Minggu, 19 November 2017

MEMORI PEMIKIRAN PROF.DR.H.MUNANDIR.MA TENTANG PENDIDIKAN DAN SEGALA PERMASALAHANNYA

Oleh : Washil bahalwan

Segala apa yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya pasti mengalami dinamika ( berubah ). *Yang abadi hanyalah PERUBAHAN ITU SENDIRI. *Termasuk dalam dunia pendidikan Indonesia ,senantiasa mengalami perubahan seiring dengan dinamika ketatanegaraan yang sedang terjadi di negara kita Indonesia. Bahkan ada anggapan yang tidak seluruhnya salah dari sebagian besar masyarakat kita yaitu “ *SETIAP GANTI MENTERI PENDIDIKAN PASTI GANTI KEBIJAKAN TERMASUK KURIKULUM DAN PERANGKAT PENDIDIKAN LAINNYA “.*

Menyikapi perubahan tersebut,terlebih dalam dunia pendidikan,memang tidak menjadi persoalan, *SELAMA* perubahan itu ke arah penyempurnaan sistem dan kebijakan yang berorientasi pada komponen pendidikan dengan sasaran akhirnya adalah *lahirnya manusia-manusia Indonesia yang berjiwa inovatif, kreatif,berdaya guna serta mampu berdaya saing dalam tataran global dengan tetap berkepribadian Indonesia yang dinaungi nilai-nilai agama.*

Perubahan memang tidak bisa ditolak, apalagi itu berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebuah keniscayaan dan pasti harus mau berubah demi untuk kemajuan dan kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Siapa yang berubah,faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan serta pengaruhnya terhadap peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Untuk mendapatkan informasi itu semuanya, marilah kita ikuti pokok pikiran dari Prof, DR.H.Munandir, MA seorang guru besar Universitas Negeri Malang yang mengupas tentang *“Mengantisipasi Perubahan Masyarakat“*. Dan berikut ini ulasan selengkapnya :
Bagaimana cara mengantisipasi perubahan yang bakal terjadi dalam masyarakat ?

*Untuk mengantisipasi perubahan dalam masyarakat*, sekurang-kurangnya ada dua hal untuk mengantisipasinya. *Yaitu pertama : Dengan terus menerus mengikuti perkembangan masyarakat melalui media baik media elektronik maupun media massa. ( koran, Radio, TV ). Perkembangan tersebut tidak hanya yang menyangkut di daerah dan nasional akan tetapi juga yang terjadi di dunia internasional. Dalam berbagai aspek, baik ekonomi,politik,pertahanan,sosial budaya termasuk pendidikan. Kedua : Mempelajari arah kecenderungan masa lalu.* 

Dari dua cara tersebut dapat diperkirakan bagaimana dan ke arah mana perubahan itu terjadi.

Perubahan pasti akan terjadi dan terus menerus. Karena sekarang ini kita hidup dalam zaman perubahan besar dan berlangsung cepat, sebagai dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, kita akan menghadapi itu semua ( perubahan ). Oleh karena itu yang harus kita siapkan sebagai peserta didik dan masyarakat adalah *bersikap bijaksana dan selektif.* Dalam menerima arus perubahan yang datangnya dari berbagai arah dan berlangsung cepat, kita harus bersikap :

*Pertama* : Tetap tenang, tidak panik dan emosional. Sikap ini penting. Karena dengan bersikap tenang, maka kita akan dapat berpikir jernih dalam menghadapi segala bentuk informasi dan perubahan.

*Kedua* : Analisa dan sintesa dari setiap perubahan yang terjadi. Setiap perubahan, kita harus mampu menganalisa dan mensintesakan. Apa yang sebenarnya terjadi dan ke arah mana perubahan itu. Karena apabila kita paham betul, maka memudahkan dalam mengambil sikap dan tindakan.

*Ketiga* : Kita harus punya kesepakatan alat ukur yang sama. Artinya setiap individu pasti mempunyai alat ukur sendiri-sendiri terhadap perubahan. Namun sebagai suatu bangsa ( Indonesia ), maka ukuran kita harus satu / sama yaitu kesepakatan nasional dalam berbangsa dan bernegara.

Disamping perubahan itu sendiri, kita juga mempunyai tugas budaya. Artinya punya peran untuk memberikan jalan bagi berlangsungnya transformasi budaya. Istilah *transformasi budaya* harus dibedakan dengan *transmisi budaya. Transformasi mempunyai arti menyiratkan arti membongkar ( pembongkaran ), sehingga diperoleh nilai-nilai baru. Sedangkan transmisi diartikan sebagai pelestarian, sehingga budaya itu tetap. Tidak akan berubah dari generasi ke generasi berikutnya.*

Perubahan yang kita kehendaki haruslah perubahan yang baik dan bahkan menuju yang lebih baik dan melengkapi. Kiatnya adalah kritis mengikuti perubahan, tetapi jati diri kita tidak boleh hilang. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menghadapi perubahan. Syarat tersebut adalah : *Bersikap positif dan terbuka, Mau menghadapi perubahan itu sendiri, Terbuka untuk melihat kenyataan perubahan, Mau dan siap menerima dan melakukan perubahan.* 

Sikap-sikap apriori, seperti datangnya dari luar pasti jelek, yang dari dalam pasti baik, kaku ( istilah psikologisnya : RIGIT AUTHORITARIAN ), menutup diri,tidak cocok untuk zaman perubahan. Disampinpemilikan sikap positif juga ada tuntutan untuk cara pandang dan pola pikir yang positif pula.

Terhadap perubahan tersebut, sekolah memegang peranan yang penting disamping keluarga dan masyarakat dimana seseorang itu bertempat tinggal.

Di sekolah, guru berperan penting terhadap perubahan. Guru harus mendidik dan menyiapkan anak didiknya untuk siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu guru sendiri haruslah orang yang terbuka dan positif cara pandangnya terhadap perubahan. Sangat mustahil menyuruh anak didiknya siap menerima perubahan, akan tetapi gurunya sulit dan bahkan tidak mau berubah, termasuk cara pandang terhadap proses pendidikan itu sendiri. Untuk menanamkan perubahan dapat melalui semua mata pelajaran , terlebih pelajaran sosial ( IPS dan sejenisnya ). Karena perubahan bukan hanya dibebankan kepada guru sosial, tetapi semua guru harus terintegrasi dalam menghadapi dan menyiapkan perubahan.

Agar tugas menyiapkan anak didik siap dalam menghadapi perubahan, maka pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa ( khusus ). Artinya dengan melakukan elaborasi dan pendekatan yang multidimensi dan multisektoral. Pokoknya guru harus mampu mentransformasi perubahan dalam diri anak didik dengan perasaan enjoi,menyenangkan, tetapi pesan moralnya tersampaikan. Dengan kata lain pembelajaran tidak dapat dilakukan secara konvensional atau sambil lalu saja.

Pokoknya perubahan yang diharapkan harus tergambar dengan jelas dalam instrumen pembelajaran, termasuk dalam infikator yang ingin dicapai. Dan itu didukung dengan materi pembelajaran,metode dan alat serta sumber belajar yang kesemuanya itu mendukung penyiapan perubahan.

Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa :
✅Perubahan merupakan suatu keniscayaan dan oleh karena itu semua pihak harus siap menghadapi perubahan itu sendiri, suka atau tidak suka,setuju atau tidak setuju.

✅Perubahan bukan hanya tanggungjawab sepihak , melainkan semua pihak bertanggungjawab dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Agar kita tidak hanyut dalam perubahan yang menghilangkan jati diri kita sebagai manusia paripurna.

✅Perubahan boleh terjadi. Tetapi yang tidak boleh hilang dari diri kita adalah adalah semangat untuk berbenah dan memperbaiki diri.

✅Sikap selektif dan terbuka terhadap perubahan harus dikedepankan serta tidak boleh berburuk sangka terhadap perubahan.

✅Kita harus menyepakati ukuran bersama tentang baik buruk,boleh atau tidak boleh dilakukan. Sebab manakala seseorang membuat ukuran sendiri,pasti akan berbeda dengan ukuran orang lain. Dan itulah pangkal dari perubahan yang destruktif.

✅Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan salah satu lokomotof perubahan. Oleh karena itu kita harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perubahan yang efektif dan maksimal.

Semoga kita mampu bersifat bijaksana dan terbuka terhadap segala sesuatu yang datangnya dari luar. Untuk itu dalam menyikapi adanya perubahan, kita harus menyiapkan anak didik kita dengan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran serta tenggang rasa dan pemahaman agama yang benar. Karena dengan luasnya ilmu yang dimiliki dan kematangan dalam beragama, niscaya akan lahir manusia-manusia yang tidak memaksakan egonya dan justru menghargai dan menghormati antar sesama. Semoga kita menjadi bagian dari arus perubahan yang positif dengan menjadikan agama Islam sebagai pijakan dalam berbuat dan bertindak. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar