Oleh : Washil Bahalwan
Kesempatan kali ini kita akan melihat beberapa hal yang penting dalam tempat yang mulia. Pada pembahasan di edisi sebelumnya telah dijelaskan akansejarah pembangunan dari Masjid Nabawi. Dan telah disampaikan betapa Masjid Nabawi menjadi perhatian dari para penguasa di Madinah untuk selalu memperbaiki dan memperluas, sehingga jamaah yang beribadah di dalamnya merasakan kenyamanan. Ada beberapa tempat istimewa di dalam masjid Nabawi, yang ini harus diketahui oleh para jamaah, apabila berkunjung ke masjid Nabawi. Beberapa tempat istimewa di masjid Nabawi diantaranya adalah kamar mulia, Makam Suci, Raudhah, Mihrab, Mimbar, Suffah, Teras Bagian dalam, Payung, berbagai kubah dan menara masjid.
Berikut ini kami akan memberikan penjelasan ringkas berkaitan dengan tempat-tempat penting tersebut.
1.
Kamar Mulia
Kamar Mulia adalah rumah yang ditempati oleh
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam isteri sekaligus wanita yang
paling beliau cintai, Ummul Mu’minin ‘Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu ’Anhuma. Letak kamar tersebut
berada di bagian tenggara dari masjid Nabawi.
Rumah ini dibangun bersamaan dengan pembangunan
masjid Nabawi. Dibangun dari tanah liat dan batu bata. Luasnya kira-kira
mencapai 40 M2 yang terdiri atas 1 bilik dan halaman kecil yang diberi pagar
dari pelepah kurma dan ditutupi oleh kain bulu. Kamar tersebut memiliki 2
pintu, salah satunya terbuka menghadap ke arah utara dan lainnya terbuka
menghadap ke arah Rawdhah di bagian barat rumah.
Ketika Rasulullah Shallallahu
’Alaihi Wasallam wafat, maka dimakamkan di dalam kamar ini dan Aisyah Radhiyallahu ’Anha tetap tinggal di sana sampai
akhir hayatnya. Ketika ayahnya yang bernama Abu Bakar As-Shiddiq wafat, beliau
dimakamkan dibelakang baginda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam dengan
jarak satu dzira’ (hasta) dan kepalanya sejajar dengan pundak Rasulullah-Shallallahu
’Alaihi Wasallam. Begitu pula ketika Umar Bin Khattab Radhiyallahu ’Anhu
wafat, maka dimakamkan pula di kamar
tersebut, di belakang Abu Bakar As-Shiddiq sejajar satu hasta dan kepala Umar
Bin Khattab sejajar dengan pundak Abu Bakar As-Shiddiq. Antara Aisyah dan makam
terdapat tirai yang menjadi pembatas.
Kemudian ketika Aisyah Radhiyallahu ’Anha meninggal
dunia, ia tidak dimakamkan di rumah tersebut, melainkan di pemakaman Baqi’ dan
setelah meninggalnya Aisyah Radhiyallahu ’Anha, kamar tersebut tidak
lagi pernah dihuni. Sepanjang sejarah, kamar tersebut selalu menjadi perhatian
para khalifah dan Sultan yang sedang berkuasa untuk dijaga dan diperbaiki.
Pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di
Madinah (87-93 H/ 706-712 M), kamar tersebut dibangun ulang menggunakan batu
dan makam dikelilingi oleh tembok yang memiliki 5 sisi dengan bagian belakang
yang berbentuk segitiga seperti yang tampak dalam gambar. Ketika zaman
pemerintahan Nuruddin Zanki pada tahun 557 H/ 1162 M, dibangun sekelilingnya
pagar dari timah dan memiliki pondasi yang dalam.
Dan pada tahun 668 H/ 1270 M, Sultan dari Dinasti
Mamalik yang bernama Al-Zahir Baybrus membangun maqshurah ( ruangan )
dari kayu di sekitar kamar yang mulia, yang mencakup rumah Aisyah Radhiyallahu ’Anha, tembok segi
lima yang dibangun mengelilinginya, sebagian areal Raudhah yang mulia dan juga
rumah Fatimah Radhiyallahu ’Anha. Ruangan
tersebut tingginya sekitar 3.5 m dan mempunyai 3 pintu.
Pada tahun 694 H/ 1295 M, Sultan dari Dinasti
Mamalik yang bernama Zainuddin Katbaga meninggikan maqshurah ( ruangan )
tersebut hingga mencapai atap.
Dan pada tahun 887 H / 1482 M, setelah terjadinya
kebakaran masjid Nabawi, maka Sultan Qaitbay mengganti sisi kiblat maqshurah (
ruangan ) dengan tembaga. Sedangkan sisi – sisi lainnya dengan besi berwarna
hijau dan di atasnya tembaga bercela – cela. Ruangan tersebut masih pada
bentuknya hingga saat ini dan masih mendapat perhatian penguasa Kerajaan Arab
Saudi.
Dari kamar mulia ini (rumah sekaligus makam Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam) merupakan satu paket dari masjid Nabawi, karena memang proses pembangunannya bersamaan. Yang perlu diingat dan diperhatikan oleh para jamaah yang berkunjung ke Masjid Nabawi adalah tetap memperhatikan nilai–nilai yang terkandung di dalamnya dan jauhkan dari perbuatan syirik. Karena syirik adalah sebesar-besar dosa besar.
2. Raudhah
Raudhah adalah tempat yang terletak di antara rumah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam yang juga merupakan kamar ‘Aisyah Radhiyallahu ’Anha dan mimbar Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Dinamakan dengan Raudhah hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Rahimahullah:
مَا
بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
Antara rumah dan mimbarku adalah taman diantara taman – taman surga “.
Luas Raudhah mencapai sekitar 330 m2, dinding barat maqshurah masjid Nabawi termasuk dalam bagian Raudhah. Ada beberapa tempat istimewa di areal Raudhah dan dibagian ujungnya. Diantaranya adalah kamar Rasulullah yang mulia di bagian timur, mihrab Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam di bagian tengah sisi rawdhah yang menghadap ke kiblat dan posisi mimbar yang mulia di bagian baratnya. Terdapat tiang-tiang dari batu di dalamnya, sebagian tiang– tiang ini sudah terkenal, bahkan terkait dengan beberapa kejadian yang tertulis di dalam buku-buku hadits dan sejarah. Dan ketika zaman Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, tiang–tiang tersebut terbuat dari batang kurma, diantaranya tiang ‘Aisyah, tiang Wufud, tiang Taubat, tiang Mukhollaqoh, tiang Sarir dan tiang Mahras atau hars.Raudhah
dahulunya menjadi pusat perhatian para pemimpin kaum muslimin dan masih akan
berlanjut demikian. Sultan Utsmaniyyah yang bernama Salim melapisi setengah
badan tiang–tiang tersebut dengan marmer putih bercampur merah. Kemudian Sultan
Abdul Majid dari Utsmaniyyah memperbaharui tiang–tiang tersebut dan melapisi
lagi dengan marmer.
Pada tahun 1404 H/ 1994 M, Kerajaan Arab Saudi melapisinya dengan marmer putih istimewa yang berbeda dari tiang–tiang masjid lainnya dan melapisi lantainya dengan karpet yang mewah dengan hiasan lampu – lampu yang mahal di atasnya.
1. Mihrab–Mihrab
Saat ini
terdapat 5 buah mihrab di dalam masjid Nabawi. Mihrab-mihrab tersebut adalah :
Pertama : Mihrab Nabi
Mihrab ini terletak di dalam Raudhah, mihrab tersebut dibangun oleh
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah di tempat dimana Rasulullah Shallallahu
’Alaihi Wasallam mengimami sholat para sahabat setelah berpindahnya kiblat
menuju ka’bah. Kemudian dilakukan renovasi pada tahun 888 H/ 1483 M, ketika
zaman pemerintahan Raja Al-Asyraf Qaitbay dan masih bertahan hingga saat ini.
Kedua
: Mihrab Utsmany
Mihrab ini terletak di dinding bagian depan masjid Nabawi, tepatnya di dinding kiblat. Mihrab tersebut dibangun oleh Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah tepat dimana khalifah Utsman Bin Affan mengimami sholat kaum muslimin setelah ia memperluas masjid Nabawi. Kemudian raja Al-Asyraf Qaitbay memperbaharuinya pada tahun 888 H/ 1483 M. Dan mihrab tersebut masih merupakan posisi imam hingga saat ini.
Ketiga
: Mihrab Tahajjud
Mihrab ini terletak di dinding bagian utara dari rumah Rasulullah-Shallallahu
’Alaihi Wasallam. Mihrab ini dibangun tepat dimana Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam
melaksanakan sholat Tahajjud.
Keempat
: Mihrab putri Nabi
Fatimah Az-zahra Radhiyyallahu ’Anha terletak di bagian
dalam ruangan dimana rumah Fatimah terletak di dalamnya.
Kelima : Mihrab Sulaimany atau mihrab Hanafy
Mihrab ini terletak ditiang ke-3 sejajar dengan mimbar yang mulia dari arah barat. Dibangun oleh Tugan Syekh setelah tahun 860 H/ 1456 M. Ia menempatkan Imam dari pengikut madzhab Hanafi, kemudian Sultan Sulaiman Al-Qanuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar