Jumat, 07 Oktober 2022

PANDU DAN BADAN SOSIAL AL-IRSYAD SURABAYA TEMPO DOELOE (BAGIAN XIII)

Pandu Al-Irsyad Surabaya

Dokumentasi merupakan salah satu kunci bagi organisasi yang ingin eksis dan sekaligus sebagai sarana evaluasi, agar organisasi itu ke depannya dapat berkiprah lebih baik lagi. Terpenting dari dokumentasi itu adalah untuk mengabarkan kepada generasi muda, bahwa seniornya telah berbuat untuk mengenalkan sekaligus menunjukkan eksistensi organisasi kepada khalayak ramai. Pendokumentasian dapat dilakukan lewat foto kegiatan maupun tulisan, yang keduanya sama pentingnya. 

Atas dasar itulah, penulis mengangkat kegiatan pramuka dan Drumband Al-Irsyad yang memang tempo doeloe memiliki prestasi yang membanggakan. Dengan mewawancarai beberapa senior yang mana mereka itu (para senior) sebagai pelaku. Sehingga informasinya dapat dipastikan A-1 (dapat dipertanggungjawabkan).

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengangkat Haiah Mabarrotul Irsyad sebagai badan sosial, dikarenakan dalam badan tersebut (Haiah Mabarrotul Irsyad) melibatkan anggota Pandu/Pramuka dalam pelaksanaan kegiatannya. Berikut ini selengkapnya tentang apa dan bagaimana sepak terjang Haiah Mabarrotul Irsyad dalam keagamaan dan sosial.

Sekitar tahun 1998, penulis bertemu dengan salah satu senior Al-Irsyad Surabaya, yaitu Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut dan Abdullah Bin Hadi Bin Thalib atau biasa dipanggil Ami Dolah Bin Thalib. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal, utamanya badan sosial. Ternyata Abdullah Bin Hadi Bin Thalib selain aktif di badan sosial, juga merupakan kader Pandu Al-Irsyad sekaligus menjadi salah satu pemain Drumband yang tampil dalam acara KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) tahun 1964 di Bandung.

HAIAH MABARROTUL IRSYAD merupakan badan sosial yang didirikan tahun 1947. Badan tersebut didirikan oleh Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut sekaligus sebagai ketua. Abdullah Bin Hadi Bin Thalib sebagai sekretaris, sedang Muhammad Umar Bahala dan Abu Bakar Alamudi sebagai koordinator perlengkapan. Badan sosial ini tidak hanya menangani pelaksanaan zakat fitrah dan penerimaan serta pembagian daging kurban, tetapi juga membantu pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial, termasuk bencana alam. Kehadiran badan ini (Haiah Mabarrotul Irsyad) sangat dinanti dan mendapatkan respon positif dari pemerintah.

Hal yang selalu diingatkan oleh pengurus Haiah Mabarrotul Irsyad kepada panitia pelaksana kegiatan adalah “Panitia itu harus melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Kejujuran, ikhlas dan tidak menghambur-hamburkan uang serta tujuannya semata-mata hanya mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itulah badan sosial ini mendapat kepercayaan dari masyarakat yang luar biasa. Dan bahkan mekanisme kerja dari Haiah Mabarrotul Irsyad ketika diangkat melalui surat kabar, banyak ormas-ormas Islam yang ingin mempelajari secara langsung sistem kerja badan sosial ini”, demikian kata Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut.

Pelaksanaan hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha di Al-Irsyad Surabaya termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Haiah Mabarrotul Irsyad. Suatu ketika dalam kegiatan pengumpulan zakat fitrah, Haiah Mabarrotul Irsyad mendapat beras sebanyak 10 ton. Hal ini disebabkan karena Haiah Mabarrotul Irsyad bekerja secara amanah dan professional, sehingga banyak masyarakat dan pemerintah yang mengajaknya untuk bekerja sama dalam kegiatan sosial keagamaan.

Sedangkan untuk mempersiapkan kegiatan hari raya Idul Adha, maka satu bulan sebelumnya Haiah Mabarrotul Irsyad sudah mempersiapkan diri agar kegiatan Idul Adha berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan kegiatan Idul Adha terbagi atas dua kegiatan yaitu pelaksanaan Sholat Idul Adha dan penerimaan-pemotongan hewan kurban beserta distribusinya.

Panitia bagian sholat hari raya mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Sholat Idul Adha, misalnya membentuk kepanitiaan sholat yang bertugas, menghubungi khotib, menyiapkan pengeras suara, membagi tugas diantara panitia, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan sholat hari raya. Sedangkan kepanitiaan yang berkaitan dengan penerimaan, pemotongan, dan pembagian daging kurban adalah merapikan sekretariat, menentukan harga ternak dan ongkos potong, menghubungi tukang potong, serta mempersiapkan sarana prasarana yang berkaitan dengan pelaksanaan pemotongan hewan kurban.

Alhamdulillah, perolehan ternak sapi tiap tahun, diatas 30 ekor dan kambing ± 190 ekor. Hewan kurban tersebut berasal dari warga Al-Irsyad serta masyarakat Surabaya. Perolehan hewan kurban yang banyak itu dikarenakan belum adanya kepanitiaan kurban di tempat lain, ditambah dengan kepercayaan masyarakat kepada Haiah Mabarrotul Irsyad yang sangat tinggi.

Ada dua sistem pembagian hewan kurban, yaitu pembagian berupa daging kurban dan distribusi ternak hidup untuk dikirimkan kepada daerah-daerah/cabang-cabang Al-Irsyad yang membutuhkan, seperti di Sidoarjo, Malang, Situbondo dan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya. Dengan harapan semangat berkurban serta manfaatnya dirasakan oleh masyarakat diberbagai daerah. Untuk distribusi daging kurban, setelah proses pemotongan yang dipusatkan di Komplek Perguruan Al-Irsyad Jalan Danakarya No. 46 Surabaya, selanjutnya daging dibagi ke daerah-daerah yang ada di sekitar wilayah Al-Irsyad Surabaya.

Dari dahulu Haiah Mabarrotul Irsyad mengutamakan prinsip kehati-hatian dan berorientasi pada hasil yang maksimal. Dalam kegiatan pemotongan hewan kurban, panitia mendatangkan tukang potong professional untuk sapi dari Waru Sidoarjo sebanyak 10 orang. Sedangkan untuk pemotongan kambing dilakukan oleh panitia sendiri. Hal ini tetap mermpertimbangkan kesanggupan dan kemampuan. Mengingat pemotongan hewan kurban merupakan rangkaian dari ibadah Idul Adha. Selain itu, panitia selalu berkoordinasi dengan Tim Kesehatan dan Rumah Potong Hewan Jl. Pegirian - Surabaya untuk memeriksa sapi dan kambing yang akan dipotong, guna memastikan bahwa hewan kurbannya sehat. Sehingga secara otomatis daging yang akan dibagikan aman untuk dikonsumsi penerima.

Bagi alumni pelajar Al-Irsyad yang sudah melanjutkan ke sekolah negeri maupun swasta lainnya, kepada mereka dianjurkan mengadakan kepanitiaan tersendiri di lingkup Al-Irsyad Danakarya Surabaya dengan tujuan melatih kesadaran dan tanggung jawab sekaligus memupuk keimanan, dengan cara mengumpulkan infaq dan sodaqoh dari murid-murid Al-Irsyad untuk kemudian dibelikan ternak kurban.

Haiah Mabarrotul Irsyad memiliki sejumlah inventaris perlengkapan Idul Adha yang cukup terawat dengan baik antara lain, geledekan sebanyak 10 buah, tikar, timbangan besar dan kecil, pisau, berang (pisau besar untuk memotong tulang), kapak, telenan (tatakan untuk memotong daging), dan lain-lain. Inventaris tersebut disimpan di gudang dan hanya dikeluarkan pada saat akan dipergunakan. Haiah Mabarrotul Irsyad memiliki 4 (empat) gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan yang masing-masing tersimpan dengan baik di komplek Perguruan Al-Irsyad di Jl. Danakarya No. 46 Surabaya. (bersambung)

Ditulis oleh : Washil Bahalwan


Narasumber :
* Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut – Ketua Haiah Mabarrotul Irsyad
* Abdullah Bin Hadi Bin Thalib (Ami Dolah bin Thalib) – Sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad. Beliau kader Pandu sekaligus menjadi salah satu pemain Drumband Al-Irsyad Surabaya yang tampil dalam acara KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) tahun 1964 di Bandung.

Penulis : Washil Bahalwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar