Keberadaan
Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tempo dulu benar-benar membanggakan dan
multitalenta sehingga manfaatnya dirasakan oleh anggotanya dalam menjalani
kehidupan. Aktifitas Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya dimasa itu sangat
beragam dan tidak melulu dalam dunia kepramukaan saja, melainkan juga sosial
dan lainnya. Sehingga kecakapan yang dimiliki anggota pramuka relatif beragam
dan itu sangat membantu bagi anggota pramuka dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat.
Sengaja
penulis ingin menampilkan pelaku-pelaku pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya
yang menurut hemat penulis penting untuk diangkat, karena dari mereka banyak
sisi yang belum diketahui khalayak ramai. Pada kesempatan kali ini, penulis
berbincang dengan Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak Amin Basyaeb, dan Kak
Aufa Bahalwan yang tinggal di Jakarta, khusus kaitannya dengan kegiatan Pramuka
Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya ketika berkemah di WISATA PEMANDIAN MENDIT
MALANG.
Surabaya, 29 September 2022.
Seperti
diinformasikan oleh Geys Bin Muchsin Alchotib, Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad
Surabaya sebelum mengadakan Kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang tahun 1972,
terlebih dahulu mengadakan kemah di Sumbersono Bangil Pasuruan. Entah sudah
direncanakan bersama atau tidak, Gudep Pramuka binaan Kak Sam Malang juga berkemah
di tempat yang sama yaitu di Sumbersono Bangil. Kebetulan, pembina Gudep 77
Pramuka Al Irsyad Surabaya, Kak Abdul Aziz Allan bersahabat dengan Kak Sam,
Pembina Gudep Pramuka dari Malang. Maka diadakanlah pembicaraan yang pada
intinya, kita akan saling bekerja sama dalam meningkatkan kecakapan dan
keterampilan.
Pada
kesempatan itu, Kak Sam, demikian biasa dipanggil, merupakan seorang Pembina
dari Saka Dirgantara Gudep Pramuka yang ada di Malang. Beliau mengajari anggota
pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya tentang Semaphore, Morse, Tanda tapak, Tali
temali, dan keterampilan lainnya. “Itu semua kecakapan yang harus dimiliki
anggota Pramuka”, kata Kak Sam.
Selang beberapa waktu, ketika libur sekolah, anggota Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya mengadakan kegiatan kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang tanggal 18 sampai 24 April 1972, dengan tujuan mengambil badge kelana (Emblem) yang merupakan tingkat kecakapan/ketangkasan dalam pramuka. Namun ternyata, informasi tentang acara pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya di Wisata Pemandian Mendit Malang itu didengar oleh Kak Sam. Beliau pun ingin menguji ketangkasan dan kewaspadaan anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya.
Selang
beberapa hari berkemah, tiba-tiba anggota pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya
dikejutkan dengan suara morse yang tidak diketahui dari arah mana asalnya.
Selanjutnya bunyi Morse tersebut berusaha diterjemahkan oleh para anggota
pramuka yang dikomandoi oleh Abdul Aziez Bahalwan. Ternyata, terjemahan morse
tersebut adalah, “Siap siap, nanti malam ada serangan (slepen), waspadalah”.
Slepen adalah istilah yang digunakan dalam kepramukaan saat itu untuk kegiatan
uji pengamanan barang di malam hari.
Karena
dalam waktu yang bersamaan, menurut jadwal yang telah disusun, juga akan
diadakan Jurit malam. Maka Geys Bin Muchsin Alchotib pun mempunyai
ide untuk mengamankan kondisi tenda beserta isinya dan jurit malam berjalan
lancar. Maka dilakukanlah pengamanan barang-barang seperti, panci, wajan,
sotil, tas, dll dengan cara diikat memakai tampar, yaitu antara barang satu
dengan lainnya disatukan dalam ikatan tampar. Termasuk tenda diberi tampar
melingkar sebagai garis pembatas (demargasi). Selain itu juga dibentuk petugas
jaga 1 orang. Namun ada satu barang yang lupa tidak diikat, yaitu bendera.
Sore
hari, Geys Bin Muchsin Alchotib, Faisal Thalib dan Farhad Baisa melakukan
survei lokasi untuk acara jurit malam sekaligus memasang tanda tapak. Nampak
dari kejauhan terdapat gua. Akhirnya mereka bertiga bersepakat akhir dari jurit
malam adalah mengambil surat yang diletakkan di dalam gua. Setelah Sholat Isya
dan makan malam, acara jurit malam dimulai. Seluruh peserta ikut kecuali Abdul
Latif Alamudi, karena mendapat tugas jaga tenda, siap siaga kalau ada serangan.
Ketika
peserta sudah berjalan mengikuti tanda tapak, sampailah di mulut gua. Dengan
kondisi cuaca yang gelap, mulailah peserta menyalakan senter untuk penerangan
guna melanjutkan perjalanan mencari surat. Karena barangsiapa yang dapat mengambil
surat, maka kepadanya akan mendapatkan nilai yang tinggi. Akan tetapi dalam
waktu yang bersamaan, peserta juga memiliki kewajiban untuk mengamankan baret
dan hasduk agar tidak sampai diambil oleh peserta lain. Akhirnya, Farhad Baisa
berhasil mengambil baret temannya kemudian lari keluar gua sebagai tanda
kegembiraan telah berhasil. Kemudian Aufa Bahalwan dalam tanda tapak berhasil
menemukan surat yang diselipkan dalam keong.
Ternyata
dalam waktu yang bersamaan, orang suruhan Kak Sam datang ke tenda anggota
pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Namun, justru mereka kaget karena ternyata
pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya telah mengantisipasi serangan dengan baik.
Buktinya, ada petugas yang siaga menjaga tenda dan dari kejauhan nampak
barang-barang telah diikat dengan aman. Karena tidak ada barang yang bisa
dibawa, maka penguji, mengambil (menyelepen) bendera yang tidak terikat.
Setelah bendera dibawa, penguji memberi instruksi melalui morse untuk
mengambilnya esok hari di Pangkalan Gudep dimana Kak Sam beraktifitas, SMPN 5
Malang. Maka diutuslah Faisal Thalib sebagai ketua regu kelana dan Helmi
Syamlan untuk mengambil bendera di tempat sesuai instruksi yang jaraknya lebih
kurang 10 km.
Sesampai di
tempat Kak Sam, utusan pengambil bendera tidak langsung mendapatkan benderanya,
melainkan harus melewati rintangan yang telah disiapkan. Hal ini mengandung
pesan bahwa, akibat kelalaian, maka peserta harus mendapatkan hukuman. Setelah
menjalani hukuman, Kak Sam menyampaikan rasa bangganya kepada regu Pramuka Gudep
77 Al-Irsyad Surabaya, karena tanggap dan cekatan. Contohnya ketika mendapatkan
informasi akan ada serangan, walaupun masih ada bendera yang lupa diamankan.
“Asah kecakapan dan ketrampilan, karena itu merupakan hal yang harus dimiliki
oleh anggota pramuka”, demikian kata Kak Sam. Sekaligus Kak Sam berpesan,
“Sebelum kalian pulang ke Surabaya, silahkan mampir ke pangkalan Gudep Pramuka
dimana Kak Sam beraktifitas”.
Dalam perkemahan tersebut, ada banyak hal yang dilombakan, yaitu Semaphore, Morse, Tanda tapak, Menaksir, Tali temali, dan lain-lain. Dan yang mendapatkan juara lomba adalah: Gesy Alchotib (Semaphore), Aufa Bahalwan (Tanda tapak), dan Abdul Aziez Bahalwan (Morse). Abdul Aziz Allan sekalu Pembina masih tidak habis pikir dan kagum dengan Aufa atas kecerdikannya menemukan tanda tapak yang berisi surat dan diselipkan di dalam keong.
Surabaya, 30 September 2022.
Ada
kejadian menarik ketika pagi hari, seperti biasa peserta mandi di kolam.
Kecuali Amin Basyaeb dan Aufa bahalwan, karena setiap perkemahan mereka
berdualah yang bertugas sebagai juru masak. Konon kabarnya Amin dan Aufa jago
dalam hal masak memasak, dan hampir setiap kemah, maka dua anak itulah juru
masaknya (Chef). Ketika semua mandi, termasuk Aufa, tinggallah Amin sendiri.
Lagi mempersiapkan makan pagi untuk anak-anak, datanglah gerombolan kera,
maklum Mendit memang banyak keranya. Satu persatu kera ini mendatangi makanan
yang dipersiapkan untuk anak-anak. Melihat kejadian itu, Amin Basyaeb panik.
Sebab, kalau kera itu memakan makanan tersebut, dia khawatir akan berakibat
makanan ini menjadi tidak sehat dan berbahaya bagi anak-anak. Maka spontan,
Amin mengambil peluit dan meniupnya untuk meminta bantuan, sebagai tanda ada
bahaya. Namun karena kepanikan, Amin salah tiup peluit : PRIT – PRIT – PRIT
yang berarti tanda berkumpul. Sebelum anakanak datang, Amin Basyaeb mengambil
kayu bakar yang masih ada apinya, kemudian digerak-gerakkan untuk menghalau
kera, agar menjauh dari makanan. Setelah kerakeranya pergi, barulah anak-anak
datang dan Amin mengatakan, “wes buyar”. Dari sini dapat dilihat, Amin Basyaeb
memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
Ada cerita lucu lain yang terjadi saat selesai makan siang. Amin dan Aufa yg bertugas sebagai juru masak duduk di depan tenda. Tak lama kemudian ada 1 kera menghampiri Aufa dan nyengir-nyengir. Lalu Aufa bertanya ke Amin, “Min, wes kasiono pisang 1 saja”. Kemudian Amin masuk ke tenda dan mengambil pisang 1 buah untuk diberikan ke kera tadi. Akhirnya si kera pun pergi. Saat sore hari, ketika Aufa mau menggoreng Pisang, dia melihat pisang 1 cengkeh telah hilang. Aufa pun terkejut dan langsung menegur Amin.
Kurang lebih seperti ini percapakannya kala itu,
Aufa : “Min, ente ngasih pisang tadi piro ?”
Amin : “Lho kan 1 saja, ente kan liat tadi”
Aufa : “Waduh... kita orang dislepen....”
Amin : “Dislepen sama kak Sam ta ?”
Aufa : “Bukan... yaa dislepen sama kera yang tadi itu! Mungkin kera yang datang
tadi bawa konco tidak diliat sama Amin dan Aufa”
Ada-ada
saja cerita lucu di Mendit ini. Bikin rakse.
Dan ketika
pulang ke Surabaya, regu pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya berhak mendapat
badge kelana/tingkat kecakapan sebagai tanda telah menyelesaikan ujian dan
dinyatakan lulus. Adapun peserta kemah di Wisata Pemandian Mendit Malang
adalah: Abdul Aziz Allan (Pembina), Faisal Thalib (Ketua), Geys Bin
Muchsin Alchotib (wakil ketua), Farhad Baisa, Aufa Bahalwan, Abdul Aziez
Bahalwan, Fauzi Bin Mahfud, Noval Bobsaid, Oscar Bobsaid, Said Basymeleh, Helmi
Syamlan, Amin Basyaeb, Abdul Latif Alamudi, Saleh Basymeleh, Syauqi Allan, dan
Farid Maghruf.
Sebelum pulang, disempatkan mampir ke pangkalan pramuka Kak Sam untuk menyampaikan banyak terima kasih atas ilmu dan kecakapan yang telah diberikan kepada regu pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya.
Sebagai tanda penghargaan kepada Gudep 77 Pramuka Al-Irsyad Surabaya, maka Kak Sam memberikan kenangan Pin gambar Apollo yang disematkan kepada masingmasing anggota. Dengan posisi baris menghadapnya, Kak Sam mulai membagikan pinnya.
Demikian
sekilas informasi perkemahan di Wisata Pemandian Mendit Malang. Banyak
pelajaran yang dapat diambil diantaranya, berlatih kerja sama, selalu waspada,
tanggung jawab, mengatur strategi dan masih banyak pelajaran lainnya.
Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak
Amin Basyaeb dan Kak Aufa Bahalwan yang telah berkenan bercerita tentang
aktifitas perkemahan di Wisata Pemandian Mendit Malang. Semoga semua apa yang
telah disampaikan dapat menjadi inspirasi untuk generasi muda dan menjadi
pelajaran penting untuk kehidupan.
Penulis :
Washil Bahalwan
Narasumber
: Kak Geys Bin Muchsin Alchotib, Kak Amin Basyaeb dan Kak Aufa Bahalwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar