Selain mengadakan kegiatan keagamaan, Haiah Mabarrotul
Irsyad juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satunya ketika
terjadi bencana banjir di Perak, Jombang - Jawa Timur. Haiah Mabarrotul Irsyad
dengan sigap membantu korban banjir sekaligus memberikan bantuan. Bantuan yang
diberikan berupa pakaian layak, obat-obatan, dan sejumlah uang.
Karena kiprah Haiah Mabarrotul Irsyad yang cekatan dan
tanggap dalam kebencanaan, maka badan ini ditunjuk sebagai pelopor dalam
melaksanakan kegiatan bakti sosial baik di Surabaya maupun di luar kota
Surabaya. Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah merupakan
kesempatan baik dan peluang emas bagi Haiah Mabarrotul Irsyad untuk lebih
berperan dan melebarkan sayap guna menebar manfaat bagi masyarakat yang
membutuhkan. Sehingga patut disyukuri dengan terus mengadakan
perbaikan-perbaikan agar kegiatan yang diadakan oleh Haiah Mabarrotul Irsyad
selalu dinanti dan mendapatkan respon positif dari masyarakat dan pemerintah.
Dengan demikian peran Haiah Mabarrotul Irsyad bukan
hanya pada kegiatan keagamaan (kepanitiaan Idul Fitri dan Idul Adha) saja,
melainkan juga kegiatan sosial kemanusiaan seperti khitanan massal dan masalah
sosial lainnya. Namun, karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan, maka
tahun 1964 (sebelum meletusnya G30S/PKI) kegiatan Haiah Mabarrotul Irsyad vakum.
Dalam waktu bersamaan, karena berbagai hal maka kepengurusan Haiah Mabarrotul
Irsyad berakhir.
Perjalanan panjang dalam kaitannya dengan persoalan
sosial kemasyarakatan disertai niat untuk ibadah dalam dimensi sosial, membuat
Haiah Mabarrotul Irsyad sadar bahwa persoalan sosial kemanusiaan akan terus
terjadi sepanjang waktu. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatannya Haiah
Mabarrotul Irsyad mengikutkan para junior sebagai relawan yang membantu
pelaksanaan kegiatan. Dan tanpa disadari, mereka yang terlibat akan berproses
menjadi kader-kader yang nantinya siap melanjutkan tongkat estafet kegiatan.
Kebetulan mereka yang dilibatkan dalam kegiatan Haiah Mabarrotul Irsyad adalah
anak-anak anggota PANDU/PRAMUKA yang memang sudah dibekali dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan.
Ketika menjabat sebagai ketua Lajnah Sosial &
Ekonomi Al-Irsyad cabang Surabaya, penulis juga melanjutkan apa yang sudah
dirintis oleh para senior dalam Haiah Mabarrotul Irsyad. Kegiatan tersebut
berupa Pelatihan Manajemen Zakat Fitrah dan Kurban. Kegiatan tersebut
berlangsung pada tanggal 23-24 Ramadhan 1421 H / 19 – 20 Desember 2000 di
Perguruan Al-Irsyad Surabaya dengan dihadiri oleh panitia zakat fitrah dan
kurban, remaja masjid di wilayah Surabaya Utara sebanyak 75 orang. Pemateri
acara kala itu adalah Ustadz Muhammad Mukhoddam dan Ir. Abdurrahman Baraja.
Di tahun 2002, Lajnah Sosial & Ekonomi Al-Irsyad cabang Surabaya bekerja sama dengan Senat Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UINSA) mengadakan pelatihan kepanitiaan kurban yang diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari Takmir Masjid, Remaja Masjid, dan Ormas Islam se-kecamatan Jambangan di Ponpes Darul Hikmah, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya. Acara tersebut berlangsung pada Ahad, tanggal 11 Agustus 2002. Hadir dalam kegiatan tersebut selaku narasumber adalah Ustadz Novel Bayaksyut, Lc yang membahas tinjauan kurban dari sisi agama. Sedang Ir. Abdurrahman Baraja dan penulis (Washil Bahalwan) membahas tentang manajemen kepanitiaan kurban. Acara pelatihan tersebut dipandu oleh Zainul Asikin yang bertindak selaku moderator untuk mengatur lalu lintas diskusi.
Dalam materinya, Ustadz Novel Bayaksyut, Lc, yang
merupakan alumni Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Al-Islamiyyah, Riyadh –
Saudi Arabia, dengan lugas mengatakan bahwa masalah kurban adalah masalah
agama. Oleh karena itu tidak boleh dipermainkan sesuai kehendak panitia.
Hal-hal kecil dari kurban telah diatur dengan lengkap dan jelas. Salah satunya
adalah tentang kriteria hewan yang boleh dijadikan kurban, baik dari sisi umur
maupun derajat kesehatannya. Masalah ini menjadi penting untuk diketahui sebab
kita berkurban untuk mendapat Ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu,
tata cara dan ketentuannya tidak boleh keluar dari aturan Islam.
Sebagai pemateri kedua, Ir. Abdurrahman Baraja yang merupakan alumni Fakultas Teknik Kimia ITS, mengatakan bahwa seluruh panitia yang menangani kurban hendaknya meluruskan niatnya bahwa tugas ini bukanlah acara seremonial yang sekedar melaksanakan kewajiban. Namun, lebih dari itu kepanitiaan kurban dapat menjadi sarana ibadah.
Sebagai pemateri ketiga, Washil Bahalwan berpesan
kepada peserta tentang pentingnya kerja sama & tanggung jawab sebagai
panitia kurban. “Selain itu dalam kepanitiaan kurban diperlukan kerjasama dan
rasa tanggung jawab diantara panitia. Serta yang terpenting niatkanlah kegiatan
ini adalah ibadah dan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala”, demikian kata
Washil Bahalwan.
Meski sebelumnya banyak peserta yang belum memahami tentang manajemen pelaksanaan kegiatan kurban, Alhamdulillah setelah acara selesai para peserta mulai memahami banyak hal tentang kegiatan kurban.
Tak lupa, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
para senior yang telah mengajari kami hal-hal yang baik, khususnya tentang
manajemen pelaksanaan kurban. Semoga hal baik yang para senior telah lakukan dicatat
oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai amal jariah dengan pahala yang berlipat
ganda.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa Haiah Mabarrotul Irsyad
merupakan cikal bakal lahirnya Lajnah Sosial dan Ekonomi dalam struktur
kepengurusan Al-Irsyad Surabaya. Oleh karena itu, saatnya kita lanjutkan hal
baik dari para senior dengan harapan tercapai langkah maju dan professional di
masa depan. Serta menjadikan pengalaman masa lalu sebagai guru terbaik untuk
menjadi lebih baik. “Kebaikan umat sekarang adalah sebab dari rintisan
orang-orang terdahulu”, begitu kata Abdullah Bin Hadi Bin Thalib selaku mantan
sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad yang selalu diucapkan kepada penulis setiap
bertemu.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kemudahan
dan kelancaran dalam mengabarkan informasi ini, sehingga dapat menjadi ibrah
bagi generasi mendatang. Aamiin.
Ditulis oleh : Washil Bahalwan
Narasumber :
* Ustadz Abdullah Bin Yahya Bayaksyut – Ketua Haiah
Mabarrotul Irsyad
* Abdullah Bin Hadi Bin Thalib (Ami Dolah bin Thalib)
– Sekretaris Haiah Mabarrotul Irsyad. Beliau kader Pandu sekaligus menjadi
salah satu pemain Drumband Al-Irsyad Surabaya yang tampil dalam acara KIAA
(Konferensi Islam Asia Afrika) tahun 1964 di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar