Tampak Rusdy Bahalwan mengangkat Piala Kompetisi Perserikatan 1977, sedang disampingnya adalah Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin bersiap mengkalungkan medali juara.
BAGIAN PERTAMA
Pendiri Assyabaab.
Penulis sangat terbantu dengan adanya buku “My Assyabaab” karangan Fuad Alkatiri, dan ditambah dengan hasil investigasi penulis dengan para pihak termasuk cerita abang penulis, Aly Bahalwan. Terimakasih semuanya.
Jama’ah yang tinggal di sekitar Masjid Ampel, ingin memiliki wadah untuk menyalurkan bakat dan hobinya dalam bidang olah raga, utamanya sepak bola, sehingga tersalurkan bakatnya, disamping tetap mendalami agama sebagai kewajiban utama bagi setiap muslim.
An Naser, menjadi nama yang disepakati sebagai nama perhimpunan olah raga bagi para jama’ah. Sebenarnya yang difasilitasi beragam cabang olah raga, namun kenyataannya yang tetap eksis dan banyak penggemarnya adalah sepak bola. Arti An naser adalah kemenangan. Pendiri An Naser diantaranya, Mohammad Balahmar, (yang juga kakek dari Fuad Alkatiri, penulis buku “My ASSYABAAB“), Salim Barmen (ayah Mohammad Barmen), Moh Bin said Martak, dan lain-lain. Ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, nama An Naser diganti dengan Al Faouz yang artinya juga kemenangan. Jadi dalam setiap permainan olah raga apapun termasuk sepak bola, maka tujuan utamanya adalah meraih kemenangan. Akan tetapi kemenangan yang dimaksud disini adalah kemenangan yang diperoleh dengan sportifitas dan kejujuran. Tidak dengan menghalalkan segala macam cara. Harapan lebih jauh adalah kemenangan yang mampu mengangkat harkat dan martabat pemain itu sendiri, keluarga, klub tempat pemain bernaung, kota tempat klub itu berada dan bahkan menjadi kebanggaan bangsa dan negara. Disamping itu baik An Naser maupun Al Faouz, bukan semata-mata bertujuan untuk melahirkan pemain bola berkualitas, lebih dari itu juga sebagai media dakwah, amar makmur nahi mungkar. Uniknya klub dahulu dan sekarang adalah, zaman dahulu pemain juga merangkap sebagai pengurus termasuk di An Naser dan Al Faouz.
Segi positifnya adalah pemain lebih punya tanggungjawab untuk bermain semaksimal mungkin guna meraih kemenangan, agar klubnya tetap eksis dan diperhitungkan oleh lawan. Beberapa pengurus dan pemain An Naser adalah : Zein Bin Agil, Aly Bahalwan, Muchhtar, Ahmad Yamani, Mohammad Bajuber, Usman Ali Al-Habsyi, Moh. Balhmar, Saleh Baroyis Attamimi, Ali Assyblie, Abdullah Alamudi, dan lain-lain. Ahmad Yamani adalah abahnya Yahya Yamani Jakarta dan Amang Yamani atau mertua dari Douglas Baa’dilla Melbourn-Australia dan kecintaannya menurun pada anaknya Amang Yamani yang ternyata pernah menjadi pengurus ASGS (Assyabaab Salim Group Surabaya). Setelah Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945, maka klub lebih bergairah lagi. Latihan dapat berjalan dengan lancar termasuk pertandingan-pertandingan baik persahabatan maupun kejuaraan.
Assyabaab berasal dari Bahasa Arab yaitu “SYABAAB“, yang artinya pemuda. Pernah satu ketika, cak Neri, teman sekampung Aly Bahalwan di Nyamplungan yang juga mengelola klub sepak bola PS. Harimau, karena nama Al faouz tidak lagi dipakai untuk nama klub sepak bola, maka cak Neri ingin mengambilnya dan menjadikan nama Al Faouz sebagai pengganti nama PS. Harimau. Keinginan tersebut disampaikan kepada Aly Bahalwan. Dan jawaban Aly Bahalwan adalah, “Nama klub PS. Harimau tidak perlu diganti dengan Al Faouz, nanti nyamai Assyabaab saja. Biarkan namanya tetap PS. Harimau, kan lebih keren, gagah, berwibawa dan disegani oleh lawan“. Demikian kata Aly Bahalwan.
Assyabaab didirikan oleh Zein Bin Agil, Aly Bahalwan (ayah Rusdy Bahalwan), Mochtar, Ali Salim. Dan pada periode I ini, Zein Bin Agil diangkat menjadi ketua Assyabaab periode 1948 – 1951 dan bertindak sebagai sekretaris adalah Ibrahim Bobsaid (Captain Arab). Sekretaris Assyabaab saat itu adalah di Jl. Ketapang Besar 28 Surabaya, yang tidak lain adalah rumah Zein Bin Agil sendiri (untuk memudahkan koordinasi).
Dan sekarang ini lapangan Sawah Pulo sudah beralih fungsi menjadi gedung SMP Negeri 11 Surabaya. Setelah itu Assyabaab pindah latihan ke lapangan Colombo (Perak), kemudian lapangan Pasiran Ujung dan sekarang Assyabaab berlatih di lapangan Bumi Moro, komplek AAL (Akademi Angkatan Laut) surabaya. Walaupun tempat latihannya berpindah-pindah, tetapi pemain tetap semangat berlatih guna memberikan yang terbaik untuk marwah klub.
Keterlibatan Aly Bahalwan di Assyabaab lebih dalam lagi, setelah diangkat sebagai ketua Assyabaab periode II antara tahun 1951 – 1954. Salah satu kontribusi Aly Bahalwan yang fundamental adalah dengan diciptakannya LOGO ASSYABAAB untuk pertama kali dan sudah tercatat dalam AD/ART Assyabaab. Logo Assyabaab terdiri atas tiga gambar, yaitu :
1. Gambar orang (pemuda) meloncat melakukan heading (menyundul bola).
2. Gambar Bulan Bintang serta warna hijau bergaris-garis putih.
3. Kalimat Surabaya.
Secara umum menurut hemat penulis, arti logo Assyabaab adalah “Sebuah klub sepak bola yang selalu menatap masa depan dengan penuh optimis, pantang menyerah, dan selalu berinovasi untuk melahirkan pemain-pemain berkualitas, berkarakter serta berperilaku baik. Disamping itu Assyabaab adalah klub yang didirikan di wilayah religius yaitu kawasan Ampel yang muslim. Namun demikian Assyabaab TIDAK ALERGI terhadap pemain non muslim. Salah satu buktinya adalah Jacob sihasale, Wayan Diana, Yongki Kastanya dan bahkan Jacksen Tiago yang asli brazil pernah menjadi pelatih Assyabaab. Dan klub Assyabaab berhome base di kota Pahlawan Surabaya”.
Berkat latihan rutin yang dijalani, maka tahun 1960-an Aly Bahalwan terpilih untuk pertama kali memperkuat Persebaya bersama dengan Ahmad Barajak, Amak Guk Aljufri, Amak Bazrewan, Achmad Bajardana, Abdullah Aljufri, Ali Bahbel, Moch Bin Mahfud, Saad Bin Thalib, Said Bagor, Kadir Mahdami, Ali Basofi, Bakar Basofi, Abdullah Basofi, dan lain-lain.
Sekitar tahun 1965, ada keinginan agar logo Assyabaab dapat dijadikan BEDGE, sehingga bisa dipasang di dada kaos pemain. Untuk masalah badge ini, Mohammad Attuwy dalam sebuah kesempatan pernah dipanggil oleh Aly Bahalwan melalui Muhammad Barmen untuk menghadap.
Waktu itu Mohammad Attuwy kaget, ada apa moh, kok dipanggil sama Aly Bahalwan ? Kata Muhammad Barmen sudah datang saja ke Aly Bahalwan, saya juga tidak tahu persoalannya. Dan setelah menghadap, Aly Bahalwan mengkonfirmasi tentang rencana menjadikan logo Assyabaab menjadi bedge. “ Dan Mohammad Attuwy menjelaskan panjang lebar, termasuk ada rumput dalam bedge tersebut. Mengapa ? karena di Bangil-Pasuruan, ada klub Assyabaab itu bukan perkumpulan sepak bola, melainkan karambol. Nah untuk membedakan, maka ditambahkanlah rumput dalam badge assyabaab “. Demikian yang pernah diceritakan mohammad Attuwy kepada penulis. Dan memang Mohammad Attuwy diberi kepercayaan untuk membuat bedge, karena merupakan pemain senior yang berposisi sebagai kiri luar sekaligus pengurus Assyabaab periode 1965 - 1977. Agar tidak keliru dan bertentangan dengan logo yang telah dibuat oleh Aly Bahalwan, maka dalam pembuatannya Mohammad Attuwy selalu berkonsultasi dengan Mohammad Barmen.
Pembuatan bedge memerlukan waktu sekitar 1 bulan. Mohammad Attuwy seangkatan dengan Rusdy Bahalwan. Pada tahun 1967, ia bersama Rusdy Bahalwan dan Moch. Hambasyi dari Assyabaab terpilih memperkuat Persebaya Junior dalam Turnamen Suratin Cup. Ketika itu Persebaya Jr. Mampu menembus final, namun sayang di final kalah dengan Persid Jember dengan skor 2-1 untuk Persid Jember.
Dan seiring dengan perkembangan politik dan ketatanegaraan negara RI, bahwa setiap organisasi harus berazazkan Pancasila, maka oleh Mohammad Barmen ditambahkanlah bingkai segi lima yang melambangkan bahwa Assyabaab berlandaskan pada lima sila dalam Pancasila. Seragam kebesaran assyabaab didominasi warna hijau. Itu menunjukkan bahwa setiap gerak langkah Assyabaab selalu berlandaskan pada nilai-nilai keislaman,diantaranya adalah kejujuran, tetapi tetap semangat pantang menyerah sebagai arek-arek Suroboyo dalam setiap pertandingan. Kita junjung sportifitas dan kejujuran untuk kejayaan sepak bola Surabaya dan Indonesia.
Selain Aly Bahalwan yang menjadi pemain Assyabaab, anak dari Aly Bahalwan yang bernama Himyar Bahalwan juga mengikuti jejak Abahnya bermain sepak bola. Sama-sama bergabung di tim Assyabaab. Memang prestasi Himyar di Assyabaab tidak sebaik abahnya apalagi adiknya (Rusdy Bahalwan, akan dibahas tersendiri). Namun dinasti Bahalwan sangat mewarnai perjalanan klub Assyabaab.
Prestasi Assyabaab pada periode ini belum menonjol, masih kalah dengan klub lain yang sering juara pada saat itu yaitu, HBS dan Tionghoa. Persoalannya bukan karena permainan assyabaab yang jelek, tetapi skill lawan yang memang istimewa. Namun demikian itu menjadi pelajaran buat pemain. Menurut Aly Bahalwan, salah satu kelemahan mendasar pemain Assyabaab adalah cepat down, ketika melihat nama besar pemain lawan. Seperti ketika Assyabaab bermain dengan Tiong Hoa. Assyabaab kalah 3 – 0. Itu semua hanya karena kehadiran Januar Pribadi (Phwa Sian Liong) , pemain Tiong Hoa yang baru pulang dari pemusatan latihan (TC) di PSSI Jakarta. Tampilnya Januar Pribadi membuat nyali pemain Assyabaab kecil. Padahal saat itu Assyabaab juga mempunyai pemain handal, diantaranya adalah Alwi BSA (Alwi Banteng), Husin Bin Agil, Amang Jabli dan Saleh Mahri. Dan karena itu maka ketrampilan yang dimiliki hilang tak berbekas. Boleh dikatakan pemain sudah kalah sebelum bertanding (kalah sebelum perang).
Untuk itu salah satu solusinya adalah memperkuat mental dan menanamkan kesadaran bahwa kita bisa dan bahkan lebih bisa mengalahkan mereka. Disamping itu kita harus memperbayak pertandingan terutama main di luar kandang (main tandang). Agar teruji nyali dan mental pemain. Aly Bahalwan yakin dengan kebersamaan,kekompakan antara pemain,pengurus serta dukungan masyarakat yang luar biasa menjadi modal tersendiri bagi prestasi Assyabaab. Assyabab juara hanya tinggal tunggu waktu. Kita pasti bisa.
Assyabaab merupakan klub sepakbola legendaris di Indonesia,
sehingga sering mendapat undangan untuk berpartisipasi dalam berbagai event. Salah
satunya adalah mengikuti turnamen yang diadakan oleh Perseba Banjarmasin tahun
1974. Turnamen tersebut diikuti oleh beberapa klub. Tujuan diadakannya turnamen
tersebut adalah untuk penggalangan dana guna pembangunan stadion di
Banjarmasin. Ketika pertandingan antara Assyabaab melawan Perseba Banjarmasin,
skor kemenangan mencolok diperoleh ssyabaab. Ridwan Mas dari Banjarmasin
bertindak sebagai wasit yang kebetulan aktif dinas di Kopassus Banjarmasin. Mohammad
Attuwy, salah seorang pemain yang ikut dalam turnamen tersebut mengatakan bahwa,
turnamen ini penting untuk mengasah insting bermain bola juga berguna
meningkatkan kerjasama tim. Demikian kata Mohammad Attuwy yang berposisi
sebagai kiri luar. Tampak dalam gambar : Mohammad Attuwy, berdiri no.3 dari
kiri ke kanan bersebelahan dengan Yacob Sihasale. Tampak juga Ahmad Attamimi,
salah seorang official Assyabaab, berdiri no.2 dari kanan ke kiri, dekat Abdul
Kadir dan Rusdy Bahalwan. Sumber dan informasi dari dokumen pribadi Mohammad
Attuwy.
1. Zein Bin Agil (1948 – 1951)
2. Aly bahalwan (1951 – 1954)
3. Idrus Albar (1954 – 1956)
4. Mustopa Machdami (1956 – 1959)
5. Saleh Attamimi (1959 – 1961)
6. Umar Idrus (1961 – 1962)
7. Cholid Nabhan (1962 – 1964)
8. Aly Alkatiri (1964 – 1966)
9. Mohammad Barmen (1966 – sekarang)
Dari periodesasi tersebut dapat dikatakan bahwa Assyabaab tidak dapat dipisahkan dengan etnis Arab. Namun dalam kenyataannya Assyabaab didirikan bukan khusus untuk etnis tertentu (Arab), akan tetapi semua etnis boleh masuk dan bergabung dengan Assyabaab untuk bersama-sama berlatih dan bermain menjadi pemain berkualitas.
Kenyataannya di Assyabaab, hampir semua etnis ada. Nyoman Slamet Witarsa, Wayan Diana (Bali), Yongki Kastanya (Ambon), Jacob Sihasale (Maluku), Subodro (Jawa), Imam Hidayat (Madura), Andi Slamet (Cina), dll. Jadi klub Assyabaab benar-benar klub yang lahir di Surabaya dan mengabdi untuk Indonesia yang berbhineka tunggal ika dan sepakat mengibarkan panji-panji Merah Putih. Semoga dari uraian di atas, membuka mata hati semua insan, bahwa lewat sepak bola dapat kita rajut persatuan,persaudaraan dan kerjasama. Kita hilangkan perbedaan,ego pribadi untuk panji-panji olah raga yang mendahulukan jiwa sportivitas dan nilai-nilai kejujuran. Insya-Allah edisi berikutnya akan dipaparkan peran Aly Bahalwan dalam bidang dakwah Islamiyyah.
Innalillahi wa'innailahi rojiunn.. telah berpulang kerahmatullah dengan tenang Bapak Fuad Alkatiri pada hari Rabu tanggal 8 Agustus 2018.
BalasHapusSaya Dan keluarga mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya, semoga Amal dan ibadahnya dapat diterima disisi-NYA. Untuk keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan. (PT.SURYAJAYA TEKNOTAMA)
innalillahi wainailaihi rojiun, inshallah husnul khotimah,
HapusAamiin... Husnul Khotimah InsyaaAllah...
HapusFoto inisial nn&no6dibali Junaedy Abdillah kmdian pindah psad Surabaya th 74 April Hijriyah ke Persija Jakarta jacub Sihasale menolak & hrs keluar dari Pertamina demi assyabaab persebaya:dan cintanya pd surabaya
HapusAyah saya (imam hidajat/cicak) nomer 17 di foto, baru meninggal dunia 9 juni 2019 lalu.
BalasHapusInnalillahi wa innailaihi roojiun. Turut berduka cita atas meninggalnya bapak Imam Hidayat/cicak, semoga Husnul Khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan kesabaran, Aamiin.
HapusAssalamualaikum Pak Washil Bahalwan salam kenal, Saya Arif Hidayat, tahun 2008 saya sempat berkunjung ke rumah Pak Yahya Yamani di Fatmawati, setelah makan gule kacang ijo dan roti mariyam hehehe, saya ditunjukkan buku mengenang Asyaabab, masyaaAllah memori masa kecil saya timbul kembali, kebetulan saya tinggal daerah wonokusumo kecamatan semampir, saya ingat tahun 80an masih ada pertandingan antar kecamatan, Semampir juara 1 dengan mayoritas pemainnya dari Asyaabab. Pertanyaan saya, apakah buku tersebut tidak dijual bebas? saya sangat tertarik memilikinya. wassalam
BalasHapushttps://scontent.fcgk20-1.fna.fbcdn.net/v/t1.0-9/103614642_10213462323111584_8991418048870799932_n.jpg?_nc_cat=103&_nc_sid=8024bb&_nc_eui2=AeEjfE2HUx7N2A4zvTGdaaGvzBqLgAnu4JfMGouACe7gl33tOlenrtcl6QYtpdU4jnA&_nc_ohc=4tNx97mPbK8AX9bwiFs&_nc_ht=scontent.fcgk20-1.fna&oh=3ef3eee0ae5f8dbd9fc3a94c7fcf140b&oe=5F12983B
BalasHapusFoto Ami Rusdi saya dapatkan dari facebook Pak Sapoean Hussain Persebaya yang kebetulan saat di Surabaya beliau bertetangga dengan saya
BalasHapusDimana mencari buku my asyaabab
BalasHapusMohon izin untuk save beberapa image bapak. Terima kasih
BalasHapusSaya Sasongko Dwi Saputro, izin mengutip tulisan bapak ya. Terima kasih
BalasHapus