Dokumentasi merupakan
salah satu kunci bagi organisasi yang ingin eksis dan sekaligus sebagai sarana
evaluasi, agar organisasi itu ke depannya dapat berkiprah lebih baik lagi.
Terpenting dari dokumentasi itu adalah untuk mengabarkan kepada generasi muda,
bahwa seniornya telah berbuat untuk mengenalkan sekaligus menunjukkan
eksistensi organisasi kepada khalayak ramai. Pendokumentasian dapat dilakukan
lewat foto kegiatan maupun tulisan, yang keduanya sama pentingnya.
Atas dasar itulah,
penulis mengangkat kegiatan pramuka dan Drumband Al-Irsyad yang memang tempo doeloe
memiliki prestasi yang membanggakan. Dengan mewawancarai beberapa senior yang
mana mereka itu (para senior) sebagai pelaku. Sehingga informasinya dapat
dipastikan A-1 (dapat dipertanggungjawabkan).
Dalam kesempatan kali
ini, penulis mengangkat Haiah Mabarrotul Irsyad sebagai badan sosial,
dikarenakan dalam badan tersebut (Haiah Mabarrotul Irsyad) melibatkan anggota
Pandu/Pramuka dalam pelaksanaan kegiatannya. Berikut ini selengkapnya tentang
apa dan bagaimana sepak terjang Haiah Mabarrotul Irsyad dalam keagamaan dan
sosial.
Sekitar tahun 1998,
penulis bertemu dengan salah satu senior Al-Irsyad Surabaya, yaitu Ustadz
Abdullah Bin Yahya Bayaksyut dan Abdullah Bin Hadi Bin Thalib atau biasa
dipanggil Ami Dolah Bin Thalib. Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa hal,
utamanya badan sosial. Ternyata Abdullah Bin Hadi Bin Thalib selain aktif di
badan sosial, juga merupakan kader Pandu Al-Irsyad sekaligus menjadi salah satu
pemain Drumband yang tampil dalam acara KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika)
tahun 1964 di Bandung.
HAIAH MABARROTUL IRSYAD
merupakan badan sosial yang didirikan tahun 1947. Badan tersebut didirikan oleh
Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut sekaligus sebagai ketua. Abdullah Bin Hadi Bin
Thalib sebagai sekretaris, sedang Muhammad Umar Bahala dan Abu Bakar Alamudi
sebagai koordinator perlengkapan. Badan sosial ini tidak hanya menangani
pelaksanaan zakat fitrah dan penerimaan serta pembagian daging kurban, tetapi
juga membantu pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial, termasuk
bencana alam. Kehadiran badan ini (Haiah Mabarrotul Irsyad) sangat dinanti dan
mendapatkan respon positif dari pemerintah.
Hal yang selalu
diingatkan oleh pengurus Haiah Mabarrotul Irsyad kepada panitia pelaksana
kegiatan adalah “Panitia itu harus melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya.
Kejujuran, ikhlas dan tidak menghambur-hamburkan uang serta tujuannya
semata-mata hanya mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itulah
badan sosial ini mendapat kepercayaan dari masyarakat yang luar biasa. Dan
bahkan mekanisme kerja dari Haiah Mabarrotul Irsyad ketika diangkat melalui
surat kabar, banyak ormas-ormas Islam yang ingin mempelajari secara langsung
sistem kerja badan sosial ini”, demikian kata Ustadz Abdullah Bin Yahya
Bayaksyut.
Pelaksanaan hari raya Idul
Fitri dan hari raya Idul Adha di Al-Irsyad Surabaya termasuk kegiatan yang
dilaksanakan oleh Haiah Mabarrotul Irsyad. Suatu ketika dalam kegiatan
pengumpulan zakat fitrah, Haiah Mabarrotul Irsyad mendapat beras sebanyak 10
ton. Hal ini disebabkan karena Haiah Mabarrotul Irsyad bekerja secara
amanah dan professional, sehingga banyak masyarakat dan pemerintah yang
mengajaknya untuk bekerja sama dalam kegiatan sosial keagamaan.
Sedangkan untuk
mempersiapkan kegiatan hari raya Idul Adha, maka satu bulan sebelumnya Haiah
Mabarrotul Irsyad sudah mempersiapkan diri agar kegiatan Idul Adha berjalan
dengan lancar. Hal ini dikarenakan kegiatan Idul Adha terbagi atas dua kegiatan
yaitu pelaksanaan Sholat Idul Adha dan penerimaan-pemotongan hewan kurban
beserta distribusinya.
Panitia bagian sholat
hari raya mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Sholat Idul
Adha, misalnya membentuk kepanitiaan sholat yang bertugas, menghubungi khotib,
menyiapkan pengeras suara, membagi tugas diantara panitia, dan tugas-tugas lain
yang berkaitan dengan sholat hari raya. Sedangkan kepanitiaan yang berkaitan
dengan penerimaan, pemotongan, dan pembagian daging kurban adalah merapikan
sekretariat, menentukan harga ternak dan ongkos potong, menghubungi tukang
potong, serta mempersiapkan sarana prasarana yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemotongan hewan kurban.
Alhamdulillah, perolehan
ternak sapi tiap tahun, diatas 30 ekor dan kambing ± 190 ekor. Hewan kurban
tersebut berasal dari warga Al-Irsyad serta masyarakat Surabaya. Perolehan
hewan kurban yang banyak itu dikarenakan belum adanya kepanitiaan kurban di
tempat lain, ditambah dengan kepercayaan masyarakat kepada Haiah Mabarrotul
Irsyad yang sangat tinggi.
Ada dua sistem
pembagian hewan kurban, yaitu pembagian berupa daging kurban dan distribusi
ternak hidup untuk dikirimkan kepada daerah-daerah/cabang-cabang Al-Irsyad yang
membutuhkan, seperti di Sidoarjo, Malang, Situbondo dan organisasi
kemasyarakatan Islam lainnya. Dengan harapan semangat berkurban serta
manfaatnya dirasakan oleh masyarakat diberbagai daerah. Untuk distribusi daging
kurban, setelah proses pemotongan yang dipusatkan di Komplek Perguruan
Al-Irsyad Jalan Danakarya No. 46 Surabaya, selanjutnya daging dibagi ke daerah-daerah
yang ada di sekitar wilayah Al-Irsyad Surabaya.
Dari dahulu Haiah
Mabarrotul Irsyad mengutamakan prinsip kehati-hatian dan berorientasi pada hasil
yang maksimal. Dalam kegiatan pemotongan hewan kurban, panitia mendatangkan
tukang potong professional untuk sapi dari Waru Sidoarjo sebanyak 10 orang.
Sedangkan untuk pemotongan kambing dilakukan oleh panitia sendiri. Hal ini
tetap mermpertimbangkan kesanggupan dan kemampuan. Mengingat pemotongan hewan
kurban merupakan rangkaian dari ibadah Idul Adha. Selain itu, panitia selalu
berkoordinasi dengan Tim Kesehatan dan Rumah Potong Hewan Jl. Pegirian -
Surabaya untuk memeriksa sapi dan kambing yang akan dipotong, guna memastikan
bahwa hewan kurbannya sehat. Sehingga secara otomatis daging yang akan
dibagikan aman untuk dikonsumsi penerima.
Bagi alumni pelajar
Al-Irsyad yang sudah melanjutkan ke sekolah negeri maupun swasta lainnya,
kepada mereka dianjurkan mengadakan kepanitiaan tersendiri di lingkup Al-Irsyad
Danakarya Surabaya dengan tujuan melatih kesadaran dan tanggung jawab sekaligus
memupuk keimanan, dengan cara mengumpulkan infaq dan sodaqoh dari murid-murid
Al-Irsyad untuk kemudian dibelikan ternak kurban.
Haiah Mabarrotul Irsyad
memiliki sejumlah inventaris perlengkapan Idul Adha yang cukup terawat dengan
baik antara lain, geledekan sebanyak 10 buah, tikar, timbangan besar dan kecil,
pisau, berang (pisau besar untuk memotong tulang), kapak, telenan (tatakan
untuk memotong daging), dan lain-lain. Inventaris tersebut disimpan di gudang
dan hanya dikeluarkan pada saat akan dipergunakan. Haiah Mabarrotul Irsyad
memiliki 4 (empat) gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan yang
masing-masing tersimpan dengan baik di komplek Perguruan Al-Irsyad di Jl.
Danakarya No. 46 Surabaya. (bersambung)
Ditulis oleh : Washil
Bahalwan
* Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut – Ketua Haiah Mabarrotul Irsyad
* Abdullah Bin Hadi Bin Thalib (Ami Dolah bin Thalib) – Sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad. Beliau kader Pandu sekaligus menjadi salah satu pemain Drumband Al-Irsyad Surabaya yang tampil dalam acara KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) tahun 1964 di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar