Sabtu, 08 Oktober 2022

PANDU DAN BADAN SOSIAL AL-IRSYAD SURABAYA TEMPO DOELOE (BAGIAN XIV)

Pandu Al-Irsyad Surabaya

Selain mengadakan kegiatan keagamaan, Haiah Mabarrotul Irsyad juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satunya ketika terjadi bencana banjir di Perak, Jombang - Jawa Timur. Haiah Mabarrotul Irsyad dengan sigap membantu korban banjir sekaligus memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan berupa pakaian layak, obat-obatan, dan sejumlah uang.

Karena kiprah Haiah Mabarrotul Irsyad yang cekatan dan tanggap dalam kebencanaan, maka badan ini ditunjuk sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan bakti sosial baik di Surabaya maupun di luar kota Surabaya. Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah merupakan kesempatan baik dan peluang emas bagi Haiah Mabarrotul Irsyad untuk lebih berperan dan melebarkan sayap guna menebar manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. Sehingga patut disyukuri dengan terus mengadakan perbaikan-perbaikan agar kegiatan yang diadakan oleh Haiah Mabarrotul Irsyad selalu dinanti dan mendapatkan respon positif dari masyarakat dan pemerintah.

Dengan demikian peran Haiah Mabarrotul Irsyad bukan hanya pada kegiatan keagamaan (kepanitiaan Idul Fitri dan Idul Adha) saja, melainkan juga kegiatan sosial kemanusiaan seperti khitanan massal dan masalah sosial lainnya. Namun, karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan, maka tahun 1964 (sebelum meletusnya G30S/PKI) kegiatan Haiah Mabarrotul Irsyad vakum. Dalam waktu bersamaan, karena berbagai hal maka kepengurusan Haiah Mabarrotul Irsyad berakhir.

Perjalanan panjang dalam kaitannya dengan persoalan sosial kemasyarakatan disertai niat untuk ibadah dalam dimensi sosial, membuat Haiah Mabarrotul Irsyad sadar bahwa persoalan sosial kemanusiaan akan terus terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatannya Haiah Mabarrotul Irsyad mengikutkan para junior sebagai relawan yang membantu pelaksanaan kegiatan. Dan tanpa disadari, mereka yang terlibat akan berproses menjadi kader-kader yang nantinya siap melanjutkan tongkat estafet kegiatan. Kebetulan mereka yang dilibatkan dalam kegiatan Haiah Mabarrotul Irsyad adalah anak-anak anggota PANDU/PRAMUKA yang memang sudah dibekali dengan berbagai kecakapan dan keterampilan.

Ketika menjabat sebagai ketua Lajnah Sosial & Ekonomi Al-Irsyad cabang Surabaya, penulis juga melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh para senior dalam Haiah Mabarrotul Irsyad. Kegiatan tersebut berupa Pelatihan Manajemen Zakat Fitrah dan Kurban. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 23-24 Ramadhan 1421 H / 19 – 20 Desember 2000 di Perguruan Al-Irsyad Surabaya dengan dihadiri oleh panitia zakat fitrah dan kurban, remaja masjid di wilayah Surabaya Utara sebanyak 75 orang. Pemateri acara kala itu adalah Ustadz Muhammad Mukhoddam dan Ir. Abdurrahman Baraja.

Di tahun 2002, Lajnah Sosial & Ekonomi Al-Irsyad cabang Surabaya bekerja sama dengan Senat Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UINSA) mengadakan pelatihan kepanitiaan kurban yang diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari Takmir Masjid, Remaja Masjid, dan Ormas Islam se-kecamatan Jambangan di Ponpes Darul Hikmah, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya. Acara tersebut berlangsung pada Ahad, tanggal 11 Agustus 2002. Hadir dalam kegiatan tersebut selaku narasumber adalah Ustadz Novel Bayaksyut, Lc yang membahas tinjauan kurban dari sisi agama. Sedang Ir. Abdurrahman Baraja dan penulis (Washil Bahalwan) membahas tentang manajemen kepanitiaan kurban. Acara pelatihan tersebut dipandu oleh Zainul Asikin yang bertindak selaku moderator untuk mengatur lalu lintas diskusi.  


Ustadz Novel Bayaksyut, Lc, salah satu narasumber dalam acara pelatihan manajemen kurban.

Dalam materinya, Ustadz Novel Bayaksyut, Lc, yang merupakan alumni Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Al-Islamiyyah, Riyadh – Saudi Arabia, dengan lugas mengatakan bahwa masalah kurban adalah masalah agama. Oleh karena itu tidak boleh dipermainkan sesuai kehendak panitia. Hal-hal kecil dari kurban telah diatur dengan lengkap dan jelas. Salah satunya adalah tentang kriteria hewan yang boleh dijadikan kurban, baik dari sisi umur maupun derajat kesehatannya. Masalah ini menjadi penting untuk diketahui sebab kita berkurban untuk mendapat Ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu, tata cara dan ketentuannya tidak boleh keluar dari aturan Islam.


Narasumber (Ir. Abdurrahman Baraja) dengan Ketua KKN Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya sedang mengikuti jalannya acara pelatihan manajemen kurban.

Sebagai pemateri kedua, Ir. Abdurrahman Baraja yang merupakan alumni Fakultas Teknik Kimia ITS, mengatakan bahwa seluruh panitia yang menangani kurban hendaknya meluruskan niatnya bahwa tugas ini bukanlah acara seremonial yang sekedar melaksanakan kewajiban. Namun, lebih dari itu kepanitiaan kurban dapat menjadi sarana ibadah.

Ir. Abdurrahman Baraja sedang memberi pelatihan manajemen kurban.

Sebagai pemateri ketiga, Washil Bahalwan berpesan kepada peserta tentang pentingnya kerja sama & tanggung jawab sebagai panitia kurban. “Selain itu dalam kepanitiaan kurban diperlukan kerjasama dan rasa tanggung jawab diantara panitia. Serta yang terpenting niatkanlah kegiatan ini adalah ibadah dan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala”, demikian kata Washil Bahalwan. 

Meski sebelumnya banyak peserta yang belum memahami tentang manajemen pelaksanaan kegiatan kurban, Alhamdulillah setelah acara selesai para peserta mulai memahami banyak hal tentang kegiatan kurban.


Kenangan Ketua Lajnah Sosial dan Ekonomi PC Al-Irsyad Surabaya, Washil Bahalwan (tanda panah merah) dengan pemateri kedua Ir. Abdurrahman Baraja (kemeja putih lengan pendek), dan peserta KKN Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya setelah mengikuti acara pelatihan manajemen kurban di Ponpes Darul Hikmah, Kebonsari - Jambangan, Surabaya, Ahad 11 Agustus 2002.

Tak lupa, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada para senior yang telah mengajari kami hal-hal yang baik, khususnya tentang manajemen pelaksanaan kurban. Semoga hal baik yang para senior telah lakukan dicatat oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai amal jariah dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa Haiah Mabarrotul Irsyad merupakan cikal bakal lahirnya Lajnah Sosial dan Ekonomi dalam struktur kepengurusan Al-Irsyad Surabaya. Oleh karena itu, saatnya kita lanjutkan hal baik dari para senior dengan harapan tercapai langkah maju dan professional di masa depan. Serta menjadikan pengalaman masa lalu sebagai guru terbaik untuk menjadi lebih baik. “Kebaikan umat sekarang adalah sebab dari rintisan orang-orang terdahulu”, begitu kata Abdullah Bin Hadi Bin Thalib selaku mantan sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad yang selalu diucapkan kepada penulis setiap bertemu.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengabarkan informasi ini, sehingga dapat menjadi ibrah bagi generasi mendatang. Aamiin.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan

Narasumber :

* Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut – Ketua Haiah Mabarrotul Irsyad

* Abdullah Bin Hadi Bin Thalib (Ami Dolah bin Thalib) – Sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad. Beliau kader Pandu sekaligus menjadi salah satu pemain Drumband Al-Irsyad Surabaya yang tampil dalam acara KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) tahun 1964 di Bandung.


Penulis : Washil Bahalwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar