Minggu, 13 Desember 2020

Tempat-Tempat Istimewa Di Masjid Nabawi

 

Oleh : Washil Bahalwan

Kesempatan kali ini kita akan melihat beberapa hal yang penting dalam tempat yang mulia. Pada pembahasan di edisi sebelumnya telah dijelaskan akansejarah pembangunan dari Masjid Nabawi. Dan telah disampaikan betapa Masjid Nabawi menjadi perhatian dari para penguasa di Madinah untuk selalu memperbaiki dan memperluas, sehingga jamaah yang beribadah di dalamnya merasakan kenyamanan. Ada beberapa tempat istimewa di dalam masjid Nabawi, yang ini harus diketahui oleh para jamaah, apabila berkunjung ke masjid Nabawi. Beberapa tempat istimewa di masjid Nabawi diantaranya adalah kamar mulia,  Makam Suci, Raudhah, Mihrab, Mimbar, Suffah, Teras Bagian dalam, Payung, berbagai kubah dan menara masjid.

Berikut ini kami akan memberikan penjelasan ringkas berkaitan dengan tempat-tempat penting tersebut.

 

1. Kamar Mulia

Kamar Mulia adalah rumah yang ditempati oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam isteri sekaligus wanita yang paling beliau cintai, Ummul Mu’minin ‘Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu ’Anhuma. Letak kamar tersebut berada di bagian tenggara dari masjid Nabawi.

Rumah ini dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid Nabawi. Dibangun dari tanah liat dan batu bata. Luasnya kira-kira mencapai 40 M2 yang terdiri atas 1 bilik dan halaman kecil yang diberi pagar dari pelepah kurma dan ditutupi oleh kain bulu. Kamar tersebut memiliki 2 pintu, salah satunya terbuka menghadap ke arah utara dan lainnya terbuka menghadap ke arah Rawdhah di bagian barat rumah.

Ketika Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam wafat, maka dimakamkan di dalam kamar ini dan Aisyah Radhiyallahu ’Anha tetap tinggal di sana sampai akhir hayatnya. Ketika ayahnya yang bernama Abu Bakar As-Shiddiq wafat, beliau dimakamkan dibelakang baginda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam dengan jarak satu dzira’ (hasta) dan kepalanya sejajar dengan pundak Rasulullah-Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Begitu pula ketika Umar Bin Khattab Radhiyallahu ’Anhu  wafat, maka dimakamkan pula di kamar tersebut, di belakang Abu Bakar As-Shiddiq sejajar satu hasta dan kepala Umar Bin Khattab sejajar dengan pundak Abu Bakar As-Shiddiq. Antara Aisyah dan makam terdapat tirai yang menjadi pembatas.

Kemudian ketika Aisyah Radhiyallahu ’Anha meninggal dunia, ia tidak dimakamkan di rumah tersebut, melainkan di pemakaman Baqi’ dan setelah meninggalnya Aisyah Radhiyallahu ’Anha, kamar tersebut tidak lagi pernah dihuni. Sepanjang sejarah, kamar tersebut selalu menjadi perhatian para khalifah dan Sultan yang sedang berkuasa untuk dijaga dan diperbaiki.

Pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di Madinah (87-93 H/ 706-712 M), kamar tersebut dibangun ulang menggunakan batu dan makam dikelilingi oleh tembok yang memiliki 5 sisi dengan bagian belakang yang berbentuk segitiga seperti yang tampak dalam gambar. Ketika zaman pemerintahan Nuruddin Zanki pada tahun 557 H/ 1162 M, dibangun sekelilingnya pagar dari timah dan memiliki pondasi yang dalam.

Dan pada tahun 668 H/ 1270 M, Sultan dari Dinasti Mamalik yang bernama Al-Zahir Baybrus membangun maqshurah ( ruangan ) dari kayu di sekitar kamar yang mulia, yang mencakup rumah  Aisyah Radhiyallahu ’Anha, tembok segi lima yang dibangun mengelilinginya, sebagian areal Raudhah yang mulia dan juga rumah Fatimah Radhiyallahu ’Anha. Ruangan tersebut tingginya sekitar 3.5 m dan mempunyai 3 pintu.

Pada tahun 694 H/ 1295 M, Sultan dari Dinasti Mamalik yang bernama Zainuddin Katbaga meninggikan maqshurah ( ruangan ) tersebut hingga mencapai atap.

Dan pada tahun 887 H / 1482 M, setelah terjadinya kebakaran masjid Nabawi, maka Sultan Qaitbay mengganti sisi kiblat maqshurah ( ruangan ) dengan tembaga. Sedangkan sisi – sisi lainnya dengan besi berwarna hijau dan di atasnya tembaga bercela – cela. Ruangan tersebut masih pada bentuknya hingga saat ini dan masih mendapat perhatian penguasa Kerajaan Arab Saudi.

Dari kamar mulia ini (rumah sekaligus makam Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam) merupakan satu paket dari masjid Nabawi, karena memang proses pembangunannya bersamaan. Yang perlu diingat dan diperhatikan oleh para jamaah yang berkunjung ke Masjid Nabawi adalah tetap memperhatikan nilai–nilai yang terkandung di dalamnya dan jauhkan dari perbuatan syirik. Karena syirik adalah sebesar-besar dosa besar.

2.  Raudhah

Raudhah adalah tempat yang terletak di antara rumah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam yang juga merupakan kamar ‘Aisyah Radhiyallahu ’Anha dan mimbar Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Dinamakan dengan Raudhah hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam  Bukhori Rahimahullah:

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Antara rumah dan mimbarku adalah taman diantara taman – taman surga “. 

Luas Raudhah mencapai sekitar 330 m2, dinding barat maqshurah masjid Nabawi termasuk dalam bagian Raudhah. Ada beberapa tempat istimewa di areal Raudhah dan dibagian ujungnya. Diantaranya adalah kamar Rasulullah yang mulia di bagian timur, mihrab Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam di bagian tengah  sisi rawdhah yang menghadap ke kiblat dan posisi mimbar yang mulia di bagian baratnya. Terdapat tiang-tiang  dari batu di dalamnya, sebagian tiang– tiang ini sudah terkenal, bahkan terkait dengan beberapa kejadian yang tertulis di dalam buku-buku hadits dan sejarah. Dan ketika zaman Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, tiang–tiang tersebut terbuat dari batang kurma, diantaranya tiang ‘Aisyah, tiang Wufud, tiang Taubat, tiang Mukhollaqoh, tiang Sarir dan tiang Mahras atau hars. 





Raudhah dahulunya menjadi pusat perhatian para pemimpin kaum muslimin dan masih akan berlanjut demikian. Sultan Utsmaniyyah yang bernama Salim melapisi setengah badan tiang–tiang tersebut dengan marmer putih bercampur merah. Kemudian Sultan Abdul Majid dari Utsmaniyyah memperbaharui tiang–tiang tersebut dan melapisi lagi dengan marmer.

Pada tahun 1404 H/ 1994 M, Kerajaan Arab Saudi melapisinya dengan marmer putih istimewa yang berbeda dari tiang–tiang masjid lainnya dan melapisi lantainya dengan karpet yang mewah dengan hiasan lampu – lampu yang mahal di atasnya.

1.  Mihrab–Mihrab

Saat ini terdapat 5 buah mihrab di dalam masjid Nabawi. Mihrab-mihrab tersebut adalah :

 Pertama : Mihrab Nabi

Mihrab ini terletak di dalam Raudhah, mihrab tersebut dibangun oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah di tempat dimana Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam mengimami sholat para sahabat setelah berpindahnya kiblat menuju ka’bah. Kemudian dilakukan renovasi pada tahun 888 H/ 1483 M, ketika zaman pemerintahan Raja Al-Asyraf Qaitbay dan masih bertahan hingga saat ini.

 

     Kedua : Mihrab Utsmany

Mihrab ini terletak di dinding bagian depan masjid Nabawi, tepatnya di dinding kiblat. Mihrab tersebut dibangun oleh Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah tepat dimana khalifah Utsman Bin Affan mengimami sholat kaum muslimin setelah ia memperluas masjid Nabawi.  Kemudian raja Al-Asyraf Qaitbay memperbaharuinya pada tahun 888 H/ 1483 M. Dan mihrab tersebut masih merupakan posisi imam hingga saat ini.

 

    Ketiga : Mihrab Tahajjud

Mihrab ini terletak di dinding bagian utara dari rumah Rasulullah-Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Mihrab ini dibangun tepat dimana   Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam melaksanakan sholat Tahajjud.

 

    Keempat : Mihrab putri Nabi

Fatimah Az-zahra Radhiyyallahu ’Anha terletak di bagian dalam ruangan dimana rumah Fatimah terletak di dalamnya.

 

Kelima : Mihrab Sulaimany atau mihrab Hanafy

      Mihrab ini terletak ditiang ke-3 sejajar dengan mimbar yang mulia dari arah barat.            Dibangun oleh Tugan Syekh setelah tahun 860 H/ 1456 M. Ia menempatkan Imam            dari pengikut madzhab Hanafi, kemudian Sultan Sulaiman Al-Qanuni        
      memperbaharuinya pada tahun 938 H/ 1531 M, sehingga mihrab tersebut 
      dinisbatkan ke dirinya (Hanafi).

*Tulisan ini di nukil dari buku :
- Madinah Al-Munawwarah Sejarah dan Tempat - Tempat Istimewa. Al-Madinah Al-Munawwarah Research & Studies Center, 2013, King Fahd National Library Cataloging In Publication Data.

- Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Al-Akhbar Edisi 140 No. 8 Vol 12-Rabiul Akhir 1439 H / Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar