Sabtu, 01 Oktober 2022

KENANGAN DARI KAK SAM (BAGIAN XII)

Contoh gambar Pin kenangan dari Kak Sam 

Keberadaan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tempo dulu benar-benar membanggakan dan multitalenta sehingga manfaatnya dirasakan oleh anggotanya dalam menjalani kehidupan. Aktifitas Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya dimasa itu sangat beragam dan tidak melulu dalam dunia kepramukaan saja, melainkan juga sosial dan lainnya. Sehingga kecakapan yang dimiliki anggota pramuka relatif beragam dan itu sangat membantu bagi anggota pramuka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Sengaja penulis ingin menampilkan pelaku-pelaku pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya yang menurut hemat penulis penting untuk diangkat, karena dari mereka banyak sisi yang belum diketahui khalayak ramai. Pada kesempatan kali ini, penulis berbincang dengan Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak Amin Basyaeb, dan Kak Aufa Bahalwan yang tinggal di Jakarta, khusus kaitannya dengan kegiatan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya ketika berkemah di WISATA PEMANDIAN MENDIT MALANG. 

Pertemuan penulis dengan narasumber, Kak Geys Bin Muhsin Alchotib (baju batik) dalam rangka menyampaikan hasil tulisan untuk verifikasi akhir sebelum publikasi. 
Surabaya, 29 September 2022.

Seperti diinformasikan oleh Geys Bin Muchsin Alchotib, Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya sebelum mengadakan Kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang tahun 1972, terlebih dahulu mengadakan kemah di Sumbersono Bangil Pasuruan. Entah sudah direncanakan bersama atau tidak, Gudep Pramuka binaan Kak Sam Malang juga berkemah di tempat yang sama yaitu di Sumbersono Bangil. Kebetulan, pembina Gudep 77 Pramuka Al Irsyad Surabaya, Kak Abdul Aziz Allan bersahabat dengan Kak Sam, Pembina Gudep Pramuka dari Malang. Maka diadakanlah pembicaraan yang pada intinya, kita akan saling bekerja sama dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan.

Pada kesempatan itu, Kak Sam, demikian biasa dipanggil, merupakan seorang Pembina dari Saka Dirgantara Gudep Pramuka yang ada di Malang. Beliau mengajari anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tentang Semaphore, Morse, Tanda tapak, Tali temali, dan keterampilan lainnya. “Itu semua kecakapan yang harus dimiliki anggota Pramuka”, kata Kak Sam.

Selang beberapa waktu, ketika libur sekolah, anggota Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya mengadakan kegiatan kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang tanggal 18 sampai 24 April 1972, dengan tujuan mengambil badge kelana (Emblem) yang merupakan tingkat kecakapan/ketangkasan dalam pramuka. Namun ternyata, informasi tentang acara pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya di Wisata Pemandian Mendit Malang itu didengar oleh Kak Sam. Beliau pun ingin menguji ketangkasan dan kewaspadaan anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya.

Kenangan Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya saat makan siang di perkemahan Mendit Malang tanggal 18 sampai 24 April 1972. Dari kiri ke kanan : Syaugi Allan, Abdul Latif Alamudi, Fauzi bin Mahfud, Aufa Bahalwan (kaos putih), Faisal bin Thalib.

Selang beberapa hari berkemah, tiba-tiba anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya dikejutkan dengan suara morse yang tidak diketahui dari arah mana asalnya. Selanjutnya bunyi Morse tersebut berusaha diterjemahkan oleh para anggota pramuka yang dikomandoi oleh Abdul Aziez Bahalwan. Ternyata, terjemahan morse tersebut adalah, “Siap siap, nanti malam ada serangan (slepen), waspadalah”. Slepen adalah istilah yang digunakan dalam kepramukaan saat itu untuk kegiatan uji pengamanan barang di malam hari.

Karena dalam waktu yang bersamaan, menurut jadwal yang telah disusun, juga akan diadakan Jurit malam. Maka Geys Bin Muchsin Alchotib pun mempunyai ide untuk mengamankan kondisi tenda beserta isinya dan jurit malam berjalan lancar. Maka dilakukanlah pengamanan barang-barang seperti, panci, wajan, sotil, tas, dll dengan cara diikat memakai tampar, yaitu antara barang satu dengan lainnya disatukan dalam ikatan tampar. Termasuk tenda diberi tampar melingkar sebagai garis pembatas (demargasi). Selain itu juga dibentuk petugas jaga 1 orang. Namun ada satu barang yang lupa tidak diikat, yaitu bendera.

Sore hari, Geys Bin Muchsin Alchotib, Faisal Thalib dan Farhad Baisa melakukan survei lokasi untuk acara jurit malam sekaligus memasang tanda tapak. Nampak dari kejauhan terdapat gua. Akhirnya mereka bertiga bersepakat akhir dari jurit malam adalah mengambil surat yang diletakkan di dalam gua. Setelah Sholat Isya dan makan malam, acara jurit malam dimulai. Seluruh peserta ikut kecuali Abdul Latif Alamudi, karena mendapat tugas jaga tenda, siap siaga kalau ada serangan.

Ketika peserta sudah berjalan mengikuti tanda tapak, sampailah di mulut gua. Dengan kondisi cuaca yang gelap, mulailah peserta menyalakan senter untuk penerangan guna melanjutkan perjalanan mencari surat. Karena barangsiapa yang dapat mengambil surat, maka kepadanya akan mendapatkan nilai yang tinggi. Akan tetapi dalam waktu yang bersamaan, peserta juga memiliki kewajiban untuk mengamankan baret dan hasduk agar tidak sampai diambil oleh peserta lain. Akhirnya, Farhad Baisa berhasil mengambil baret temannya kemudian lari keluar gua sebagai tanda kegembiraan telah berhasil. Kemudian Aufa Bahalwan dalam tanda tapak berhasil menemukan surat yang diselipkan dalam keong.

Ternyata dalam waktu yang bersamaan, orang suruhan Kak Sam datang ke tenda anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Namun, justru mereka kaget karena ternyata pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya telah mengantisipasi serangan dengan baik. Buktinya, ada petugas yang siaga menjaga tenda dan dari kejauhan nampak barang-barang telah diikat dengan aman. Karena tidak ada barang yang bisa dibawa, maka penguji, mengambil (menyelepen) bendera yang tidak terikat. Setelah bendera dibawa, penguji memberi instruksi melalui morse untuk mengambilnya esok hari di Pangkalan Gudep dimana Kak Sam beraktifitas, SMPN 5 Malang. Maka diutuslah Faisal Thalib sebagai ketua regu kelana dan Helmi Syamlan untuk mengambil bendera di tempat sesuai instruksi yang jaraknya lebih kurang 10 km.

Sesampai di tempat Kak Sam, utusan pengambil bendera tidak langsung mendapatkan benderanya, melainkan harus melewati rintangan yang telah disiapkan. Hal ini mengandung pesan bahwa, akibat kelalaian, maka peserta harus mendapatkan hukuman. Setelah menjalani hukuman, Kak Sam menyampaikan rasa bangganya kepada regu Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, karena tanggap dan cekatan. Contohnya ketika mendapatkan informasi akan ada serangan, walaupun masih ada bendera yang lupa diamankan. “Asah kecakapan dan ketrampilan, karena itu merupakan hal yang harus dimiliki oleh anggota pramuka”, demikian kata Kak Sam. Sekaligus Kak Sam berpesan, “Sebelum kalian pulang ke Surabaya, silahkan mampir ke pangkalan Gudep Pramuka dimana Kak Sam beraktifitas”.

Dalam perkemahan tersebut, ada banyak hal yang dilombakan, yaitu Semaphore, Morse, Tanda tapak, Menaksir, Tali temali, dan lain-lain. Dan yang mendapatkan juara lomba adalah: Gesy Alchotib (Semaphore), Aufa Bahalwan (Tanda tapak), dan Abdul Aziez Bahalwan (Morse). Abdul Aziz Allan sekalu Pembina masih tidak habis pikir dan kagum dengan Aufa atas kecerdikannya menemukan tanda tapak yang berisi surat dan diselipkan di dalam keong.

Pertemuan penulis (kiri) dengan narasumber Kak Amin Basyaeb (kanan) dalam rangka menyampaikan hasil tulisan untuk verifikasi akhir sebelum publikasi. 
Surabaya, 30 September 2022.

Ada kejadian menarik ketika pagi hari, seperti biasa peserta mandi di kolam. Kecuali Amin Basyaeb dan Aufa bahalwan, karena setiap perkemahan mereka berdualah yang bertugas sebagai juru masak. Konon kabarnya Amin dan Aufa jago dalam hal masak memasak, dan hampir setiap kemah, maka dua anak itulah juru masaknya (Chef). Ketika semua mandi, termasuk Aufa, tinggallah Amin sendiri. Lagi mempersiapkan makan pagi untuk anak-anak, datanglah gerombolan kera, maklum Mendit memang banyak keranya. Satu persatu kera ini mendatangi makanan yang dipersiapkan untuk anak-anak. Melihat kejadian itu, Amin Basyaeb panik. Sebab, kalau kera itu memakan makanan tersebut, dia khawatir akan berakibat makanan ini menjadi tidak sehat dan berbahaya bagi anak-anak. Maka spontan, Amin mengambil peluit dan meniupnya untuk meminta bantuan, sebagai tanda ada bahaya. Namun karena kepanikan, Amin salah tiup peluit : PRIT – PRIT – PRIT yang berarti tanda berkumpul. Sebelum anakanak datang, Amin Basyaeb mengambil kayu bakar yang masih ada apinya, kemudian digerak-gerakkan untuk menghalau kera, agar menjauh dari makanan. Setelah kerakeranya pergi, barulah anak-anak datang dan Amin mengatakan, “wes buyar”. Dari sini dapat dilihat, Amin Basyaeb memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.

Ada cerita lucu lain yang terjadi saat selesai makan siang. Amin dan Aufa yg bertugas sebagai juru masak duduk di depan tenda. Tak lama kemudian ada 1 kera menghampiri Aufa dan nyengir-nyengir. Lalu Aufa bertanya ke Amin, “Min, wes kasiono pisang 1 saja”. Kemudian Amin masuk ke tenda dan mengambil pisang 1 buah untuk diberikan ke kera tadi. Akhirnya si kera pun pergi. Saat sore hari, ketika Aufa mau menggoreng Pisang, dia melihat pisang 1 cengkeh telah hilang. Aufa pun terkejut dan langsung menegur Amin.

Kurang lebih seperti ini percapakannya kala itu,
Aufa : “Min, ente ngasih pisang tadi piro ?”
Amin : “Lho kan 1 saja, ente kan liat tadi”
Aufa : “Waduh... kita orang dislepen....”
Amin : “Dislepen sama kak Sam ta ?”
Aufa : “Bukan... yaa dislepen sama kera yang tadi itu! Mungkin kera yang datang tadi bawa konco tidak diliat sama Amin dan Aufa”

Ada-ada saja cerita lucu di Mendit ini. Bikin rakse.

Dan ketika pulang ke Surabaya, regu pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya berhak mendapat badge kelana/tingkat kecakapan sebagai tanda telah menyelesaikan ujian dan dinyatakan lulus. Adapun peserta kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang adalah: Abdul Aziz Allan (Pembina), Faisal Thalib (Ketua), Geys Bin Muchsin Alchotib (wakil ketua), Farhad Baisa, Aufa Bahalwan, Abdul Aziez Bahalwan, Fauzi Bin Mahfud, Noval Bobsaid, Oscar Bobsaid, Said Basymeleh, Helmi Syamlan, Amin Basyaeb, Abdul Latif Alamudi, Saleh Basymeleh, Syauqi Allan, dan Farid Maghruf.

Sebelum pulang, disempatkan mampir ke pangkalan pramuka Kak Sam untuk menyampaikan banyak terima kasih atas ilmu dan kecakapan yang telah diberikan kepada regu pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya.

Sebagai tanda penghargaan kepada Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya, maka Kak Sam memberikan kenangan Pin gambar Apollo yang disematkan kepada masingmasing anggota. Dengan posisi baris menghadapnya, Kak Sam mulai membagikan pinnya. 

Kakak pembina Abdul Aziz Allan bersama kak sam (Kanan) dan Kak Ony, teman Kak Sam, penegak (kiri)

Foto bersama Kak Sam dengan anak didiknya Gudep 67/68 Kodya Malang dan Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya
Paling kiri : Kak Sam (baju lengan panjang)
Dari kanan ke kiri : Geys Bin Muchsin Alchotib (pegang bendera), Abdul Latif Alamudi, Aufa Bahalwan, Oscar Bobsaid, Amin Basyaeb, dan kawan-kawan
Lokasi : SMPN Malang, 24 April 1972

Foto bersama Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya di SMPN 5 Malang, 24 April 1972

Demikian sekilas informasi perkemahan di Wisata Pemandian Mendit Malang. Banyak pelajaran yang dapat diambil diantaranya, berlatih kerja sama, selalu waspada, tanggung jawab, mengatur strategi dan masih banyak pelajaran lainnya.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak Amin Basyaeb dan Kak Aufa Bahalwan yang telah berkenan bercerita tentang aktifitas perkemahan di Wisata Pemandian Mendit Malang. Semoga semua apa yang telah disampaikan dapat menjadi inspirasi untuk generasi muda dan menjadi pelajaran penting untuk kehidupan.

Penulis : Washil Bahalwan

Narasumber : Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak Amin Basyaeb dan Kak Aufa Bahalwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar