Oleh : Washil Bahalwan
Pada bagian terdahulu disampaikan bahwasanya Madinah kaya akan berbagai hal, tempat – tempat bersejarah selalu mempunyai maknah yang melatarbelakanginya. Di Madinah Al-Munawwarah terdapat tempat–tempat yang erat kaitannya dengan kejadian – kejadian yang terjadi pada zaman Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat yang mulia. Seperti masjid–masjid tua, rumah–rumah yang menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan Islam, pegunungan dan lembah–lembah. Diantaranya adalah :
1. Masjid
Jum’ah
Masjid Jum’ah teretak di bagian utara masjid Quba’ berjarak sekitar 900
meter. Tentunya kita penasaran, kenapa dinamakan masjid Jum’ah ?. Apa ada
kaitannya dengan ibadah sholat Jum’ah ? Ternyata benar. Yaitu ketika
Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam melakukan perjalanan, kemudian beliau
singgah dan menunaikan sholat Jum’ah untuk pertama kali di tempat tersebut.
Maka kemudian masjid tersebut lebih dikenal dengan nama masjid Jum’ah.
Masjid ini dibangun ketika pemerintahan Khalifah Umar Bin Abdul
Aziz-rahimahullah-atas kota Madinah pada tahun 87–93 H (706–712 M), lalu
direnovasi dan dikonstruksi beberapa kali, terakhir dilakukan pada tahun 1412 H
(1991 M).
Masjid ini terdiri dari ruang untuk sholat pria dan wanita. Masjid ini
memiliki kubah utama yang tingginya sekitar 12 meter, ditambah 4 kubah lainnya
yang lebih pendek,serta menara oktagonal (segi delapan) dengan ketinggian 25
meter yang terletak di sisi utara masjid. Total area masjid Jum’ah mencapai
1.630 m2.
2. Masjid
Ijabah (Bani Mu’awiyyah)
Masjid Ijabah terletak di bagian timur laut Masjid Nabawi sekitar 580 m.
Masjid Ijabah dibangun pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
diperkampungan Bani Mu’awiyyah dari suku Aus. Dahulu kala pada awal berdirinya
masjid tersebut diberi nama sesuai dengan nama kabilah yaitu Aus. Namun
kemudian diganti menjadi masjid Ijabah.
Hal ini dikarenakan pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam melewati tempat tersebut, kemudian beliau melaksanakan shalat dua
raka’at dan didalamnya kemudian berdo’a sangat panjang. Kemudian beliau
bersabda :
سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي
ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي
بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ
فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
فَمَنَعَنِيهَا
"Aku
minta kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia mengabulkan untukku dua perkara dan
menolak mengabulkan satu perkara. Aku minta kepada Tuhanku, agar Dia tidak
membinasakan umatku dengan paceklik ( kemarau panjang ), maka Dia
mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya agar Dia tidak membinasakan umatku
dengan ditenggelamkan, maka Dia pun mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya
agar tidak menjadikan mereka ( umatku ) saling bertikai sesama mereka, namun
Dia menolak permintaanku ini “. (HR. Abu Daud)
Karena dari tiga permintaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang
dikabulkan dua sedangkan yang satu ditolak yaitu permintaan agar umatku kelak
tidak saling bertikai, maka masjid tersebut diganti namanya dari masjid Aus
dengan masjid Ijabah.
Sehingga kalau sekarang ini kita sering menjumpai diantara kita sering
bertikai, bermusuhan satu sama lain yang disebabkan oleh berbagai hal, maka
sangatlah wajar karena hal itu memang permintaan Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi
Wasallam yang ditolak oleh Allah SWT. Oleh karena itu beruntunglah bagi mereka
yang mampu menahan ego dan hawa nafsu guna meredam permusuhan.
Sama dengan masjid–masjid lainnya, maka masjid Ijabah juga mengalami beberapa renovasi (setelah berabad berikutnya). Terakhir renovasi dilakukan pada tahun 1418 H, masjid tersebut dibangun dengan beton bertulang, sebuah menara ditempatkan di sudut tenggara masjid dan dibagian utara ditempatkan tempat wudhu yang layak. Sehingga jamaah yang mengunjungi dan sholat di masjid Ijabah merasa nyaman dalam beribadah dan insya-Allah permintaannya dikabulkan. Tentunya harus dibarengi dengan etika berdoa yang baik dan benar.
3. 3. Masjid
Sajadah
Masjid ini terletak di bagian utara masjid Nabawy sejauh 900 meter.
Masjid tersebut memiliki beberapa nama, diantaranya adalah Masjid Sajadah dan Masjid Syukur. Asal muasal
dinamakan masjid Syukur adalah, karena Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam
– melakukan sujud syukur di tempat tersebut. Hal itu dilakukan karena
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapat kabar gembira dari Malaikat
Jibril seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya :
من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات
“Barang siapa yang bersholawat
kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat atasnya sepuluh kali“.
Masjid tersebut saat ini dikenal dengan nama Masjid Abu Dzar dan
dibangun kembali serta diperluas dalam gaya modern pada tahun 1421 H (2000 M).
4. Masjid
Miqat (Masjid Pohon)
Masjid ini terletak di sebelah barat Lembah Aqiq dan berjarak sekitar 12
Km dari masjid Nabawy.
Dibangun pertama kali pada masa kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz di Madinah
Al-Munawwaroh pada tahun 87–93 H/706–712 M. Kemudian direkonstruksi pada
abad-abad berikutnya. Terakhir dilakukan oleh Pelayan Dua Tanah Suci, Raja
Fahad Bin Abdul Aziz Rahimahullah pada tahun 1405 H/1985 M. Yang memerintahkan
untuk melipat gandakan ukurannya menjadi beberapa kali lipat serta menambahkan
beberapa fasilitas pendukung yang diperlukan.
Maka dibangun dengan bentuk persegi seluas 6.000 m2, terdiri dari 2 set
koridor yang dipisah oleh teras seluas 1.000 m2. Di dalamnya terdapat bangunan
melengkung menyerupai busur yang berakhir dengan kubah–kubah panjang. Masjid
ini memiliki menara yang unik berbentul spiral, tingginya mencapai 64 m.
Masjid ini juga terhubung dengan bangunan–bangunan yang digunakan untuk
keperluan mandi, wudhu dan memakai pakaian ihram serta memiliki parkir yang
luas yang dapat menampung kendaraan jamaah yang berkunjung dan sholat di masjid
Miqat ini,
5. Masjid
Qiblatain
Rata–rata masjid yang ada di kawasan sekitar masjid Nabawy memiliki
nilai sejarah yang sangat penting untuk diketahui oleh generasi muda Islam.
Karena fakta berbicara, hilangnya nilai sejarah sering kali disebabkan karena kurang pedulinya kita pada bangunan atau tempat– tempat yang bernilai
sejarah.
Begitu pula dengan masjid Qiblatain. Masjid ini merupakan sebuah masjid
bersejarah. Masjid tersebut milik kabilah Bani Salimah dari suku Khazraj yang
terletak 5 km dari masjid Nabawy, tepatnya di arah barat laut Masjid Nabawy.
Disebut masjid Qiblatain, karena ada sebuah riwayat yang mengatakan
bahwa: "Sesungguhnya para sahabat Nabi melaksanakan satu shalat dengan
menghadap ke dua arah kiblat yang berbeda ketika turunnya ayat perpindahan
qiblat".
Masjid ini direnovasi beberapa kali, terakhir dilakukan pada masa
pemerintahan Pelayan Dua Tanah Suci pada tahun 1408 H/1978 M. Masjid ini
dijadikan dua tingkat. Tingkat dasar meliputi tempat wudhu, gudang dan tempat
tinggal untuk Imam dan muadzin. Sedang tingkat atas meliputi tempat sholat
seluas 1.190 m2, ruangan untuk sholat wanita seluas 400 m2.
Disamping itu masjid juga dilengkapi dengan dua menara dan dua kubah tinggi
yang istimewa.
Pada zaman dahulu areal masjid bukan hanya menyediakan area untuk sholat semata, akan tetapi juga sudah berpikir untuk fasilitas penunjang. Salah satunya adalah tempat tinggal untuk Imam masjid dan muadzin. Sekarang ini masih sedikit sekali masjid yang menyediakan fasilitas untuk Imam dan muadzin. Sudah seharusnya para pengelolah masjid (Ta’mir) berpikir untuk menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga fungsi masjid benar-benar dapat dioptimalkan dan dimakmurkan kegiatannya.
*Tulisan ini di nukil dari buku :
- Madinah Al-Munawwarah Sejarah dan Tempat - Tempat Istimewa. Al-Madinah Al-Munawwarah Research & Studies Center, 2013, King Fahd National Library Cataloging In Publication Data.
- Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Al-Akhbar edisi 143 no.11 Vol 12 - Rajab - Sya'ban 1439 H/April 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar