Di depan sudah disampaikan bahwa, pemerintah kota Madinah Al-Munawwaroh memberikan perhatian lebih pada dunia pendidikan. Karena maju tidaknya suatu negara atau kota salah satunya ditentukan oleh tingkat partisipasi warganya dalam mengenyam pendidikan. Begitu pula dengan Madinah, seiring dengan berjalannya waktu, maka dunia perguruan tinggi mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah, guna mempercepat bertambahnya wawasan dan cara pandang terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi untuk selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut akan disampaikan beberapa universitas dimaksud :
UNIVERSITAS ISLAM MADINAH
Universitas Islam Madinah, didirikan pada tahun 1381 H / 1961 M. Adapun tujuan didirikannya Universitas Islam Madinah adalah untuk menjadi salah satu lembaga pendidikan Arab Saudi yang mempunyai misi internasional.
Kampus ini berorientasi kepada pendidikan, karya tulis ilmiah dan pelayanan masyarakat lokal maupun internasional. Kampus Universitas Islam Madinah ikut berperan dalam penyebaran misi Islam dari kota Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Terdapat beberapa fakultas dan lembaga di Universitas Islam Madinah, diantaranya adalah :
🎓Fakultas Al-qur’an Al-Karim dan Dirosah Islamiyyah.
🎓Fakultas Hadits.
🎓Fakultas Syariah.
🎓Fakultas Dakwah dan Usuluddin.
🎓Fakultas Bahasa Arab.
🎓Fakultas Sains.
🎓Fakultas Ilmu Komputer.
🎓Fakultas Teknik.
🎓Lembaga Pembelajaran Bahasa Arab bagi Non-Penutur Asli.
🎓Lembaga Pembelajaran SMU
🎓Lembaga Pembelajaran SLTP.
🎓Darul Hadits Madinah dan
🎓Darul Hadits Mekkah.
Dan saat ini ada beberapa fakultas yang berada dalam tahap peresmian dan segera dibuka untuk menerima mahasiswa baru, diantaranya adalah :
🎓Fakultas Kedokteran, Farmasi, Terapan Ilmu Kesehatan.
🎓Fakultas Bahasa dan Terjemah.
🎓Fakultas Ilmu Manajemen dan Sosial.
Universitas Islam Madinah menyelenggarakan pendidikan untuk jenjang Sarjana Strata satu, S-1, Program Master, S-2 dan Program Doktor, S-3.
Disamping itu di Universitas Islam Madinah juga mempunyai program pendidikan pararel dan afiliasi bagi para mahasiswa yang belum memiliki kesempatan untuk kuliah reguler karena berbagai alasan.
Sampai buku ini ditulis atau tahun pelajaran 1433 – 1434 H / 2012 – 2013 M, jumlah mahasiswa Universitas Islam Madinah adalah 22.619 orang yang berasal dari 132 negara tersebar di seluruh dunia.
Universitas Islam Madinah aktif mengadakan beberapa kegiatan, diantaranya adalah : Muktamar, Simposium internasional dan rangkaian Kuliah Umum tentang isu-isu Islam yaitu isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat global untuk selanjutnya dikaji secara ilmiah dengan melihat dari berbagai aspek terutama agama, kemudian dicari formula penyelesaiannya. . Selain itu, Universitas Islam Madinah juga menerbitkan dua buah jurnal ilmiah yaitu : JURNAL UNIVERSITAS ISLAM MADINAH dan JURNAL KAJIAN AQIDAH.
Penulis pernah berkunjung ke Universitas Islam Madinah, guna bertemu dengan anak penulis yang sedang menempuh kuliah di Universitas Islam Madinah, Fakultas Syariah.
Ketika waktu maghrib tiba, penulis berkesempatan sholat maghrib di masjid BIN BAZ yang terletak di komplek Universitas Islam Madinah. Setelah sholat, penulis sempat berdialog dengan beberapa mahasiswa yang ada di sana. Diantaranya mahasiswa dari Khazastan dan negara-negara Timur Tengah lainnya..
Sempat pula penulis mengunjungi Kampus dan Asrama mahasiswa. Memang tidak seluruhnya dapat dikunjungi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu juga karena luasnya area komplek kampus Universitas Islam Madinah. Penulis senang dan bersyukur kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aala. Karena dapat berkunjung ke Universitas Islam Madinah dan sekaligus bertemu dengan anak penulis yang sedang studi di Madinah. Semoga studinya berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk menegakkan dan mensyiarkan Islam menuju rahmatallil’alamin. Aamiin.
“ UNIVERSITAS TAYBAH “
Setelah pembangunan Universitas Islam Madinah, di kota Madinah didirikan cabang-cabang, diantaranya adalah Universitas Imam Muhammad Bin Saud, Universitas Raja Abdul Aziz dan Sekolah Tinggi Keguruan yang diawasi oleh Kementerian Pendidikan Arab Saudi.
Pada tahun 1424 H / 2004 M, terbit Keputusan Kerajaan Arab Saudi untuk pembangunan Universitas Taybah serta penggabungan seluruh cabang dan fakultas ke dalam Universitas Taybah.
Universitas Taybah berkembangn dengan cepat berkat dukungan pemerintah, fakultas-fakultas ilmiah dibuka, demikian pula fakultas-fakultas yang berafiliasi ke Universitas Taybah dibuka di seluruh wilayah Madinah.
Beberapa fakultas yang ada di Universitas Taybah adalah :
🎓Fakultas Pendidikan
🎓Fakultas Sastra dan Humaniora
🎓Fakultas Administrasi Bisnis
🎓Fakultas Hukum
🎓Fakultas Sosial
🎓Fakultas Sains
🎓Fakultas Kedokteran
🎓Fakultas Kedokteran Gigi
🎓Fakultas Terapan Ilmu Kesehatan
🎓Fakultas Ilmu Rehabilitasi Medis
🎓Fakultas Ilmu Keperawatan
🎓Fakultas Farmasi
🎓Fakultas Teknik
🎓Fakultas IT dan Komputer
Universitas Taybah menyelenggarakan pendidikan untuk jenjang Sarjana Strata satu, S-1, Program Master, S-2 dan Program Doktor, S-3. Disamping itu di Universitas Taybah juga mempunyai program pendidikan pararel dan afiliasi bagi para mahasiswa yang belum memiliki kesempatan untuk kuliah reguler karena berbagai alasan.
Sampai buku ini ditulis atau tahun pelajaran 1433 – 1434 H / 2012 – 2013 M, jumlah mahasiswa Universitas Taybah adalah 60.055 orang baik putra maupun putri..
Universitas Taybah aktif mengadakan beberapa kegiatan, diantaranya adalah : Muktamar, Simposium keilmuan internasional dan rangkaian Kuliah Umum tentang kebudayaan . Selain itu, Universitas Taybah juga menerbitkan lima buah jurnal ilmiah yaitu : Bidang Ilmu Sains, Ilmu Pendidikan, Ilmu Sastra dan Humaniora dan Ilmu Kedokteran
PENDIDIKAN KEJURUAN
Lembaga Umum untuk Pelatihan Teknis dan Kejuruan mendirikan beberapa Sekolah Tinggi dan lembaga yang memberikan kesempatan kepada para alumninya untuk memiliki ketrampilan teknis. Diantaranya adalah :
✅Sekolah Tinggi Teknik : Para mahasiswa diajarkan teknik manajemen, teknik komputer, teknik listrik dan teknik elektro.
✅Sekolah Tinggi Pariwisata
✅Sekolah Menengah Teknologi Industri di Madinah dan wilayahnya.
Jumlah mahasiswa yang belajar di sana pada tahun ajaran 1434 H / 2013 M, berjumlah 5.147 Mahasiswa.
"KESEHATAN di MADINAH AL-MUNAWWAROH"
Sama seperti kota-kota lain di dunia. Maka masalah kesehatan di Madinah juga menjadi perhatian dari pemerintah. Aktivitas kesehatan di Madinah Al-Munawwaroh terbagi menjadi dua bagian yaitu : bagian pencegahan dan bagian pengobatan.
Bagian pencegahan berperan dalam mengambil tindakan pencegahan untuk menjaga dan melindungi kesehatan masyarakat , setelah lindungan Allah subhanahu wa ta'ala dari berbagai wabah penyakit, seperti perhatian ekstra terhadap kebersihan jalan-jalan dan lapangan-lapangan, pembasmian serangga, penutupan lubang-lubang air yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya serangga, memperketat kontrol makanan dan bahan makanan terutama di musim haji dan ziarah, sosialisasi kesadaran tentang kesehatan dan vaksinasi terhadap berbagai penyakit dan berbagai cara pencegahan lainnya.
Sedang bagian pengobatan terwujud dalam berbagai fasilitas kesehatan yang selalu berkembang dari hari ke hari. Kementerian Kesehatan telah mengadopsi program perawatan kesehatan universal dan membangun pusat-pusat untuk perawatan kesehatan primer yang meliputi seluruh wilayah Madinah. Selain itu juga mengadopsi program kartu kesehatan bagi setiap keluarga.
Jumlah pusat-pusat kesehatan dalam kota Madinah mencapai 43 pusat yang terbagi di beberapa daerah utama di kota Madinah. Diantaranya adalah : 7 pusat kesahatan di daerah pemukiman peziarah Masjid Nabawy.
“PERTANIAN di MADINAH AL-MUNAWWAROH“
Madinah Al-Munawwaroh merupakan sebuah OASIS yang subur dengan air yang melimpah.
Sejak dahulu pertanian adalah mata pencaharian utama penduduk. Dan yang terkenal adalah budidaya kurma dengan kualitas panen yang baik. Selain itu juga terkenal dengan kebun anggur dan ladang sayur.
Pada era kenabian, pertanian Madinah meningkat. Banyak dari kaum Muhajirin yang bekerja di sawah bersama para saudaranya dari kaum Anshor, untuk menanam bibit, mengambil air dari sumur atau memetik hasil tanaman. Kemudian para kaum Muhajirin mempunyai perkebunan-perkebunan sendiri, terutama setelah pengusiran orang Yahudi dari Madinah.
Pada era Muawiyyah, berbagai sawah dan perkebunan bermunculan di berbagai penjuru kota Madinah.
Dan pada era pemerintahan Abbasiyyah, pertanian di Madinah mengalami kemunduran setelah sebagian besar penduduknya meninggalkan Madinah. Kondisi ini berlanjut antara pasang dan surut sepanjang abad-abad berikutnya.
Pada era kerajaan Arab Saudi, pertanian mampu bangkit bersaing dengan aktifitas perekonomian lainnya. Tetapi ada perubahan dari sisi tempat dan teknologi yang digunakan.
Perluasan pembangunan dalam kota Madinah sampai ke perkebunan -perkebunan luas yang terkenal, dimulai dari kebun-kebun yang terkenal dengan “ sedekah Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-“ hingga sejumlah perkebunan di daerah Quba’. Dan sebagai gantinya muncullah perkebunan-perkebunan lain yang jauh dari pembangunan.
Beberapa sumur bor digali dan mereka mulai menggunakan peralatan irigasi modern, cagar alam pun dibangun, standar pertanian modern diterapkan dan tenaga kerja didatangkan dari beberapa negara Arab dan Islam untuk bekerja di sana.
Kerajaan ikut berperan dengan berbagai bantuan dalam munculnya puluhan ladang pertanian sehingga aktifitas pertanian sukses.
Luas lahan yang digunakan untuk pertanian sesuai dengan data statistik pada tahun 1430 H / 2010 M mencapai 26.918 hektar, yang mampu menghasilkan buah-buahan segar dan sayuran bagi penduduk Madinah maupun para pengunjungnya.
Luas lahan yang ditanami pohon kurma mencapai 18.502 hektar dan jumlah pohon kurma di dalamnya mencapai 30.550.303 pohon yang mampu memproduksi pada tahun tersebut 139.924 ton dari berbagai jenis kurma yang terkenal di kota Madinah Al-Munawwaroh.
Pendek kata perkebunan dan pertanian berkembang dengan pesat di Madinah. Hal ini disebabkan karena tanahnya memang subur dan pemerintah sangat peduli dan menaruh perhatian besar pada bidang pertanian dan perkebunan. Sehingga lambat laun kesejahteraan masyarakat Madinah meningkat. Oleh karena itu apabila suatu negara ingin melihat masyarakatnya sejahtera, maka campur tangan pemerintah dan negara mutlak diperlukan, misalnya dalam hal pembuatan regulasi / peraturan yang berpihak pada masyarakat dan bukan berpihak pada pengusaha / pemodal. Dengan kata lain kebijakan pemerintah harus berorientasi pada kepentingan rakyat untuk kemakmuran bersama.
“ TAMAN – TAMAN dan TEMPAT HIBURAN DI MADINAH AL-MUNAWWAROH “
Pemerintah kota Madinah Al-Munawwaroh benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Baik kebutuhan akan tempat tinggal, pendidikan, pangan termasuk tempat – tempat hiburan untuk melepas kepenatan setelah bekerja.
Untuk itu Badan Layanan Umum Kota Madinah Al-Munawwaroh membangun taman-taman yang tersebar di seluruh kota Madinah dengan fasilitas dan sarana hiburan yang tepat di dalamnya, terutama mainan anak-anak baik yang manual maupun elektronik.
Diantara taman-taman tersebut adalah :
🌳 Taman Sentral Raja Fahad
Taman ini berlokasi di daerah Quba’ tepatnya di perbatasan ring road kedua. Luas Taman Sentral Raja Fahad adalah 3,4 Km2
🌳 Taman Palem
Taman Palem terletak di bagian utara kota Madinah Al-Munawwaroh tepatnya di persimpangan jalan Tabuk dan jalan Jami’at. Luas taman palem lebih dari 100.000 M2.
🌳 Taman Saqifah
Taman Saqifah terletak di sebelah barat Masjid Nabawy tepatnya di tempat Saqifah bani Saidah yang sangat bersejarah. Saat ini Taman Saqifah masuk dalam wilayah Markaziyyah dan merupakan salah satu kawasan hijau yang harus dilindungi dan dilestarikan. Luas Taman Saqifah mencapai 2.392 M 2.
Selain banyaknya taman yang tersebar di seluruh kota Madinah, juga tersedia beberapa taman hiburan di beberapa sisi kota Madinah. Diantaranya adalah :
🌺 Taman Bu’aijan, yang terletak di jalan Jami’at, dekat dengan Stadion Olah Raga Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz
🌺 Taman Hukair yang terletak di jalan Hijrah dan masih banyak lainnya.
Disamping itu juga terdapat daerah rekreasi Baidha’ yang berlokasi di bagian utara kota Madinah.
“ PERDAGANGAN DI MADINAH AL-MUNAWWAROH “
Perdagangan adalah kegiatan ekonomi kedua di Madinah setelah pertanian sebelum datangnya Islam.
Karena posisinya berada di jalur antara negeri Syam dan Yaman dan kondisi alamnya yang subur, maka Madinah dijadikan sebagai tempat peristirahatan dan perbekalan dan pada saat yang sama juga menjadi pusat untuk pertukaran barang dengan para penduduknya.
Dahulu sudah ada beberapa pasar di Madinah dan terbagi di keempat sisinya yaitu Pasar Juruf atau Zabalah, Pasar Hubasyah, Pasar Safasif atau Usbah dan Pasar Muzahim.
Ketika kaum muslimin yang mayoritas mereka merupakan pedagang berhijrah ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam-memetakan pasar untuk mereka di bagian barat Masjid Nabawy, yang setelah itu dikenal dengan nama Pasar Manakhah dan ia menjadi pusat perbelanjaan Madinah selama berabad-abad.
Perdagangan semakin ramai di akhir era Kenabian dan era Khulafa’ Rasyiddin. Kafilah-kafilah perdagangan yang besar yang didanai oleh beberapa sahabat mulai bermunculan. Kapasitas sebagian angkutan mereka mencapai seribu unta yang membawa kain, pakaian , minyak, gandum, parfum, perhiasan, senjata dan lain-lain ke dalam Madinah. Dan mereka keluar dengan membawa kurma, gandum dan beberapa perkakas rumah tangga.
Pada era Umawiyyah, perdagangan terus berlanjut meskipun pusat pemerintahan beralih dari Madinah ke Damaskus. Produk Madinah sudah mencapai/ diekspor ke India, Persia, Bukhara dan Mesir. Dan Madinah juga mendapatkan keuntungan dari musim ziarah.
Seiring dengan menyusutnya peranan Madinah di era Abbasiyyah, menyusut pula perdagangan. Kemudian Madinah bergejolak seiring dengan gangguan keamanan dengan munculnya kerusuhan dan perselisihan.
Pada awal era modern, Madinah menjadi saksi kegiatan perdagangan yang besar, ketika kereta api mulai masuk Madinah pada tahun 1326 H / 1908 M, yang mengangkut barang dagangan dari seluruh penjuru dunia melalui Istambul dan Damaskus. Tetapi Perang Dunia Pertama dan pemberontakan Syarif Husain menghentikan kegiatan tersebut dan mematikan jalur kereta api besi. Madinah dikepung dan sebagian besar penduduknya pindah keluar kota.
Pada era Kerajaan Arab saudi, keadaan berubah secara bertahap, mobil-mobil mulai masuk di Madinah, jalan-jalan diaspal dan kota Madinah mulai berkembang seiring berkembangnya beberapa pasar yang bertambah dari tahun ke tahun.
Gerakan perdagangan telah aktif kembali seiring dengan stabilnya keamanan, bahkan meningkat drastis setelah eksplorasi minyak di Kerajaan Arab Saudi.
Jumlah surat ijin usaha yang telah diterbitkan oleh Badan Layanan Umum Kota Madinah Al-Munawwaroh pada tanggal 1 - 3 – 1434 H / 13 – 1 – 2013 M mencapai 31.566 surat untuk berbagai tempat usaha dan pusat kesehatan.
Diantara pusat perbelanjaan terpenting di Madinah adalah : Pusat Perbelanjaan Kurma yang khusus menjual berbagai jenis kurma berlokasi di daerah Markaziyyah di bagian barat daya Masjid Nabawy. Pasar-pasar di daerah quba’, yang berlokasi di sepanjang jalan daerah Quba’ baik jalur atas maupun bawah. Pasar Internasional Madinah yang berlokasi di jalan Sultanah dan pasar Bilal, berlokasi di jalan Qurban jalur bawah. Pasar-pasar tersebut memiliki stok barang-barang lokal maupun barang import dari luar negeri. Seperti alat-alat listrik dan elektronik, berbagai jenis pakaian, kain, jam arloji, parfum dan berbagai toko yang menjual emas dan perhiasan.
Terdapat pula pasar-pasar yang khusus menjual pakaian dan kain, diantaranya Pasar Syarq Ausath yang berlokasi di jalan Sultanah, Pasar Badr yang berlokasi di Airport Road, Pasar Qimmah yang berlokasi di jalan Quba’ jalur atas dekat dengan Masjid Jum’ah dan Pasar saha yang berlokasi di jalan Khalid bin Al-Walid.
Dan pada dekade terakhir, muncul berbagai pusat perbelanjaan besar seperti Mall yang berlokasi di sepanjang jalan ring road ke-2 , di dalamnya terdapat cabang-cabang dan distributor-distributor ternama berbagai perusahaan internasional dari berbagai produk : makanan, pakaian, alat-alat listrik dan elektronik dan perkakas rumah tangga.
Terdapat pula berbagai restoran , arena bermain anak-anak dan tempat bersantai keluarga, diantara mall-mall tersebut adalah : Mall Rashid, Mall Noor, Mall Manar, Mall Aliya, Mall Hasan, Mall Bin Dawood dan Mall Qarat
Terdapat pula pusat-pusat perbelanjaan yang khusus menjual barang-barang tertentu, seperti toko-toko yang khusus menjual bahan bangunan, spare part, mobil. Karpet, kurma, sayuran dan buah-buahan.
Adapun di daerah Markaziyyah di sekeliling Masjid Nabawy, dapat kita jumpai beberapa pusat perbelanjaan modern yang memberikan kesempatan berbelanja yang nyaman kepada para pengunjung sekaligus dekat dengan tempat tinggal mereka.
“ INDUSTRI DI MADINAH AL-MUNAWWAROH “
Sejak dahulu Madinah Al-Munawwaroh telah mengenal beberapa macam industri sederhana untuk memenuhi kebutuhan lokal atau ruang lingkup yang lebih kecil. Industri tersebut bergantung pada bahan baku yang tersedia di lingkungan, seperti pembuatan pintu rumah, jendela, kapak, ujung tombak, pedang, panci, piring dan beberapa perabot logam metal lainnya yang digunakan di bidang pertanian dan industri perhiasan.
Pada era Kenabian, beberapa industri semakin aktif sebagai akibat dari hijrahnya kaum muslimin dan meningkatnya permintaan pasar.
Selain itu bertambah pula jumlah pengrajin lainnya seperti penjahit, penyemak kulit, pengrajin kulit, tukang warna pakaian dan lain-lain. Termasuk pada era Khulafa’ Rasyidin sektor industri semakin meningkat.
Dengan tumbuhnya kesejahteraan pada kehidupan sipil di era Umawiyyah, para pengrajin semakin bertambah, mereka banyak memberikan kontribusi untuk kemajuan pembangunan. Hal ini berlanjut sampai awal era Abbasiyyah.
Namun kondisi tersebut mulai berubah seiring dengan penyusutan konstruksi dan gejolak keamanan di kota Madinah dan jalan-jalan yang menghubungkan dengan Madinah.
Alhamdulillah kondisi tersebut tidak berlangsung lama, pada awal era modern, industri kecil di kota Madinah semakin ramai, tetapi tidak seramai yang terjadi di sektor perdagangan. Komoditas yang ada telah mampu menutupi sebagian besar kebutuhan masyarakat, namun mereka belum memiliki kesempatan untuk membuat sektor industri penting lainnya maju. Kondisi tersebut sebagai dampak dari serangan pada
Perang Dunia Pertama dan gejolak yang ada di kota Madinah.
Pada permulaan era Kerajaan Arab Saudi, situasi mulai berubah. Pabrik-pabrik kecil mulai aktif pada awalnya. Sekolah Panti Asuhan mengadakan kegiatan tambahan dalam proses belajar mengajar yaitu memberikan pengajaran kepada siswanya tentang kerajinan dan memdirikan lokakarya produksi. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan produk bagi masyarakat Madinah saat Perang Dunia II berlangsung.
Seiring dengan pulihnya keamanan dan kemakmuran pada aspek-aspek kehidupan lainnya, membuat sektor industri mulai berkembang.
Kemudian industri meningkat drastis berkat bantuan yang luar biasa dari pemerintah kepada pemegang proyek industri.
Untuk mendukung sektor industri agar berkembang dengan pesat, maka dibangun pula Kota Industri Maju ( KIM ) di daerah Abyar ‘ Ali, areal-areal tanah dibagikan kepada para peminat yang ingin mendirikan pabrik maupun lokakarya modern dengan harga yang sangat murah dan seluruh layanan yang diperlukan disiapkan untuk mereka.
Maka muncul-lah pabrik-pabrik produksi plastik, karpet dan beberapa pabrik tekstil lainnya. Terdapat pula industri peralatan elektronik, bahan-bahan kimia ( khususnya bahan untuk pembersih ) dan juga industri makanan, terutama industri pengemasan kurma dan manisan serta penyajian makanan untuk para jama’ah haji maupun pengunjung yang mampu menyediakan ratusan ribu porsi setiap harinya pada musim haji dan ziarah.
Pabrik-pabrik tersebut lokasinya jauh dari Masjid Nabawy dan sekitar areal Masjid Nabawy ( Markaziyyah ). Hal ini dilakukan untuk menjaga kesterilan dan kebersihan lingkungan.
Jumlah pabrik yang terdaftar di kota industri Madinah Al-Munawwaroh sesuai dengan data statistik tahun 1433 H / 2012 M, berjumlah 122 pabrik.
Kalau kita perhatikan pemerintah Madinah menyadari betul, bahwa perlu Mapping ( pengaturan wilayah ). Artinya mana wilayah untuk pemukiman penduduk, mana wilayah untuk industri, wilayah perdagangan dll. Dan pembagian wilayah tersebut harus benar-benar ditaati dan dilaksanakan oleh pemerintah selaku pemegang otoritas kekuasaan. Sehingga kondisi kota tertata dengan rapi dan jelas peruntukan tiap wilayah/daerah.
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena telah menyelesaikan ulasan dari buku yang berjudul
“MADINAH AL – MUNAWWARAH SEJARAH DAN TEMPAT – TEMPAT ISTIMEWA“
Al – Madinah Al – Munawwarah Research & Studies Center, 2013, King Fahd National Library Cataloging In Publication Data. Hanya mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang haus akan ilmu pengetahuan terutama ilmu sejarah. Karena sangatlah naif, manakala seseorang mengaku mencintai negaranya tetapi tidak peduli dengan perkembangan dan kelestarian sejarah bangsanya, termasuk kita di Indonesia. 📚
Tidak ada komentar:
Posting Komentar