Minggu, 08 Maret 2020

PUASA MEMBENTUK INSAN BERTAQWA


Oleh : Washil Bahalwan

Setelah sebulan penuh kita puasa Ramadan, maka dampaknya, kaum Muslimin hendaknya relatif lebih peka, lebih peduli sosial, lebih sabar, lebih disiplin waktu, dan berbagai “lebih” lainnya. Prinsipnya, mereka itu diharapkan lebih bertakwa. Karena begitulah tujuan orang berpuasa. Hal ini tertera dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 183 yang bunyinya: “La’allakum Tattaquun.”
Yaitu tujuan berpuasa adalah menjadi orang yang bertakwa. Sedang arti takwa itu sendiri adalah menjalankan semua perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya.

Agar puasa kita sesuai dan mampu melahirkan manusia bertakwa, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan doa saat kita berpuasa yang artinya:
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, ampuni dosa yang saya perbuat selama ini ya Allah. Saya mohon surga-Mu dan jauhkan daku dari siksa api neraka kelak. Ya Allah, sungguh Engkau cinta pada orang yang suka memaafkan, karena itu maafkanlah semua kesalahanku.”

Doa di atas mengajarkan untuk menjauhi perbuatan syirik dan hanya menjadikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai satu-satunya tempat bergantung dan kembali serta memohon pertolongan dan perlindungan.

Kita harus yakin bahwa Allahlah yang memberi jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi umatnya. Namun dalam praktiknya di masyarakat masih ada yang menggantungkan hidupnya pada selain Allah. Padahal telah jelas bahwa syirik merupakan perbuatan dosa besar sebagaimana bunyi Alquran surat An-Nisa ayat 116 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”

Manifestasi dari nilai-nilai puasa sangat banyak, di antaranya adalah kita akan menjadi hamba yang sabar dan taat pada aturan atau ketentuan yang ada. Hal ini nampak ketika menjelang berbuka. Sudah bukan rahasia lagi berbuka merupakan waktu yang dinanti dan di meja makan telah tersedia hidangan makanan dan minuman yang spektakuler beraneka ragam. Anggota keluarga sudah siap di sekitar meja makan. Walaupun keadaan lagi lapar dan dahaga, namun ketika waktu berbuka belum tiba, maka kita tidak tergerak untuk memakan dan meminumnya.

Muncul pertanyaan, mengapa makanan dan minuman yang halal tidak boleh kita makan dan minum? Jawabannya adalah lapar dan dahaga harus tunduk menunggu waktu berbuka sampai tiba. Pelajaran dari contoh ini menunjukkan bahwa puasa melatih kita untuk sabar dalam mengendalikan perasaan dan ego serta tunduk dan patuh pada aturan yang telah ditentukan.

Nah, terhadap orang yang sabar ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjanjikan pahala tanpa batas, seperti tergambar dalam Alquran surat Az-Zumar ayat 10 yang artinya:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Selain takwa dan sabar, orang yang berpuasa hanya karena iman dan mengharap rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang artinya:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan hanya karena iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari).
Akhirnya, melalui kesempatan ini kita berharap semoga seluruh amal kebajikan kita di bulan Ramadan diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan dosa kita diampuni Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.

*Tulisan ini juga dimuat di suaramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar