Selasa, 15 Desember 2020

“ MASJID RAYAH dan GHAMAMAH “

 Oleh : Washil Bahalwan

MASJID RAYAH ( MASJID DZUBAB )

Masjid Rayah juga disebut dengan masjid Dzubab, disebabkan karena masjid tersebut berada di atas sebuah gunung kecil yang disebut DZUBAB yang letaknya berdekatan dengan Gunung Sal’a di sebelah utaranya.

Menurut sebuah riwayat, dinamakan masjid Rayah, karena di tempat ini dikibarkan sebuah bendera untuk Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di kota Madinah pada tahun ( 87 – 93 H / 706 – 712 M ).

Pada mulanya bangunannya kecil berbentuk persegi dengan luas 61 M2 dengan tinggi 5 M. Kemudian Kementerian Wakaf Kerajaan Arab Saudi telah memperbaharui dengan merekonstruksi bangunan tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya agar tetap menjadi tempat warisan budaya.

MASJID GHAMAMAH ( MASJID MUSHOLLA )

Masjid ini terletak di sebelah Masjid Nabawy sekarang yaitu di sisi barat daya dari pagar Masjid Nabawy.

Menurut sebuah riwayat, masjid ini dibangun di tempat terakhir Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam – melaksanakan sholat Ied dan diriwayatkan pula bahwasanya ada ghamamah ( awan ) yang menaungi Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam- ketika beliau berkhotbah. Oleh karena itu, maka masjid tersebut disebut dengan MASJID GHAMAMAH ( awan ).

Masjid ini telah melewati renovasi beberapa kali, kemudian direkonstruksi ulang pada masa Pemerintahan Sultan Utsmany yang bernama Abdul Majid pada tahun 1275 H / 1859 M. Dan sampai sekarang masjid Ghamamah bentuknya tidak berubah seperti bentuk awal berdirinya, yang berbeda hanya ukurannya ( lebih luas ).

Bentuk masjid ini adalah persegi panjang , yang dibangun menggunakan batu basal berwarna hitam dan diberi atap dengan beberapa set kubah.

Dinding bagian dalam dan cekungan kubah diberi cat berwarna putih. Sedang bahu bangunan dan lingkarannya diberi cat berwarna hitam sehingga memberikan penampilan masjid yang khas dan menawan.

Dari beberapa masjid yang ada dapat dikatakan bahwa masjid – masjid yang ada letaknya berdekatan dan berkiblat pada masjid Nabawy. Dan antara masjid satu dengan lainnya memiliki kekhususan dan keistimewaan sendiri – sendiri. Disamping itu yang perlu kita contoh adalah setiap masjid mengalami renovasi dan rekonstruksi, maka tidak menghilangkan bangunan aslinya seperti awal berdirinya. Jadi bangunan masjid tersebut terlihat indah, khas dan dapat memperkaya khasanah budaya bangsa.

Oleh karena itu bagi pengelolah masjid ( Ta’mir ) harus berpikir secara integral dalam memanajemen masjid. Tugas ta’mir adalah membuat jamaah yang berkunjung dan sholat di masjid merasakan kenyamanan, keamanan, sehingga ibadah yang dijalankan dapat lebih khusu’. Semoga kita umat muslim khususnya para ta’mir diberi kemudahan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk mengelolah masjid dengan amanah dan berorientasi untuk syiar Islam. Semoga.

*Tulisan ini di nukil dari buku :

- Madinah Al-Munawwarah Sejarah dan Tempat - Tempat Istimewa. Al-Madinah Al-Munawwarah Research & Studies Center, 2013, King Fahd National Library Cataloging In Publication Data.

- Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Al-Akhbar edisi 144 no.12 Vol 12 - Sya'ban - Ramdahan 1439 H/Mei 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar