, sebagaimana yang sama kita mengalami. Dan tak dapat disangkal lagi, bahwa berhijrah Al-bahalwan
dari Banda ke Surabaya ialah taqlid kanda jalannya Salim Almarhum.
Dan pada akhir umurnya beliau dipiara oleh anaknya sendiri
dan meninggal di Jakarta di rumah Ahmad Bin salim Bahalwan pada 29 September
1957 / 5 Robiul Awal 1377 H dalam usia 83 tahun.
Robbanaghfirlana Wali ikhwanina alladzina Sabaquuna bil iman.
Terjemahan
bebas tulisan Abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan :
“SALIM BAHALWAN"
Lahir di Banda Naira, pada hari Ahad tanggal 10 Sya’ban
1294 H bertepatan dengan tanggal 19 Agustus 1877 M. Beliau merupakan adik dari
Abdullah. Bukannya sekedar membantu, akan tetapi bersama-sama bekerja. Kedua
saudara telah sepakat untuk memelihara ibu dan adik-adiknya dalam keluarga yang
menjadi tanggungjawabnya termasuk terhadap kelangsungan pendidikannya sebagai
gantinya aba yang telah wafat. Seperti dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam yang artinya “ Setiap kamu adalah pemimpin, yang nanti akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas kepemimpinannya
“.
Sejak usia mudah , Salim sudah berdagang dan berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lainnya. Diantaranya ke Gorontalo,
Geser, Kai, Dobo, Fak-fak dan Merauke.
Dan setelah usianya beranjak tua / lanjut, Salim pindah dan
menetap di Surabaya pada bulan Pebruari 1917. Jasanya sangat banyak kepada
Abdullah. Yaitu selain berdagang juga berusaha membuka perkebunan, menanam
kelapa Bustan Halwan di Seram Laut.
Selain itu, ketika di Surabaya membuka usaha jasa
comisioneer yang sangat terkenal dan maju saat itu. Setelah itu membuka
Madrasah AL-MA’ARIF AL-ISLAMIYYAH dengan mendatangkan guru dari Mesir yaitu
Al-Ustad Muhammad Mursyidi, bukan guru Al-Irsyad.
Sekolah Al-Ma’arif disamping untuk keluarga Bahalwan, juga
terbuka bagi masyarakat umum yang ingin bersekolah. Dan dari keluarga Bahalwan
yang merupakan hasil didikan Al-Ma’arif diantaranya adalah Ahmad Bahalwan dan
Abdul Kadir Bahalwan yang tidak lain adalah anak dari Salim Bahalwan. Mereka berdua aktif menjadi anggota Partai Syarikat Islam Indonesia (
PSII ) bersama Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Sangaji dan Wondo Amiseno.
Dari Ahmad dan Abdul Kadirlah nama Bahalwan dikenal dalam
sejarah pergerakan Indonesia. Setelah itu baru disusul Bahalwan muda lainnya.
Sampai mereka berdua ( Ahmad dan Abdul qodir ) bekerja di Departemen Agama
Republik Indonesia . Dan Alhamdulillah Ahmad Bin salim bahalwan menjadi orang
pertama di keluarga Bahalwan yang telah dua kali menunaikan ibadah haji ke
Mekkah. Sebelum itu dia ditugaskan oleh pemerintah untuk tugas kenegaraan ke
luar negeri ke negeri Jazirah Islam, Mesir dan Palestina.
Maka tanpa bantuan dari salim, pekerjaan Abdullah tidak
dapat berjalan dengan lancar, sebagaimana yang kita lihat bersama. Dan berhijrah/pindahnya Al-Bahalwan lainnya dari banda ke
Surabaya adalah mengikuti jejak dari Salim Almarhum.
Dan pada akhir umurnya, Salim hidup bersama anaknya dan
meninggal di Jakarta di rumah Ahmad Bin salim Bahalwan pada tanggal 29
September 1957 M bertepatan dengan tanggal 5 Robiul Awal tahun 1377 H dalam
usia 83 tahun.
Robbanaghfirlana Wali ikhwanina alladzina Sabaquuna bil iiman.
Salim Bahalwan - Pendiri Sekolah Al Ma’arif
Sekolah Al - Ma'arif didirikan tahun 1919
Tidak dapat dipungkiri,
bahwa tabir kehidupan sejarah Bahalwan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
peran abah Zein Bahalwan yang dimulai dari pengiriman surat yang diberi judul “ JALAN TERBUKA “. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan abah Zein Bahalwan , demikian biasa disebut adalah selalu
mencatat, mendokumentasikan kemudian menyimpannya dengan rapi. Kebiasaan
tersebut, bagi penulis ketika masih kecil, dalam hati berpikir, apa manfaatnya
abah membuat semua itu. Ternyata ketika sekarang ini, barulah sadar. Bahwa apa
yang dahulu dilakukan oleh abah sangat membantu bagi terkuaknya rahasia
perjalanan Bahalwan yang secara tidak langsung berfungsi untuk merekatkan
kembali tali silaturrahim yang putus untuk dirajut kembali menjadi sebuah
ikatan kekerabatan yang kuat.
Dan
pada kesempatan ini edisi 24, kami akan mengupas salah satu peran Bahalwan dalam dunia
perdagangan sekaligus dunia pendidikan.
Peran tersebut dilakukan oleh Salim Bahalwan yang juga Ammi (kakaknya Walidy). Sebagai data pendukung
yang menunjukkan sejarah perjalanan Salim Bahalwan, adalah dokumen tulisan tangan aba Zein
Bahalwan dalam bentuk arab pego, ditambah dengan informasi dari saudara
Fadhil Bahalwan ( cucu Salim Bahalwan ) yang bagi keluarga Bahalwan bagaikan kamus berjalan serta informasi yang kami dapatkan
dari berbagai pihak.
Dari tulisan tangan abah Zein tersebut,
dapat dikatakan bahwa, Salim Bahalwan dari usia muda sudah
berdagang. Jiwa dagangnya sangat kental. Kreatif dan inovatif. Boleh dikatakan
dengan sentuhan tangan Salim, insya-Allah apa yang diusahakan dapat berjalan
dengan baik. Hal itu disebabkan beliau, Salim Bahalwan merupakan tulang
punggung keluarga. Salim Bahalwan berdagang ke wilayah timur dan berpindah –
pindah , mulai dari Gorontalo ke Pulau Seram, Kai, Geser, Dobo Fak-Fak dan Merauke. Disamping itu beliau juga membantu saudara tua
yaitu Abdullah Bahalwan untuk mengelola usaha peninggalan almarhum orang
tuanya. Untuk kegiatan home industri ( ndustri rumah tangga) , Salim Bahalwan
mendapat tugas mengurusi industri obat-obatan dengan prodak unggulannya adalah
minyak kesehatan. Jadi mulai penyiapan bahan,proses,finalisasi dan pernjualan
semuanya menjadi tanggung jawab Salim Bahalwan.
Pengetahuan
tentang obat-obatan dan bagaimana cara pembuatannya didapatkan dari seorang
Churasan ( Iran ). Untuk itu sebagai bentuk apreasiasi dan rasa terima kasih,
maka produksi minyak kesehatan diberi nama “
Minyak Churasan ( Harsani ). Minyak Churasan ( Harsani ) berkhasiat untuk
menyembuhkan kulit karena gatal,kurap,eksim dan lainnya. Alhamdulillah respon
masyarakat sangat baik, sehingga produksinya dari waktu ke waktu semakin
meningkat. Produksi minyak Churasan ( Harsani ) tersebut yang berada di Banda
ditangani oleh adiknya yaitu Said Bin Abdurrahman Bahalwan (kakeknya Yeny bin Thalib - Ambon). Sedang yang di
Surabaya ditangani langsung oleh Salim Bahalwan.
Dari
pernikahannya dengan Anawiyah, Salim Bahalwan dikaruniahi 2
orang anak yaitu : Ahmad Bin Salim Bahalwan yang lahir tahun 1907 dan Abdul Kadir Bin Salim Bahalwan yang lahir
tahun 1909.
Dan
ketika Salim hijrah ke Surabaya tahun 1917 beserta kedua anaknya, maka jiwa dagangnya tidak hilang. Salim
Bahalwan melakukan observasi,mengamati,usaha dagang apa yang bisa dilakukan dan
prospeknya baik. Setelah mengamati dan mempertimbangkan berbagai hal antara
peluang dan resiko, maka Salim meneguhkan untuk berusaha dibidang jasa dengan
mendirikan “ COMMISIONEER BAHALWAN “yang
berkantor di Jl. Panggung Surabaya, dekat kawasan Langgar serang.
Untuk
mendukung jasa commisioneer, Salim dibantu oleh Hasan dan abah Zein sebagai
tenaga admin, sedang bagian pengadaan barang dengan dibantu anaknya yang
bernama Saleh Bin salim Bahalwan.
Alhamdulillah,
usahanya berkembang dan pelanggannya hampir merata di wilayah nusantara. Mulai
dari Sumatera sampai Manado, ujung paling timur sampai Irian Jaya. Mekanismenya
adalah : Pemesan ( pedagang ) melakukan kontak dan mengirimkan wesel pos yang
berisi nominal uang dan macam barang yang harus diorder. Setelah wesel
diterima, kemudian dihitung jumlah barang yang harus dibeli termasuk berapa
uang yang dibutuhkan dan ditambah dengan ongkos kirim dengan jasa
ekspedisi.Setelah semuanya selesai,barulah Commisioneer mengambil jasanya
sebesar 2.5 %.
Hal
yang membuat jasa commisioneer maju, diantaranya adalah barang yang ditawarkan
terjangkau,layanannya cepat,aman dan terpercaya. Disamping itu harga barangnya
murah ( istilah pedagang, harganya mereng ). Hal itu karena Commisioneer
membeli barang kebutuhan di Pasar Bong.
Salah satu pasar legendaris dan icon Surabaya dari zaman dahulu sampai sekarang
yang berlokasi diJl. Slompretan ( Chinesse Bree Staat ). Pasar Bong termasuk
jenis pasar grosir yang khusus menyediakan kebutuhan tekstil dan bahan kain
dengan pilihan yang banyak. Sehingga memudahkan bagi pedagang. Jadi secara
tidak langsung Pasar Bong ikut mewarnai sejarah Bahalwan Indonesia ,khususnya Salim Bahalwan.
Kepribadian
Salim Bahalwan mungkin berbeda dengan kebanyakan pedagang lainnya. Artinya
salim Bahalwan berpandangan bahwa, keuntungan yang didapat dari
usahanya,disamping untuk keluarga juga sebisa mungkin bermanfaat untuk masyarakat
sekitar. Dan setelah mengamati dengan
seksama di sekitar tempat tinggalnya, banyak anak-anak usia sekolah yang tidak
bersekolah, hal itu disebabkan berbagai faktor, diantaranya karena minimnya
sekolah dan kondisi penjajahan Belanda, berdampak tidak semua anak bisa
mengenyam pendidikan. Melihat kondisi tersebut, Salim Bahalwan tergugah untuk
berbuat sesuatu. Melalui perenungan dengan
memperhatikan berbagai aspek, maka solusi yang tepat untuk mengatasi itu
semua adalah dengan mendirikan lembaga pendidikan. Dengan tekad bulat,
berdirilah sekolah yang diberi nama “
SEKOLAH AL-MA’ARIF AL-ISLAMIYYAH “ pada tahun 1919 di Surabaya.
Di
atas telah disampaikan bahwa untuk pengiriman order pesanan barang,
Commisioneer selalu memakai jasa ekspedisi KPM ( Koninklijke Pakketvaart
Maatschappij ). Sebuah perusahaan Kapal Pelayaran milik Belanda yang terkenal
dan jaringannya luas pada saat itu. Dan karena Salim Bahalwan termasuk salah
satu pelanggan setia dan tidak pernah ingkar janji, maka sebagai bentuk
penghargaan, ketika pihak KPM Pusat,hendak melebarkan bisnisnya dengan membuka
lahan perkebunan kelapa sawit di Papua pada tahun 1927, maka Kantor pusat KPM memerintahkan kepada KPM Surabaya untuk mengundang
Salim Bahalwan dengan maksud kerjasama. Maka berangkatlah Salim Bahalwan ke Manokwari
ibukota bagian barat Papua. Dan setelah sampai di sana (Papua), telah hadir
para undangan yang didominasi oleh orang – orang Belanda dan dari keturunan Arab
Indonesia yang diundang hanya Salim Bahalwan. Perlu diketahui bahwa segala
keperluan selama dalam perjalanan dan penginapan semuanya ditanggung oleh KPM
Pusat dengan klasifikasi tamu VIP. Namun kami tidak tau alasan apa, sehingga
tawaran tersebut ditolak oleh Salim Bahalwan. Mungkin Salim Bahalwan ingin
konsentrasi dan membesarkan Commisioner dan sekolah Al-Maarif yang diyakini
oleh Salim Bahalwan menjadi sarana tepat untuk melahirkan generasi muda Islam
yang peduli akan syiar agama dan negaranya.
Pada
awal berdirinya sekolah Al-Ma’arif beralamat di Kalimas Udik II ( kampung Umar
Bin Hasan Bahalwan ),ada rumah besar pojok bagian timur gg. Buntu. Seiring
dengan perjalanan waktu, Alhamdulillah murid yang bersekolah di Al-Ma’arif
semakin banyak ( sekitar 100 anak ). Melihat hal itu, akhirnya proses belajar
mengajar berpindah ke jalan Petukangan Surabaya.
Yang
perlu diketahui tentang sekolah Al-Ma’arif dari berbagai sumber adalah sbb :
Ø Merupakan
sekolah pertama yang menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam proses
belajar mengajar. Murid-murid Al-Ma’arif diharapkan mahir berbahasa Arab baik
lisan,tulisan terlebih percakapan.
Ø Sistim
yang dipakai bukan klasikal, akan tetapi modul. Sehingga waktu itu Al-Ma’arif
sudah berpikir maju. Dengan sistim modul, maka memacu anak untuk aktif,serius
untuk belajar.
Ø Istilah
yang digunakan bukan kelas 1,2,3 dst. Akan tetapi buku 1,2,3 dst.
Ø Penanaman
disiplinnya sangat tinggi,tetapi tidak kaku dan benar-benar memperhatikan aspek
perkembangan dan kultur anak .
Ø Merupakan
sekolah yang sangat maju pada saat itu dan menjadi pilihan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya.
Ø Sesuai dengan dokumen tulisan abah Zein,
Al-Ma’arif selain untuk keluarga Bahalwan, juga menerima masyarakat umum. Dan
menurut keterangan dari Fadhil Bahalwan yang langsung mendapat informasi dari
murid – murid Al-Ma’arif dan juga dari abanya ( Abdur Rahman Bin Salim Bahalwan
). Diantara murid – muridnya berasal dari keluarga Bobsaid , keluarga Sungkar ( Ahmad Sungkar ),
keluarga Baswedan ( Abdurrahman Baswedan ), Joesoef Salim Baswedan dan keluarga
Martak ( Ahmad Martak ) , Salim Bin Mahfud dan lainnya.
Alhamdulillah
Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif dapat berjalan dengan lancar.
Dan kami menelisik lebih dalam dari berbagai sumber, mengenai pendanaannya .
Ternyata disamping murid-muridnya tetap dikenakan biaya, akan tetapi apabila
ada kekurangan, maka pengelola ( Salim Bahalwan ) yang
mengatasinya. Dananya diambilkan dari hasil usahanya ( kalau sekarang
istilahnya dana CSR = Corporate Social Responsibility ). Dari sini kami melihat
kemuliaan dan keteladan yang patut untuk kita contoh yaitu bagaimana keuntungan
yang diperoleh dari usaha dagangnya dapat bermanfaat untuk orang banyak. Tidak
dapat dipungkiri keinginan Salim Bahalwan mendirikan sekolah,
selain didasari untuk berkontribusi pada bangsa dan negara juga untuk
melahirkan anak bangsa yang sadar bahwa bangsa dan negaranya memerlukan peran
sertanya dalam mempercepat kemerdekaan Indonesia. Satu prinsip yang perlu ditiru yaitu jangan hanya berpikir untuk diri
sendiri, akan tetapi berpikirlah untuk umat.
Dalam
perkembangan berikutnya, kebetulan di Surabaya terdapat perkumpulan peranakan
Arab Indonesia yang bernama “ AL- WEHDATUL ARAB “ yang berkantor di Jl. KHM Mansyur
dengan ketuanya Mohammad Alamudi ( keturunan Arab Ambon ). Al-Wehdatul Arab
memintak kepada Salim Bahalwan untuk mengelola Al-Ma’arif.
Melalui diskusi dan untuk kepentingan serta kemaslakhatan yang lebih besar ,
akhirnya Salim Bahalwan bersedia menyerahkan Al-Ma’arif untuk
dikelola oleh Al-Wehdatul Arab. Namun sangat disayangkan, ketika sekitar 2
tahun dikelola oleh Al-Wehdatul Arab kondisinya mengalami kemunduran dan
ditambah dengan datangnya tentara NIPPON ( Jepang ), maka akhirnya dengan penuh
penyesalan sekolah Al-Ma’arif yang didirikan oleh Salim Bahalwan tutup. Abah Zein mengistilahkan
sekolah Al-Ma’arif gulung tikar. Selanjutnya bekas sekolah Al-Ma’arif yang
di Jalan Petukangan Surabaya beralih fungsi menjadi hotel yang diberi nama Hotel Gumbira. (informasi dari Muhammad
Bamasri).
Seperti
tulisan Abah Zein Bahalwan berikut ini :
“ Madrasah Al-Ma’arif adalah buah usaha Salim
Bahalwan dan dipimpin oleh beliau sendiri,terbuat untuk umum terutama bagi
anak-anak Al-Bahalwan. Setelah dioferkan oleh Panitia ( maksudnya adalah
Al-Wehdatul Arab ) tidak seberapa lama
madrasah tersebut gulung tikar “
Setelah
itu tahun 1942, Salim Bahalwan beserta keluarga pindah ke
Bangil mengikuti anaknya, Ahmad Bin Salim Bahalwan dan beberapa tahun kemudian,
ketika Ahmad Bahalwan menjadi guru di sekolah Al-Irsyad Banyuwangi,
maka Salim Bahalwan mengikuti juga untuk pindah ke Banyuwangi.
Setelah
mengajar di Al-Irsyad Banyuwangi, beberapa tahun kemudian Ahmad Bahalwan mendapat panggilan untuk bekerja di Departemen Agama RI Jakarta. Maka
tugas menjadi guru dilepas dan hijrah ke Jakarta, bersamaan dengan itu diajak
pula ayahnya, Salim Bahalwan pindah ke Jakarta tahun 1956.
Kurang
lebih 1 tahun hidup bersama anaknya di Jakarta, Salim Bahalwan,
bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,karena anak-anaknya sukses dan yang
lebih penting dari itu adalah anak-anaknya tidak lupa dengan agama dan itu
merupakan salah satu hasil didikan di Al-Ma’arif yang memang mengutamakan
pendidikan agama. Akhirnya pada tanggal 29 September 1957 M bertepatan dengan
tanggal 5 Robiul Awwal 1377 H, Salim Bahalwan wafat dalam usia 83 tahun di rumah anaknya, Ahmad Bahalwan.
Keluarga yang ditinggalkan ikhlas atas wafatnya Salim Bahalwan.
Keluarga merasa bertanggungjawab untuk meneruskan dan menyebarkan semangat
peduli dan berbagi dengan yang lain .Semoga almarhum, Khusnul Khotimah, amal
ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keluarga yang
ditinggalkan dapat meneruskan kebiasaan baiknya.
Keberadaan
sekolah Al-Ma’arif waktu itu menjadi pilihan utama dari para orang tua untuk
menyekolahkan anaknya. Karena Al-Ma’arif memadukan kurikulum umum dan agama
dengan titik fokus pada Bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Sehingga
Al-Ma’arif waktu itu maju dan termasuk sekolah favorit. Berikut adalah bukti
kedekatan Salim Bahalwan dengan guru-gurunya :
· Pada
tahun 1952, ketika Fadhil Bahalwan yang baru datang dari Banda Naira, bertemu
dengan Ustadz. Muallim Mursyidi, ( Guru yang didatangkan dari Mesir ). Menurut
Ustadz Muallim Mursyidi yang walaupun tidak pernah bertemu dengan keluarga
besar Salim Bahalwan ( hanya lewat cerita saja ) , namun ingatannya
sangat kuat. Ustadz. Muallim Mursyidi
banyak tau saudara Salim Bahalwan, diantaranya
Zein Bahalwan, Fathum, Zainah, Said dan Salma (Salimun). Lebih lanjut
Ustadz. Muallim Mursyidi mengatakan, Salim Bahalwan adalah pengusaha
yang sangat peduli dengan perkembangan generasi muda . Oleh karena itu
didirikanlah sekolah Al-Ma’arif untuk melahirkan generasi muda yang tangguh,
berkarakter dan berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negaranya. “ Karena
bahasa pengantar yang digunakan oleh Al-Ma’arif adalah Bahasa Arab, sehingga
seperti mengajar di negara sendiri ( Mesir ) “. Demikian kata Muallim Mursyidi.
Salim Bahalwan adalah pribadi yang familier, penuh kekeluargaan, disiplin
dan tegas. Sehingga guru dan muridnya segan dan hormat pada beliau. Fadhil Bahalwan,
kagum dengan ingatan Muallim Mursyidi. Melihat perawakannya yang tinggi,besar
dan berkacamata, dapat dipastikan Muallim Mursyidi adalah guru yang
berwibawa,disiplin dan tegas.
Dan
berikut ini adalah Salim Bahalwan dan Al-Ma’arif dimata sebagian muridnya, yang
dirangkum dari berbagai sumber :
ð Ustdz. Ahmad Sungkar, yang
mengabdikan ilmunya dengan menjadi guru di sekolah Al-Irsryad Surabaya. Dan
setelah tidak menjadi guru di Al-Irsyad Surabaya, beliau menetap di Solo Jawa
Tengah. Singkat cerita, dalam suatu acara keluarga di Surabaya Tahun 1993 Penulis pernah
mendengarkan pidato beliau tentang sekolah Al Ma’arif yang dikelola oleh Salim
Bahalwan. Yang menarik dalam kata sambutannya, Ustdz. Ahmad Sungkar bercerita
banyak tentang sepak terjang Salim Bahalwan, utamanya dalam pendidikan. Masih
menurut Ahmad Sungkar mengatakan bahwa : “
Saya dari Solo pergi ke Surabaya untuk belajar di sekolah di Al-Ma’arif “. Pada
diri Salim Bahalwan terdapat kebaikan dan kemuliaan. Juga jasa – jasanya
Bahalwan, mendirikan sekolah Al-Ma’arif. Pada kesempatan lain, adalah cerita pengalaman Farid Bin Ibrahim
Bahalwan ketika bertemu dengan Ustadz Ahmad Sungkar. Farid Bahalwan
menceritakan pengalamannya sebagai berikut : “ Puluhan tahun yang lalu, sewaktu
menghadiri perkawinan keluarga di Gedung Barunawati , Jl. Laksda M. Natsir
Perak Surabaya, Ana ( Farid ) bertemu dengan Sungkar yang alumni Al-Ma’arif Surabaya.
Dia orangnya ( Ustadz Ahmad Sungkar ) sudah tua dari Solo, kira-kira umurnya
sama dengan Ami Di ( Abdul Kadir Bahalwan ). Sewaktu dia tau ana ( Farid )
Bahalwan, dia bilang SEKOLAH ARAB
PERTAMA DI INDONESIA ADALAH MILIK BAHALWAN. Dia bilang dari Solo, datang ke
Surabaya untuk belajar di Al-Ma’arif“.
ð Abdurrahman Baswedan, biasa disingkat
dengan AR. Baswedan
Ketika Fadhil Bahalwan ke Jogjakarta tahun 1966 untuk
bersilaturrahim ke rumah AR. Baswedan. Pada saat sampai rumah AR. Bawedan,
Fadhil memperkenalkan diri bahwa ia ( Fadhil ) adalah salah satu cucu dari
Salim Bahalwan. Mendengar itu AR. Baswedan kaget, tertegun beberapa saat. Lalu
dijabatlah tangan Fadhil dengan penuh hormat yang selanjutnya dipersilahkan
untuk duduk. Setelah itu AR. Baswedan mulai bercerita tentang sosok Salim
Bahalwan dan Al-Ma’arif nya. Menurut pendapat AR. Baswedan Al-Ma’arif merupakan
sekolah unggul dan pilihan pada saat itu. Salah satu yang membuat Al-Ma’arif
menjadi sekolah pilihan menurut AR. Baswedan adalah :
Ø Al-Ma’arif
merupakan sekolah pertama yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar.
Ø Iklim
sekolahnya mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya para murid sesuai dengan
perkembangan psikologi dan kultur budayanya.
Ø Para
murid benar-benar dipandang tidak sebagai obyek semata, akan tetapi juga
menjadi subyek. Jadi dalam beberapa hal murid dilibatkan dalam kegiatan mulai
dari merencanakan,melaksanakan dan seterusnya.
Ø Ketika
proses belajar mengajar selesai. Pada malam harinya banyak murid yang
bersilaturrahim ke rumah Salim Bahalwan.. Mungkin kesannya
tidak sopan. Namun Salim Bahalwan mengemas berbeda. Ketika para murid asyik
bermain bersama teman lainnya, dari sanalah Salim Bahalwan mulai mentisipkan
nilai-nilai tanggungjawab, disiplin, semangat berbagi,saling menghargai dan
menghormati. Secara tidak sadar murid akan tertanam nilai-nilai tersebut. Dan
itu akan lebih efektif dari pada dengan
ara-cara yang represif ( disiplin yang kaku ), bahkan AR. Baswedan pernah
bermalam di rumah Salim Bahalwan. Masih menurut AR. Baswedan, dalam menanamkan
sikap dan karakter unggul, Salim Bahalwan tidak memilih cara-cara doktrin,
paksaan. Akan tetapi melihat situasi dan lebih mengikuti minat anak dan secara
tidak sadar dimasukkanlah nilai-nilai/filosofi kehidupan. Dan cara-cara seperti
inilah yang harus dicontoh dan dikembangkan. Ingat sekolah adalah lembaga pendidikan yang memberi ruang kepada anak
untuk menemukan dan mengembangkan potensinya menjadi maksimal.
Ø Dibangunnya
komunikasi dua arah yang seimbang. Pada saat itu Salim Bahalwan sering cerita
tentang keluarganya ( termasuk yang di Banda Naira ). Sehingga AR. Baswedan
masih ingat nama-nama yang diceritakan. Diantaranya adalah Ibu Anawiyah ( istri
Salim Bahalwan ), Dosey , asisten rumah tangga dari Irian jaya yang ikut
keluarga Salim Bahalwan sejak kecil. Lagi-lagi Fadhil Bahalwan kagum dengan
ingatan AR. Baswedan tentang Salim Bahalwan dan Al-Ma’arif.
Dalam hati Fadil Bahalwan berkata, itu semuanya dapat terjadi, karena sekolah
dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan ikhlas semata untuk lahirnya
generasi berakhlaqul karimah.. Sehingga benar-benar menyatu antara hati murid
dengan pengelola sekolah.
AR. Baswedan dalam hidupnya didarmabaktikan pada
bangsa dan negara Indonesia. Menurut beliau, “ Dimana kita dilahirkan dan
hidup,disitulah negeri yang harus kita jaga dan perjuangkan, sehingga menjadi
negara yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia “.Di akhir
ceritanya tentang AR. Baswedan , Fadhil Bahalwan ( cucu Salim Bahalwan )
mengatakan bahwa : Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif-nya berjasa kepada negara.
Hal ini ditandai dengan, salah satu murid Al-Ma’arif yaitu AR. Baswedan menjadi
bagian dari tim diplomasi Indonesia, untuk melakukan diplomasi ke Mesir,guna
mendapatkan pengakuan secara hukum Internasional ( DE YURE ) atas kemerdekaan
Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Alhamdulillah dengan
diplomasi yang santun dan memandang setiap negara berhak atas kemerdekaannya,
maka Mesir pada tahun 1949 mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan ketika dilakukan
sidang Majelis Umum PBB , Mesir menjadi salah satu pelopor yang mengakui
kemerdekaan Indonesia bersama dengan Palistina dan negara – negara lainnya. Dan
itu menurut Fadhil Bahalwan, merupakan salah satu bukti kongkrit perjuangan
salah satu murid Al-Ma’arif dan tentunya kita tidak bisa mengesampingkan
pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari sosok AR. Baswedan . Kuat dalam
memegang prinsip, insting politiknya tajam, berani mengambil resiko dari
pilihan yang diambil dan masih banyak nilai lainnya merupakan salah satu hasil
gemblengan dari Al-Maarif.
Washil
Bahalwan bersama Anis Baswedan (cucu AR Baswedan)
Foto pada acara Pernikahan putra dari Aziez Bin Abdurrahman Bahalwan yaitu Afif Rieza Bahalwan dengan Ristia Paramita, pada hari Minggu, 11 Maret 2018 di Sampoerna Strategic Square Jl. Jenderal Sudirman Jakarta
ð Joesoep Salim
Baswedan
Beliau lahir di Surabaya tahun 1913 M/1331 H. Wafat pada hari Selasa, 12 Februari 1985 M/22 Jumadil awal 1405 H. Beliau
adalah murid Al-Ma’arif dan beliau pernah menjadi asisten guru. Informasi tersebut
dari anak beliau yang bernama Faruq Joesoef Baswedan. Kata Faruq Baswedan ketika walidy wafat tahun 1985. Dua hari setelah meninggalnya walidy, ustadz Abdurrrahman Bahalwan takziyah di rumah di Jl. Ampel Kejeron Gg.II No.16 Surabaya dan menunjukkan foto (dalam bingkai/pigora) ukuran agak besar. Dalam foto tersebut, banyak wajah-wajah murid dan guru Al Ma'arif. Beliau memberitahukan bahwa walidy (Joesoef Salim Baswedan) adalah murid sekolah Al Ma'arif bahkan pernah menjabat sebagai asisten guru. Demikian informasi yang telah disampaikan kepada penulis. Rupanya kehadiran Ustadz Abdurrahman Bahalwan takziyah ke rumah duka sudah dipersiapkan dan djadikan sarana untuk memberi tahu kepada Faruq Baswedan tentang abahnya yang ternyata murid Al-Ma'arif dengan bukti membawa foto kenangan. Sayangnya, dokumentasi foto tersebut hingga sekarang tidak diketahui keberadaannya.
Beberapa komentar tentang
Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif dari beberapa sahabat lainnya :
- Ustadz Ahmad Bin Mahfud.
Sekitar tahun 2015, penulis bersilaturrahim ke rumah beliau. Dalam salah satu obrolannya Ustdz Ahmad,
demikian biasa dipanggil, berkata : Saya ( Ustd Ahmad ) banyak tau apa yang
dilakukan oleh Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arifnya). “ Salim Bahalwan banyak
mempermudah anak-anak untuk mendapatkan sekolah yang memberi perhatian lebih
pada pelajaran agama.Karena dasar-dasar agama harus ditanamkan sejak kecil pada
diri anak-anak “.
- Salim Bin Mahfud ( tinggal di Malang ).
Salim bin Mahfud juga alumni Al-Ma’arif yang juga seorang pengusaha bergerak
dibidang tegel di Malang. Ketika Fahmi Bahalwan yang juga cucu
keponakan Salim Bahalwan memperkenalkan diri dan bermaksud kerjasama bisnis
tegel ( usaha Fahmi Bahalwan berada di Jagir Surabaya ), Salim Bin
Mahfudz kaget dan bangga dapat bertemu dengan keluarga Salim Bahalwan yang pendiri Al-Ma’arif itu. Akhirnya Salim Bin Mahfudz mengatakan,
karena Fahmi adalah bermarga Bahalwan, maka akan saya permudah. Saya percaya
dengan antum (Fahmi yang bermarga Bahalwan itu).
Semoga kita tidak begitu cepat
melupakan sejarah apapaun. Karena barang siapa
melupakan sejarah, maka sejarah itu akan menggulung kita sendiri.
Dari berbagai sepak terjang
Salim Bahalwan, ada beberapa poin yang dapat dijadikan pelajaran, diantaranya
adalah :
· Pendokumentasian
kegiatan sangat perlu dan penting. Karena itu sangat memudahkan untuk membuka
tabir / misteri kehidupan.
· Kecermatan
dalam melihat situasi sangat penting untuk menentukan langkah lanjutan.
· Kita
harus punya mimpi. Karena itu memotivasi kita untuk berbuat maksimal.
· Jangan
pernah berpikir untuk kepentingan diri sediri. Akan lebih bijak kalau kita juga
berpikir untuk kebanyakan orang. Karena alangkah indahnya kalau kita dapat
berbuat sesuatu untuk orang lain.
· Sesuatu
harus diserahkan kepada ahlinya. Apabila tidak, tunggu saja kehancurannya. Jadi
kerjakan sesuatu menurut bakat,minat yang ada.
· Menanamkan
disiplin,tanggungjawab, bukan hanya teori.
Akan tetapi harus praktek. Dan kita harus mendayagunakan apa yang ada disekitar
kita untuk menunjang pembentukan nilai-nilai baik tersebut.
· Murid
bukan semata obyek,tetapi juga subyek. Tugas sekolah dan guru adalah
mengoptimalkan minat,bakat murid sehingga tumbuh dan berkembang sesuai dengan
aturan dan kultur yang ada.
· Tanamkan
nilai baik kepada siapapun. Karena itu akan lestari dan selalu dikenang.
Walaupun kita sudah tiada.
· Mudahkanlah
urusan orang lain, karena itu urusanmu pasti akan dipermudah.
· Mengucapkan
terimakasih baik. Akan tetapi lebih bijak, jika kita menyebarkan nilai-nilai
positif dari seseorang yang telah berjasa pada kita. Agar menjadi jariyah
bersama.
· Selagi
ada kesempatan berbuatlah kebaikan. Dan pilihlah kegiatan yang benar-benar
menjadi lokomotif perubahan.
Penulis berkeyakinan kuat, bisa
jadi sekolah Al-Ma’arif sekarang ini, didirikan oleh orang yang dulunya pernah
mengenyam pendidikan di Al-Ma’arif yang
didirikan oleh Salim Bahalwan. Wallahu A’lam Bissawab.
Dan
sebagai bentuk apresiasi,rasa hormat kepada Salim Bahalwan, penulis perlu
meneruskan apa yang dulu pernah dilakukan oleh Salim Bahalwan. Penulis atau dari
keluarga Bahalwan lainnya mempunyai cita – cita, Insya Allah suatu saat nanti dapat
mendirikan sekolah dan penulis beri nama AL
– MA’ARIF. Karena menurut penulis dengan mendirikan sekolah merupakan langkah
tepat untuk merubah peradaban dan melahirkan generasi yang cakap,terampil dan
siap hidup di zamannya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memudahkan dan
mengabulkan niat baik tersebut. Amiin.
Washil Bahalwan
Penulis Sejarah Bahalwan - Salim Bahalwan Pendiri Sekolah Al - Ma'arif
Hi I am marwan Bahalwan from yemen .Hdrmowt
BalasHapusHi, Marwan... Thanks for visit my blog... Sorry for late respond
HapusIt's nice to know that your surname is Bahalwan, from Yemen. If one day you visit Indonesia, please let me know. I live in Surabaya... Thank you...
Hallo .you are fimly .
BalasHapus+697)738753693
BalasHapusIm proud
BalasHapus