Jumat, 20 Juli 2018

SEJARAH BAHALWAN - SALIM BAHALWAN PENDIRI SEKOLAH AL-MA’ARIF “

Oleh : Washil Bahalwan




Foto keluarga Salim Bahalwan beserta ketiga anaknya :
Dari Kiri ke Kanan Abdul Kadir 13 Tahun (Abahnya Dora Bahalwan)
Saleh (Baju Putih 18 Tahun)
Salim Bahalwan (Pendiri Sekolah Al - Ma'arif)
Ahmad 15 Tahun (Abahnya Fauzi Bahalwan)
Lokasi : Surabaya sekitar tahun 1922

Teks asli dalam bentuk Arab pego, tulisan tangan abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan.




Teks asli dalam bentuk latin :

“SALIM BAHALWAN“

Terlahir di Banda Naira, hari Ahad tanggal 10 Sya’ban 1294 H. Muwafiq 19 Agustus 1877 M. Beliau adalah sebagai pembantu Abdullah saudara tua. Bukannya membantu begitu saja, tapi adalah sama-sama bekerja. Dua saudara itu menjadi sepakat untuk memelihara ibu dan adik-adik serta sekalian keluarga yang ditanggung jawab dan mendidik adiknya mengganti aba almarhum. “ Kullukum Ro’in Wakullukum Mas’ulun An-ro’iyah “.

Dari mulai dewasa telah berdagang dan perpindah-perpindah ke Gorontalo, Geser, Kai, Dobo, Fak-Fak dan Merauke.

Dan pada usianya telah lanjut hijrah dan bermukim di Surabaya. Dalam bulan Pebruari 1917, beliau tiada kurang jasanya dari Abdullah. Selain berdagang, beliaulah yang berusaha sampai bisa membuka tanah perkebunan, menanam kelapa Bustan Halwan di Seram laut.

Selain dari itu beliau membuka pekerjaan kommisioner di Surabaya yang terkenal maju di waktu itu. Kemudian membuka madrasah AL-MA’ARIF AL-ISLAMIYYAH di Surabaya dengan guru dari Mesir Al-Ustad Muhammad Mursyidi, bukan guru Al-Irsyad.

Untuk terutama bagi keluarga Al-Bahalwan dan pada umumnya. Yang selamat berhasil baik yaitu murid Ahmad dan Abdul Kadir sebagai ambiya’, menjadi guru Arab bani-bani. Dan mereka berdua masuk dalam Partai Syarikat Islam ( PSII ), Cokroaminoto, Haji Agus Salim,Sangaji dan Wondo Amiseno.

Ahmad dan Abdul Kadir Bahalwan yang memperkenalkan nama Bahalwan dalam sejarah pergerakan Indonesia. Kemudian baru diikuti oleh Al-Bahalwan muda yang lain.

Mereka berdua saudara dapat menduduki dalam jabatan Kementerian Agama Islam. Maka Ahmad Bin Salim Bahalwan adalah orang pertama dari Al-Bahalwan Indonesia yang dua kali berhaji ke Makkah. Dan sebelumnya itu adalah kepentingan pemerintah. Ia di tugaskan berkeliling ke luar negeri ke negeri Jazirah Islam, Mesir dan Palestina. Maka jika tiada dari bantuan Salim  gerak gerik dalam pekerjaan,Abdullah tak bisa berjalan lancar, sebagaimana yang sama kita mengalami. Dan tak dapat disangkal lagi, bahwa berhijrah Al-bahalwan dari Banda ke Surabaya ialah taqlid kanda jalannya Salim Almarhum.

Dan pada akhir umurnya beliau dipiara oleh anaknya sendiri dan meninggal di Jakarta di rumah Ahmad Bin salim Bahalwan pada 29 September 1957 / 5 Robiul Awal 1377 H dalam usia 83 tahun.

Robbanaghfirlana Wali ikhwanina alladzina Sabaquuna bil iman.

Terjemahan bebas tulisan Abah Zein Bin Abdurrahman Bahalwan :

“SALIM BAHALWAN"

Lahir di Banda Naira, pada hari Ahad tanggal 10 Sya’ban 1294 H bertepatan dengan tanggal 19 Agustus 1877 M. Beliau merupakan adik dari Abdullah. Bukannya sekedar membantu, akan tetapi bersama-sama bekerja. Kedua saudara telah sepakat untuk memelihara ibu dan adik-adiknya dalam keluarga yang menjadi tanggungjawabnya termasuk terhadap kelangsungan pendidikannya sebagai gantinya aba yang telah wafat. Seperti dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya “ Setiap kamu adalah pemimpin, yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas kepemimpinannya “.

Sejak usia mudah , Salim sudah berdagang dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Diantaranya ke Gorontalo, Geser, Kai, Dobo, Fak-fak dan Merauke.

Dan setelah usianya beranjak tua / lanjut, Salim pindah dan menetap di Surabaya pada bulan Pebruari 1917. Jasanya sangat banyak kepada Abdullah. Yaitu selain berdagang juga berusaha membuka perkebunan, menanam kelapa Bustan Halwan di Seram Laut.

Selain itu, ketika di Surabaya membuka usaha jasa comisioneer yang sangat terkenal dan maju saat itu. Setelah itu membuka Madrasah AL-MA’ARIF AL-ISLAMIYYAH dengan mendatangkan guru dari Mesir yaitu Al-Ustad Muhammad Mursyidi, bukan guru Al-Irsyad.

Sekolah Al-Ma’arif disamping untuk keluarga Bahalwan, juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin bersekolah. Dan dari keluarga Bahalwan yang merupakan hasil didikan Al-Ma’arif diantaranya adalah Ahmad Bahalwan dan Abdul Kadir Bahalwan yang tidak lain adalah anak dari Salim Bahalwan. Mereka berdua aktif menjadi anggota Partai Syarikat Islam Indonesia ( PSII ) bersama Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Sangaji dan Wondo Amiseno.

Dari Ahmad dan Abdul Kadirlah nama Bahalwan dikenal dalam sejarah pergerakan Indonesia. Setelah itu baru disusul Bahalwan muda lainnya. Sampai mereka berdua ( Ahmad dan Abdul qodir ) bekerja di Departemen Agama Republik Indonesia . Dan Alhamdulillah Ahmad Bin salim bahalwan menjadi orang pertama di keluarga Bahalwan yang telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Sebelum itu dia ditugaskan oleh pemerintah untuk tugas kenegaraan ke luar negeri ke negeri Jazirah Islam, Mesir dan Palestina.

Maka tanpa bantuan dari salim, pekerjaan Abdullah tidak dapat berjalan dengan lancar, sebagaimana yang kita lihat bersama. Dan berhijrah/pindahnya Al-Bahalwan lainnya dari banda ke Surabaya adalah mengikuti jejak dari Salim Almarhum.

Dan pada akhir umurnya, Salim hidup bersama anaknya dan meninggal di Jakarta di rumah Ahmad Bin salim Bahalwan pada tanggal 29 September 1957 M bertepatan dengan tanggal 5 Robiul Awal tahun 1377 H dalam usia 83 tahun.

Robbanaghfirlana Wali ikhwanina alladzina Sabaquuna bil iiman.


Salim Bahalwan - Pendiri Sekolah Al Ma’arif 
Sekolah Al - Ma'arif didirikan tahun 1919

Tidak dapat dipungkiri, bahwa tabir kehidupan sejarah Bahalwan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran abah Zein Bahalwan yang dimulai dari pengiriman surat yang diberi judul “ JALAN TERBUKA “. Hal ini disebabkan karena kebiasaan abah Zein Bahalwan , demikian biasa disebut adalah selalu mencatat, mendokumentasikan kemudian menyimpannya dengan rapi. Kebiasaan tersebut, bagi penulis ketika masih kecil, dalam hati berpikir, apa manfaatnya abah membuat semua itu. Ternyata ketika sekarang ini, barulah sadar. Bahwa apa yang dahulu dilakukan oleh abah sangat membantu bagi terkuaknya rahasia perjalanan Bahalwan yang secara tidak langsung berfungsi untuk merekatkan kembali tali silaturrahim yang putus untuk dirajut kembali menjadi sebuah ikatan kekerabatan yang kuat.

Dan pada kesempatan ini edisi 24, kami akan mengupas salah satu peran Bahalwan dalam dunia perdagangan  sekaligus dunia pendidikan. Peran tersebut dilakukan oleh Salim Bahalwan yang juga Ammi (kakaknya Walidy). Sebagai data pendukung yang menunjukkan sejarah perjalanan Salim Bahalwan, adalah dokumen tulisan tangan aba Zein Bahalwan dalam bentuk arab pego, ditambah dengan informasi dari saudara Fadhil Bahalwan ( cucu Salim Bahalwan ) yang  bagi keluarga Bahalwan bagaikan kamus berjalan serta informasi yang kami dapatkan dari berbagai pihak.

Dari tulisan tangan abah Zein tersebut, dapat dikatakan bahwa, Salim Bahalwan dari usia muda sudah berdagang. Jiwa dagangnya sangat kental. Kreatif dan inovatif. Boleh dikatakan dengan sentuhan tangan Salim, insya-Allah apa yang diusahakan dapat berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan beliau, Salim Bahalwan merupakan tulang punggung keluarga. Salim Bahalwan berdagang ke wilayah timur dan berpindah – pindah , mulai dari Gorontalo ke Pulau Seram, Kai, Geser, Dobo Fak-Fak dan Merauke. Disamping itu beliau juga membantu saudara tua yaitu Abdullah Bahalwan untuk mengelola usaha peninggalan almarhum orang tuanya. Untuk kegiatan home industri ( ndustri rumah tangga) , Salim Bahalwan mendapat tugas mengurusi industri obat-obatan dengan prodak unggulannya adalah minyak kesehatan. Jadi mulai penyiapan bahan,proses,finalisasi dan pernjualan semuanya menjadi tanggung jawab Salim Bahalwan.
Pengetahuan tentang obat-obatan dan bagaimana cara pembuatannya didapatkan dari seorang Churasan ( Iran ). Untuk itu sebagai bentuk apreasiasi dan rasa terima kasih, maka produksi minyak kesehatan diberi nama “ Minyak Churasan ( Harsani ). Minyak Churasan ( Harsani ) berkhasiat untuk menyembuhkan kulit karena gatal,kurap,eksim dan lainnya. Alhamdulillah respon masyarakat sangat baik, sehingga produksinya dari waktu ke waktu semakin meningkat. Produksi minyak Churasan ( Harsani ) tersebut yang berada di Banda ditangani oleh adiknya yaitu Said  Bin Abdurrahman Bahalwan (kakeknya Yeny bin Thalib - Ambon). Sedang yang di Surabaya ditangani langsung oleh Salim Bahalwan.

Dari pernikahannya dengan Anawiyah, Salim Bahalwan dikaruniahi 2 orang anak yaitu : Ahmad Bin Salim Bahalwan yang lahir tahun 1907 dan Abdul Kadir  Bin Salim Bahalwan yang lahir tahun 1909. 


Dan ketika Salim hijrah ke Surabaya tahun 1917 beserta kedua anaknya,  maka jiwa dagangnya tidak hilang. Salim Bahalwan melakukan observasi,mengamati,usaha dagang apa yang bisa dilakukan dan prospeknya baik. Setelah mengamati dan mempertimbangkan berbagai hal antara peluang dan resiko, maka Salim meneguhkan untuk berusaha dibidang jasa dengan mendirikan “ COMMISIONEER BAHALWAN “yang berkantor di Jl. Panggung Surabaya, dekat kawasan Langgar serang.

Untuk mendukung jasa commisioneer, Salim dibantu oleh Hasan dan abah Zein sebagai tenaga admin, sedang bagian pengadaan barang dengan dibantu anaknya yang bernama Saleh Bin salim Bahalwan.

Alhamdulillah, usahanya berkembang dan pelanggannya hampir merata di wilayah nusantara. Mulai dari Sumatera sampai Manado, ujung paling timur sampai Irian Jaya. Mekanismenya adalah : Pemesan ( pedagang ) melakukan kontak dan mengirimkan wesel pos yang berisi nominal uang dan macam barang yang harus diorder. Setelah wesel diterima, kemudian dihitung jumlah barang yang harus dibeli termasuk berapa uang yang dibutuhkan dan ditambah dengan ongkos kirim dengan jasa ekspedisi.Setelah semuanya selesai,barulah Commisioneer mengambil jasanya sebesar 2.5 %.
Hal yang membuat jasa commisioneer maju, diantaranya adalah barang yang ditawarkan terjangkau,layanannya cepat,aman dan terpercaya. Disamping itu harga barangnya murah ( istilah pedagang, harganya mereng ). Hal itu karena Commisioneer membeli barang kebutuhan di Pasar Bong. Salah satu pasar legendaris dan icon Surabaya dari zaman dahulu sampai sekarang yang berlokasi diJl. Slompretan ( Chinesse Bree Staat ). Pasar Bong termasuk jenis pasar grosir yang khusus menyediakan kebutuhan tekstil dan bahan kain dengan pilihan yang banyak. Sehingga memudahkan bagi pedagang. Jadi secara tidak langsung Pasar Bong ikut mewarnai sejarah Bahalwan Indonesia ,khususnya Salim Bahalwan.

Kepribadian Salim Bahalwan mungkin berbeda dengan kebanyakan pedagang lainnya. Artinya salim Bahalwan berpandangan bahwa, keuntungan yang didapat dari usahanya,disamping untuk keluarga juga sebisa mungkin bermanfaat untuk masyarakat sekitar.  Dan setelah mengamati dengan seksama di sekitar tempat tinggalnya, banyak anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah, hal itu disebabkan berbagai faktor, diantaranya karena minimnya sekolah dan kondisi penjajahan Belanda, berdampak tidak semua anak bisa mengenyam pendidikan. Melihat kondisi tersebut, Salim Bahalwan tergugah untuk berbuat sesuatu. Melalui perenungan dengan  memperhatikan berbagai aspek, maka solusi yang tepat untuk mengatasi itu semua adalah dengan mendirikan lembaga pendidikan. Dengan tekad bulat, berdirilah sekolah yang diberi nama “ SEKOLAH AL-MA’ARIF AL-ISLAMIYYAH “ pada tahun 1919 di Surabaya.

Di atas telah disampaikan bahwa untuk pengiriman order pesanan barang, Commisioneer selalu memakai jasa ekspedisi KPM ( Koninklijke Pakketvaart Maatschappij ). Sebuah perusahaan Kapal Pelayaran milik Belanda yang terkenal dan jaringannya luas pada saat itu. Dan karena Salim Bahalwan termasuk salah satu pelanggan setia dan tidak pernah ingkar janji, maka sebagai bentuk penghargaan, ketika pihak KPM Pusat,hendak melebarkan bisnisnya dengan membuka lahan perkebunan kelapa sawit di Papua pada tahun 1927, maka Kantor pusat KPM  memerintahkan kepada KPM Surabaya untuk mengundang Salim Bahalwan dengan maksud kerjasama. Maka berangkatlah Salim Bahalwan ke Manokwari ibukota bagian barat Papua. Dan setelah sampai di sana (Papua), telah hadir para undangan yang didominasi oleh orang – orang Belanda dan dari keturunan Arab Indonesia yang diundang hanya Salim Bahalwan. Perlu diketahui bahwa segala keperluan selama dalam perjalanan dan penginapan semuanya ditanggung oleh KPM Pusat dengan klasifikasi tamu VIP. Namun kami tidak tau alasan apa, sehingga tawaran tersebut ditolak oleh Salim Bahalwan. Mungkin Salim Bahalwan ingin konsentrasi dan membesarkan Commisioner dan sekolah Al-Maarif yang diyakini oleh Salim Bahalwan menjadi sarana tepat untuk melahirkan generasi muda Islam yang peduli akan syiar agama dan negaranya.

Pada awal berdirinya sekolah Al-Ma’arif beralamat di Kalimas Udik II ( kampung Umar Bin Hasan Bahalwan ),ada rumah besar pojok bagian timur gg. Buntu. Seiring dengan perjalanan waktu, Alhamdulillah murid yang bersekolah di Al-Ma’arif semakin banyak ( sekitar 100 anak ). Melihat hal itu, akhirnya proses belajar mengajar berpindah ke jalan Petukangan Surabaya.

Yang perlu diketahui tentang sekolah Al-Ma’arif dari berbagai sumber adalah sbb :

Ø  Merupakan sekolah pertama yang menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. Murid-murid Al-Ma’arif diharapkan mahir berbahasa Arab baik lisan,tulisan terlebih percakapan.
Ø  Sistim yang dipakai bukan klasikal, akan tetapi modul. Sehingga waktu itu Al-Ma’arif sudah berpikir maju. Dengan sistim modul, maka memacu anak untuk aktif,serius untuk belajar.
Ø  Istilah yang digunakan bukan kelas 1,2,3 dst. Akan tetapi buku 1,2,3 dst.
Ø  Penanaman disiplinnya sangat tinggi,tetapi tidak kaku dan benar-benar memperhatikan aspek perkembangan dan kultur anak .
Ø  Merupakan sekolah yang sangat maju pada saat itu dan menjadi pilihan orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
Ø  Sesuai dengan dokumen tulisan abah Zein, Al-Ma’arif selain untuk keluarga Bahalwan, juga menerima masyarakat umum. Dan menurut keterangan dari Fadhil Bahalwan yang langsung mendapat informasi dari murid – murid Al-Ma’arif dan juga dari abanya ( Abdur Rahman Bin Salim Bahalwan ). Diantara murid – muridnya berasal dari keluarga  Bobsaid , keluarga Sungkar ( Ahmad Sungkar ), keluarga Baswedan ( Abdurrahman Baswedan ), Joesoef Salim Baswedan dan keluarga Martak ( Ahmad Martak ) , Salim Bin Mahfud dan lainnya.

Alhamdulillah Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif dapat berjalan dengan lancar. Dan kami menelisik lebih dalam dari berbagai sumber, mengenai pendanaannya . Ternyata disamping murid-muridnya tetap dikenakan biaya, akan tetapi apabila ada kekurangan, maka pengelola ( Salim Bahalwan ) yang mengatasinya. Dananya diambilkan dari hasil usahanya ( kalau sekarang istilahnya dana CSR = Corporate Social Responsibility ). Dari sini kami melihat kemuliaan dan keteladan yang patut untuk kita contoh yaitu bagaimana keuntungan yang diperoleh dari usaha dagangnya dapat bermanfaat untuk orang banyak. Tidak dapat dipungkiri keinginan Salim Bahalwan mendirikan sekolah, selain didasari untuk berkontribusi pada bangsa dan negara juga untuk melahirkan anak bangsa yang sadar bahwa bangsa dan negaranya memerlukan peran sertanya dalam mempercepat kemerdekaan Indonesia. Satu prinsip yang perlu ditiru yaitu jangan hanya berpikir untuk diri sendiri, akan tetapi berpikirlah untuk umat.

Dalam perkembangan berikutnya, kebetulan di Surabaya terdapat perkumpulan peranakan Arab Indonesia yang bernama “ AL- WEHDATUL  ARAB “ yang berkantor di Jl. KHM Mansyur dengan ketuanya Mohammad Alamudi ( keturunan Arab Ambon ). Al-Wehdatul Arab memintak kepada Salim Bahalwan untuk mengelola Al-Ma’arif. Melalui diskusi dan untuk kepentingan serta kemaslakhatan yang lebih besar , akhirnya Salim Bahalwan bersedia menyerahkan Al-Ma’arif untuk dikelola oleh Al-Wehdatul Arab. Namun sangat disayangkan, ketika sekitar 2 tahun dikelola oleh Al-Wehdatul Arab kondisinya mengalami kemunduran dan ditambah dengan datangnya tentara NIPPON ( Jepang ), maka akhirnya dengan penuh penyesalan sekolah Al-Ma’arif yang didirikan oleh Salim Bahalwan tutup. Abah Zein mengistilahkan sekolah Al-Ma’arif gulung tikar. Selanjutnya bekas sekolah Al-Ma’arif yang di Jalan Petukangan Surabaya beralih fungsi menjadi hotel yang diberi nama Hotel Gumbira. (informasi dari Muhammad Bamasri).

Seperti tulisan Abah Zein Bahalwan berikut ini :


 “ Madrasah Al-Ma’arif adalah buah usaha Salim Bahalwan dan dipimpin oleh beliau sendiri,terbuat untuk umum terutama bagi anak-anak Al-Bahalwan. Setelah dioferkan oleh Panitia ( maksudnya adalah Al-Wehdatul Arab ) tidak seberapa lama madrasah tersebut gulung tikar “

Setelah itu tahun 1942, Salim Bahalwan beserta keluarga pindah ke Bangil mengikuti anaknya, Ahmad Bin Salim Bahalwan dan beberapa tahun kemudian, ketika Ahmad Bahalwan menjadi guru di sekolah Al-Irsyad Banyuwangi, maka Salim Bahalwan mengikuti juga untuk pindah ke Banyuwangi.

Setelah mengajar di Al-Irsyad Banyuwangi, beberapa tahun kemudian Ahmad Bahalwan mendapat panggilan untuk bekerja di Departemen Agama RI Jakarta. Maka tugas menjadi guru dilepas dan hijrah ke Jakarta, bersamaan dengan itu diajak pula ayahnya, Salim Bahalwan pindah ke Jakarta tahun 1956.

Kurang lebih 1 tahun hidup bersama anaknya di Jakarta, Salim Bahalwan, bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,karena anak-anaknya sukses dan yang lebih penting dari itu adalah anak-anaknya tidak lupa dengan agama dan itu merupakan salah satu hasil didikan di Al-Ma’arif yang memang mengutamakan pendidikan agama. Akhirnya pada tanggal 29 September 1957 M bertepatan dengan tanggal 5 Robiul Awwal 1377 H, Salim Bahalwan wafat dalam usia 83 tahun di rumah anaknya, Ahmad Bahalwan. Keluarga yang ditinggalkan ikhlas atas wafatnya Salim Bahalwan. Keluarga merasa bertanggungjawab untuk meneruskan dan menyebarkan semangat peduli dan berbagi dengan yang lain .Semoga almarhum, Khusnul Khotimah, amal ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keluarga yang ditinggalkan dapat meneruskan kebiasaan baiknya. 

Keberadaan sekolah Al-Ma’arif waktu itu menjadi pilihan utama dari para orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Karena Al-Ma’arif memadukan kurikulum umum dan agama dengan titik fokus pada Bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Sehingga Al-Ma’arif waktu itu maju dan termasuk sekolah favorit. Berikut adalah bukti kedekatan Salim Bahalwan dengan guru-gurunya :

·    Pada tahun 1952, ketika Fadhil Bahalwan yang baru datang dari Banda Naira, bertemu dengan Ustadz. Muallim Mursyidi, ( Guru yang didatangkan dari Mesir ). Menurut Ustadz Muallim Mursyidi yang walaupun tidak pernah bertemu dengan keluarga besar Salim Bahalwan ( hanya lewat cerita saja ) , namun ingatannya sangat kuat.  Ustadz. Muallim Mursyidi banyak tau saudara Salim Bahalwan, diantaranya  Zein Bahalwan, Fathum, Zainah, Said dan Salma (Salimun).  Lebih lanjut  Ustadz. Muallim Mursyidi mengatakan, Salim Bahalwan adalah pengusaha yang sangat peduli dengan perkembangan generasi muda . Oleh karena itu didirikanlah sekolah Al-Ma’arif untuk melahirkan generasi muda yang tangguh, berkarakter dan berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negaranya. “ Karena bahasa pengantar yang digunakan oleh Al-Ma’arif adalah Bahasa Arab, sehingga seperti mengajar di negara sendiri ( Mesir ) “. Demikian kata Muallim Mursyidi. Salim Bahalwan adalah pribadi yang familier, penuh kekeluargaan, disiplin dan tegas. Sehingga guru dan muridnya segan dan hormat pada beliau. Fadhil Bahalwan, kagum dengan ingatan Muallim Mursyidi. Melihat perawakannya yang tinggi,besar dan berkacamata, dapat dipastikan Muallim Mursyidi adalah guru yang berwibawa,disiplin dan tegas.

Dan berikut ini adalah Salim Bahalwan dan Al-Ma’arif dimata sebagian muridnya, yang dirangkum dari berbagai sumber :
  
ð Ustdz. Ahmad Sungkar, yang mengabdikan ilmunya dengan menjadi guru di sekolah Al-Irsryad Surabaya. Dan setelah tidak menjadi guru di Al-Irsyad Surabaya, beliau menetap di Solo Jawa Tengah. Singkat cerita, dalam suatu acara keluarga di Surabaya Tahun 1993 Penulis pernah mendengarkan pidato beliau tentang sekolah Al Ma’arif yang dikelola oleh Salim Bahalwan. Yang menarik dalam kata sambutannya, Ustdz. Ahmad Sungkar bercerita banyak tentang sepak terjang Salim Bahalwan, utamanya dalam pendidikan. Masih menurut Ahmad Sungkar mengatakan bahwa : “ Saya dari Solo pergi ke Surabaya untuk belajar di sekolah di Al-Ma’arif “. Pada diri Salim Bahalwan terdapat kebaikan dan kemuliaan. Juga jasa – jasanya Bahalwan, mendirikan sekolah Al-Ma’arif. Pada kesempatan lain, adalah cerita pengalaman Farid Bin Ibrahim Bahalwan ketika bertemu dengan Ustadz Ahmad Sungkar. Farid Bahalwan menceritakan pengalamannya sebagai berikut : “ Puluhan tahun yang lalu, sewaktu menghadiri perkawinan keluarga di Gedung Barunawati , Jl. Laksda M. Natsir Perak Surabaya, Ana ( Farid ) bertemu dengan Sungkar yang alumni Al-Ma’arif Surabaya. Dia orangnya ( Ustadz Ahmad Sungkar ) sudah tua dari Solo, kira-kira umurnya sama dengan Ami Di ( Abdul Kadir Bahalwan ). Sewaktu dia tau ana ( Farid ) Bahalwan, dia bilang SEKOLAH ARAB PERTAMA DI INDONESIA ADALAH MILIK BAHALWAN. Dia bilang dari Solo, datang ke Surabaya untuk belajar di Al-Ma’arif“.

ð Abdurrahman Baswedan, biasa disingkat dengan AR. Baswedan

Ketika Fadhil Bahalwan ke Jogjakarta tahun 1966 untuk bersilaturrahim ke rumah AR. Baswedan. Pada saat sampai rumah AR. Bawedan, Fadhil memperkenalkan diri bahwa ia ( Fadhil ) adalah salah satu cucu dari Salim Bahalwan. Mendengar itu AR. Baswedan kaget, tertegun beberapa saat. Lalu dijabatlah tangan Fadhil dengan penuh hormat yang selanjutnya dipersilahkan untuk duduk. Setelah itu AR. Baswedan mulai bercerita tentang sosok Salim Bahalwan dan Al-Ma’arif nya. Menurut pendapat AR. Baswedan Al-Ma’arif merupakan sekolah unggul dan pilihan pada saat itu. Salah satu yang membuat Al-Ma’arif menjadi sekolah pilihan menurut AR. Baswedan adalah :

Ø  Al-Ma’arif merupakan sekolah pertama yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
Ø  Iklim sekolahnya mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya para murid sesuai dengan perkembangan psikologi dan kultur budayanya.
Ø  Para murid benar-benar dipandang tidak sebagai obyek semata, akan tetapi juga menjadi subyek. Jadi dalam beberapa hal murid dilibatkan dalam kegiatan mulai dari merencanakan,melaksanakan dan seterusnya.
Ø Ketika proses belajar mengajar selesai. Pada malam harinya banyak murid yang bersilaturrahim ke rumah Salim Bahalwan.. Mungkin kesannya tidak sopan. Namun Salim Bahalwan mengemas berbeda. Ketika para murid asyik bermain bersama teman lainnya, dari sanalah Salim Bahalwan mulai mentisipkan nilai-nilai tanggungjawab, disiplin, semangat berbagi,saling menghargai dan menghormati. Secara tidak sadar murid akan tertanam nilai-nilai tersebut. Dan itu akan lebih efektif   dari pada dengan ara-cara yang represif ( disiplin yang kaku ), bahkan AR. Baswedan pernah bermalam di rumah Salim Bahalwan. Masih menurut AR. Baswedan, dalam menanamkan sikap dan karakter unggul, Salim Bahalwan tidak memilih cara-cara doktrin, paksaan. Akan tetapi melihat situasi dan lebih mengikuti minat anak dan secara tidak sadar dimasukkanlah nilai-nilai/filosofi kehidupan. Dan cara-cara seperti inilah yang harus dicontoh dan dikembangkan. Ingat sekolah adalah lembaga pendidikan yang memberi ruang kepada anak untuk menemukan dan mengembangkan potensinya menjadi maksimal.
Ø  Dibangunnya komunikasi dua arah yang seimbang. Pada saat itu Salim Bahalwan sering cerita tentang keluarganya ( termasuk yang di Banda Naira ). Sehingga AR. Baswedan masih ingat nama-nama yang diceritakan. Diantaranya adalah Ibu Anawiyah ( istri Salim Bahalwan ), Dosey , asisten rumah tangga dari Irian jaya yang ikut keluarga Salim Bahalwan sejak kecil. Lagi-lagi Fadhil Bahalwan kagum dengan ingatan AR. Baswedan tentang Salim Bahalwan dan Al-Ma’arif. Dalam hati Fadil Bahalwan berkata, itu semuanya dapat terjadi, karena sekolah dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan ikhlas semata untuk lahirnya generasi berakhlaqul karimah.. Sehingga benar-benar menyatu antara hati murid dengan pengelola sekolah.

AR. Baswedan dalam hidupnya didarmabaktikan pada bangsa dan negara Indonesia. Menurut beliau, “ Dimana kita dilahirkan dan hidup,disitulah negeri yang harus kita jaga dan perjuangkan, sehingga menjadi negara yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia “.Di akhir ceritanya tentang AR. Baswedan , Fadhil Bahalwan ( cucu Salim Bahalwan ) mengatakan bahwa : Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif-nya berjasa kepada negara. Hal ini ditandai dengan, salah satu murid Al-Ma’arif yaitu AR. Baswedan menjadi bagian dari tim diplomasi Indonesia, untuk melakukan diplomasi ke Mesir,guna mendapatkan pengakuan secara hukum Internasional ( DE YURE ) atas kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Alhamdulillah dengan diplomasi yang santun dan memandang setiap negara berhak atas kemerdekaannya, maka Mesir pada tahun 1949 mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan ketika dilakukan sidang Majelis Umum PBB , Mesir menjadi salah satu pelopor yang mengakui kemerdekaan Indonesia bersama dengan Palistina dan negara – negara lainnya. Dan itu menurut Fadhil Bahalwan, merupakan salah satu bukti kongkrit perjuangan salah satu murid Al-Ma’arif dan tentunya kita tidak bisa mengesampingkan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari sosok AR. Baswedan . Kuat dalam memegang prinsip, insting politiknya tajam, berani mengambil resiko dari pilihan yang diambil dan masih banyak nilai lainnya merupakan salah satu hasil gemblengan dari Al-Maarif. 


Washil Bahalwan bersama Anis Baswedan (cucu AR Baswedan)
Foto pada acara Pernikahan putra dari Aziez Bin Abdurrahman Bahalwan yaitu Afif Rieza Bahalwan dengan Ristia Paramita, pada hari Minggu, 11 Maret 2018 di Sampoerna Strategic Square Jl. Jenderal Sudirman Jakarta

ð  Joesoep Salim Baswedan

Beliau lahir di Surabaya tahun 1913 M/1331 H. Wafat pada hari Selasa, 12 Februari 1985 M/22 Jumadil awal 1405 H. Beliau adalah murid Al-Ma’arif dan beliau pernah menjadi asisten guru. Informasi tersebut dari anak beliau yang bernama Faruq Joesoef Baswedan. Kata Faruq Baswedan ketika walidy wafat tahun 1985. Dua hari setelah meninggalnya walidy, ustadz Abdurrrahman Bahalwan takziyah di rumah di Jl. Ampel Kejeron Gg.II No.16 Surabaya dan menunjukkan foto (dalam bingkai/pigora) ukuran agak besar. Dalam foto tersebut, banyak wajah-wajah murid dan guru Al Ma'arif. Beliau memberitahukan bahwa walidy (Joesoef Salim Baswedan) adalah murid sekolah Al Ma'arif bahkan pernah menjabat sebagai asisten guru. Demikian informasi yang telah disampaikan kepada penulis. Rupanya kehadiran Ustadz Abdurrahman Bahalwan takziyah ke rumah duka sudah dipersiapkan dan djadikan sarana untuk memberi tahu kepada Faruq Baswedan tentang abahnya yang ternyata murid Al-Ma'arif dengan bukti membawa foto kenangan. Sayangnya, dokumentasi foto tersebut hingga sekarang tidak diketahui keberadaannya.

Beberapa komentar tentang Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arif dari beberapa sahabat lainnya :
-     Ustadz Ahmad Bin Mahfud. Sekitar tahun 2015, penulis bersilaturrahim ke rumah beliau.  Dalam salah satu obrolannya Ustdz Ahmad, demikian biasa dipanggil, berkata : Saya ( Ustd Ahmad ) banyak tau apa yang dilakukan oleh Salim Bahalwan dengan Al-Ma’arifnya). “ Salim Bahalwan banyak mempermudah anak-anak untuk mendapatkan sekolah yang memberi perhatian lebih pada pelajaran agama.Karena dasar-dasar agama harus ditanamkan sejak kecil pada diri anak-anak “. 

-     Salim Bin Mahfud ( tinggal di Malang ). Salim bin Mahfud juga alumni Al-Ma’arif yang juga seorang pengusaha bergerak dibidang tegel di Malang. Ketika Fahmi Bahalwan yang juga cucu keponakan Salim Bahalwan memperkenalkan diri dan bermaksud kerjasama bisnis tegel ( usaha Fahmi Bahalwan berada di Jagir Surabaya ), Salim Bin Mahfudz kaget dan bangga dapat bertemu dengan keluarga Salim Bahalwan yang pendiri Al-Ma’arif itu. Akhirnya Salim Bin Mahfudz mengatakan, karena Fahmi adalah bermarga Bahalwan, maka akan saya permudah. Saya percaya dengan antum (Fahmi yang bermarga Bahalwan itu). 

Semoga kita tidak begitu cepat melupakan sejarah apapaun. Karena barang siapa  melupakan sejarah, maka sejarah itu akan menggulung kita sendiri. 

Dari berbagai sepak terjang Salim Bahalwan, ada beberapa poin yang dapat dijadikan pelajaran, diantaranya adalah :
·   Pendokumentasian kegiatan sangat perlu dan penting. Karena itu sangat memudahkan untuk membuka tabir / misteri kehidupan.

·    Kecermatan dalam melihat situasi sangat penting untuk menentukan langkah lanjutan.

·    Kita harus punya mimpi. Karena itu memotivasi kita untuk berbuat maksimal.

·  Jangan pernah berpikir untuk kepentingan diri sediri. Akan lebih bijak kalau kita juga berpikir untuk kebanyakan orang. Karena alangkah indahnya kalau kita dapat berbuat sesuatu untuk orang lain.

·   Sesuatu harus diserahkan kepada ahlinya. Apabila tidak, tunggu saja kehancurannya. Jadi kerjakan sesuatu menurut bakat,minat yang ada.

·    Menanamkan disiplin,tanggungjawab, bukan hanya  teori. Akan tetapi harus praktek. Dan kita harus mendayagunakan apa yang ada disekitar kita untuk menunjang pembentukan nilai-nilai baik tersebut.

· Murid bukan semata obyek,tetapi juga subyek. Tugas sekolah dan guru adalah mengoptimalkan minat,bakat murid sehingga tumbuh dan berkembang sesuai dengan aturan dan kultur yang ada.

· Tanamkan nilai baik kepada siapapun. Karena itu akan lestari dan selalu dikenang. Walaupun kita sudah tiada.

·    Mudahkanlah urusan orang lain, karena itu urusanmu pasti akan dipermudah.

·   Mengucapkan terimakasih baik. Akan tetapi lebih bijak, jika kita menyebarkan nilai-nilai positif dari seseorang yang telah berjasa pada kita. Agar menjadi jariyah bersama.

·  Selagi ada kesempatan berbuatlah kebaikan. Dan pilihlah kegiatan yang benar-benar menjadi lokomotif perubahan.

Penulis berkeyakinan kuat, bisa jadi sekolah Al-Ma’arif sekarang ini, didirikan oleh orang yang dulunya pernah mengenyam pendidikan di  Al-Ma’arif yang didirikan oleh Salim Bahalwan. Wallahu A’lam Bissawab.

Dan sebagai bentuk apresiasi,rasa hormat kepada Salim Bahalwan, penulis perlu meneruskan apa yang dulu pernah dilakukan oleh Salim Bahalwan. Penulis atau dari keluarga Bahalwan lainnya mempunyai cita – cita, Insya Allah suatu saat nanti dapat mendirikan sekolah dan penulis beri nama AL – MA’ARIF. Karena menurut penulis dengan mendirikan sekolah merupakan langkah tepat untuk merubah peradaban dan melahirkan generasi yang cakap,terampil dan siap hidup di zamannya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memudahkan dan mengabulkan niat baik tersebut. Amiin.



Washil Bahalwan
Penulis Sejarah Bahalwan - Salim Bahalwan Pendiri Sekolah Al - Ma'arif




5 komentar:

  1. Hi I am marwan Bahalwan from yemen .Hdrmowt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, Marwan... Thanks for visit my blog... Sorry for late respond
      It's nice to know that your surname is Bahalwan, from Yemen. If one day you visit Indonesia, please let me know. I live in Surabaya... Thank you...

      Hapus