Oleh : Washil Bahalwan
Berbagai nikmat telah Allah berikan kepada
kita. Ada yang berupa iman, Islam, keluarga, sehat wal afiah, kesempatan atau
waktu atau umur, dan beragam nikmat lainnya yang tidak terhitung. Sebagai
bukti, di saat khatib, ustaz, kiai, pejabat, juru pidato berkhutbah,
berceramah, berfatwa, biasanya diawali dengan ajakan kepada para hadirin untuk
mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan Allah.
Semua itu mereka landasi berdasarkan firman
Allah dalam surat Ibrahim (14) ayat 7 yang artinya: “Barang
siapa yang bersyukur atas nikmat yang telah Aku (Allah) berikan, maka akan Aku
tambahkan nikmat itu kepadanya. Namun barang siapa yang kufur nikmat, maka
ingatlah bahwa siksa Allah itu amat pedih.”
Ada beberapa nikmat Allah yang harus disyukuri,
antara lain:
1. Nikmat Hidup
Hidup di alam dunia ini adalah nikmat yang Allah berikan kepada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Seluruhnya diberi hidup secara gratis. Karena
merupakan nikmat, maka bagi yang tidak ingin hidup alias ingin bunuh diri,
tergolong kufur nikmat dan akan memperoleh siksa-Nya. Sebab seluruh makhluk-Nya
telah dijamin rezekinya oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Hud (11)
ayat 6 yang artinya: “Dan
tidak ada satu makhluk hidup pun di muka bumi ini melainkan Allah menjamin
rezekinya”.
Sebagai contoh kebaikan Allah adalah
burung-burung yang terbang di pagi hari dalam keadaan lapar, petang hari
kembali ke sarang masing-masing dengan perut kenyang. Manusia pun demikian.
Bermodal sempritan atau peluit misalnya, seorang juru parkir kendaraan bisa
menuai beberapa lembar ribuan rupiah untuk menghidupi diri dan keluarganya.
2. Nikmat
Kebebasan Atau Kemerdekaan
Nikmat ini hanya diberikan Allah kepada manusia
karena manusia dapat berpikir, berkehendak, bertingkah laku, pergi kian kemari,
dan sebagainya. Tidak demikian dengan tumbuhan, sekali tumbuh di ladang A,
selamanya ia akan di sana. Binatang pun demikian, hidup yang dijalaninya rutin
saja, tidak kian kemari. Paling-paling, seekor kambing atau sapi keluar kandang
untuk mencari makan, setelah kenyang balik lagi ke kandangnya. Berbeda dengan
manusia, sebagai makhluk mulia manusia diberi kelebihan untuk memilih sebagaimana
disebutkan dalam surat Asy-Syams (91) ayat 8-10 yang artinya: “Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia
itu dua kecenderungan yaitu jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. Sesungguhnya
beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.”
Karena itu, andai kita berada di lingkungan
yang menawari berbagai fasilitas seperti kelompok olahragawan, kelompok
belajar, kelompok yang mendalami ayat-ayat suci Al Quran, kelompok judi,
kelompok yang mengonsumsi narkoba, dan kelompok maksiat lainnya, maka
tergantung diri kita saja yang menentukan ke arah mana diri hendak melangkah.
Namun akal dan nurani akan mengingatkan aspek akibat.
Jika kamu kerap bergaul dengan penjudi, besar
peluangnya ikut menjadi penjudi. Akrab dengan pengguna obat terlarang, suatu
saat bakal ketagihan. Ikut kelompok belajar, kamu akan semakin pandai, sering
mengaji, akan memperluas wawasan keislaman dan bahkan dapat menjadi ustaz,
mubalig, dan sejenisnya. Prinsipnya, semua terserah kehendak masing-masing.
3. Nikmat Hidayah Atau Petunjuk
Hidayah hanya Allah berikan kepada manusia
pilihan, tidak kepada seluruh manusia, tidak juga kepada makhluk yang lain.
Allah berfirman dalam surat Al-An’am (6) ayat 88 yang artinya: “Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.”
Karena itu dalam sisa hidup yang singkat ini
kita berharap ditakdirkan Allah menjadi manusia-manusia pilihan yang selalu
memperoleh petunjuk-Nya. Dengan modal hidayah Allah, kita menyucikan jiwa kita.
Kita upayakan agar amalan-amalan yang kita perbuat tidak dikotori dengan
perilaku diri yang bertentangan dengan aturan yang disyariatkan Allah dan
Rasul-Nya.
Timbul pertanyaan: “Bagaimana cara memperoleh
hidayah Allah itu?”
Jawabannya tertera dalam surat Al-Ankabut (29)
ayat 69 yang artinya: “Orang-orang
yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami.”
Melalui tulisan singkat ini, penulis berharap
hendaknya kita selalu menjadi insan yang pandai mensyukuri nikmat Allah dengan
mengucapkan “Alhamdulillah” ketika menerima nikmat itu, lalu menggunakannya
sesuai tuntunan-Nya. Dengan cara itu, kita berdoa semoga janji-Nya akan kita
dapati yaitu “Sesungguhnya akan Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu.” Aamiin.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya
dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar