Minggu, 08 Maret 2020

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH


Oleh : Washil Bahalwan

Berbagai nikmat telah Allah berikan kepada kita. Ada yang berupa iman, Islam, keluarga, sehat wal afiah, kesempatan atau waktu atau umur, dan beragam nikmat lainnya yang tidak terhitung. Sebagai bukti, di saat khatib, ustaz, kiai, pejabat, juru pidato berkhutbah, berceramah, berfatwa, biasanya diawali dengan ajakan kepada para hadirin untuk mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan Allah.

Semua itu mereka landasi berdasarkan firman Allah dalam surat Ibrahim (14) ayat 7 yang artinya: “Barang siapa yang bersyukur atas nikmat yang telah Aku (Allah) berikan, maka akan Aku tambahkan nikmat itu kepadanya. Namun barang siapa yang kufur nikmat, maka ingatlah bahwa siksa Allah itu amat pedih.”

Ada beberapa nikmat Allah yang harus disyukuri, antara lain:

1. Nikmat Hidup

Hidup di alam dunia ini adalah nikmat yang Allah berikan kepada manusia, hewan, dan tumbuhan. Seluruhnya diberi hidup secara gratis. Karena merupakan nikmat, maka bagi yang tidak ingin hidup alias ingin bunuh diri, tergolong kufur nikmat dan akan memperoleh siksa-Nya. Sebab seluruh makhluk-Nya telah dijamin rezekinya oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Hud (11) ayat 6 yang artinya: “Dan tidak ada satu makhluk hidup pun di muka bumi ini melainkan Allah menjamin rezekinya”.


Sebagai contoh kebaikan Allah adalah burung-burung yang terbang di pagi hari dalam keadaan lapar, petang hari kembali ke sarang masing-masing dengan perut kenyang. Manusia pun demikian. Bermodal sempritan atau peluit misalnya, seorang juru parkir kendaraan bisa menuai beberapa lembar ribuan rupiah untuk menghidupi diri dan keluarganya.

2.  Nikmat Kebebasan Atau Kemerdekaan
Nikmat ini hanya diberikan Allah kepada manusia karena manusia dapat berpikir, berkehendak, bertingkah laku, pergi kian kemari, dan sebagainya. Tidak demikian dengan tumbuhan, sekali tumbuh di ladang A, selamanya ia akan di sana. Binatang pun demikian, hidup yang dijalaninya rutin saja, tidak kian kemari. Paling-paling, seekor kambing atau sapi keluar kandang untuk mencari makan, setelah kenyang balik lagi ke kandangnya. Berbeda dengan manusia, sebagai makhluk mulia manusia diberi kelebihan untuk memilih sebagaimana disebutkan dalam surat Asy-Syams (91) ayat 8-10 yang artinya: “Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia itu dua kecenderungan yaitu jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. Sesungguhnya beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Karena itu, andai kita berada di lingkungan yang menawari berbagai fasilitas seperti kelompok olahragawan, kelompok belajar, kelompok yang mendalami ayat-ayat suci Al Quran, kelompok judi, kelompok yang mengonsumsi narkoba, dan kelompok maksiat lainnya, maka tergantung diri kita saja yang menentukan ke arah mana diri hendak melangkah. Namun akal dan nurani akan mengingatkan aspek akibat.

Jika kamu kerap bergaul dengan penjudi, besar peluangnya ikut menjadi penjudi. Akrab dengan pengguna obat terlarang, suatu saat bakal ketagihan. Ikut kelompok belajar, kamu akan semakin pandai, sering mengaji, akan memperluas wawasan keislaman dan bahkan dapat menjadi ustaz, mubalig, dan sejenisnya. Prinsipnya, semua terserah kehendak masing-masing.

3. Nikmat Hidayah Atau Petunjuk
Hidayah hanya Allah berikan kepada manusia pilihan, tidak kepada seluruh manusia, tidak juga kepada makhluk yang lain. Allah berfirman dalam surat Al-An’am (6) ayat 88 yang artinya: “Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.”

Karena itu dalam sisa hidup yang singkat ini kita berharap ditakdirkan Allah menjadi manusia-manusia pilihan yang selalu memperoleh petunjuk-Nya. Dengan modal hidayah Allah, kita menyucikan jiwa kita. Kita upayakan agar amalan-amalan yang kita perbuat tidak dikotori dengan perilaku diri yang bertentangan dengan aturan yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya.

Timbul pertanyaan: “Bagaimana cara memperoleh hidayah Allah itu?”
Jawabannya tertera dalam surat Al-Ankabut (29) ayat 69 yang artinya: “Orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”

Melalui tulisan singkat ini, penulis berharap hendaknya kita selalu menjadi insan yang pandai mensyukuri nikmat Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah” ketika menerima nikmat itu, lalu menggunakannya sesuai tuntunan-Nya. Dengan cara itu, kita berdoa semoga janji-Nya akan kita dapati yaitu “Sesungguhnya akan Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu.” Aamiin.

*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.

*Tulisan ini juga dimuat di suaramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar