Selasa, 03 Maret 2020

APLIKASI MATEMATIKA DAN RENDEMEN DALAM PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN (BAGIAN PERTAMA)

Oleh : Washil Bahalwan

Seperti kita ketahui bersama, sebentar lagi Idul Adha 1439 H tiba. Idul Adha merupakan dua kegiatan yaitu sholat Idul Adha dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban. Kedua kegiatan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari syiar Islam dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menghidupkan dan mensyiarkannya.

Pembahasan kali ini, kami hanya fokus pada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Seperti yang kami sampaikan beberapa waktu yang lalu, bahwasanya penyembelihan hewan kurban bukanlah acara seremonial belaka, melainkan salah satu bentuk ibadah. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil, salah satunya adalah bagaimana ketabahan, keikhlasan dan ketaatan Nabi Ibrahim ‘Alaihissallam dalam menerima dan melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail.

Seperti kita ketahui bersama, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, merupakan kegiatan yang dimulai dari sebelum, proses dan pasca penyembelihan hewan kurban. Ketiga tahapan tersebut merupakan satu rangkaian yang harus dilaksanakan oleh lembaga/panitia yang mengadakan acara penyembelihan hewan kurban.

Nah, tahapan yang sering dilupakan atau dianggap tidak perlu adalah tahapan pasca pelaksanaan. Padahal pada tahap pasca pelaksanaan yang berbentuk evaluasi. Dalam evaluasi tersebut tiap bagian menginventaris persoalan/hambatan yang terjadi termasuk menyampaikan solusi (jalan keluar), sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan pada pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tahun berikutnya.

Atas dasar itulah, kami yang kebetulan sudah banyak makan asam garam, malang melintang dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban (sekitar mulai tahun 90-an sampai sekarang), memandang perlu untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada semua pihak, dengan harapan agar pelaksanaan penyembelihan hewan kurban yang kita adakan lebih baik lagi dan yang terpenting tidak keluar dari kontek ibadah yang telah diatur dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kami sangat berterima kasih kepada para senior yang telah membimbing dan mengarahkan, termasuk kepada Bapak Ir. Abdurrahman Baraja (sekarang Ta’mir Masjid Al-Irsyad Surabaya) yang menguasai betul teknik perhitungan hewan kurban. Dan berikut ini adalah hal-hal yang dapat dijadikan acuan/referensi yang harus dilakukan oleh panitia menjelang pemotongan hewan kurban, termasuk hasil diskusi dengan para pihak dan petugas pemotongan hewan kurban (jagal). Dan inilah tahapan-tahapannya:
1.     Pada H-1, panitia, khususnya bagian perhitungan harus mendata jumlah hewan kurban yang sudah masuk baik sapi maupun kambing.
2.     Setelah itu mendata lebih detail, sapi dan kambing nomor berapa yang ada permintaan (permintaan maksimal tidak lebih dari sepertiga bagian).
3.     Termasuk berdasarkan pengalaman, panitia harus yakin bahwa akan ada penambahan hewan kurban khususnya kambing sampai pada saat pelaksanaaan, diperkirakan antara 1-5 ekor kambing dan itu sudah ikut dalam perhitungan (Tempat lain dapat menyesuaiakan sesuai dengan pengalaman dan kondisi masing-masing, tidak harus sama).
4.     Setelah data semuanya terkumpul, maka langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan, dengan teknik sebagai berikut:
·         Kita harus mengetahui berat sapi kotor (berat sapi hidup).
·         Rendemen sapi adalah daging sapi bersih setelah dipotong kulit, kepala, tulang, jeroan, kaki . Dengan estimasi sebagai berikut: Berat sapi hidup:
– Di bawah 300 kg, rendemennya = 25%
– Berat antara 300 – 400 Kg, rendemennya = 30%
– Berat antara 500 – 600 kg, rendemennya = 35%
– Berat antara 700 – 800 kg, rendemennya = 40%
– Berat antara 900 – 1000 Kg, rendemennya = 50%
– Berat di atas 1,2 ton ( 1200 kg ), rendemennya = 60%
·         Menghitung berapa banyak permintaan (dapat diprediksi) sebesar 30% dari total penerimaan hewan kurban
·         Menghitung berapa banyak orang (KK) yang harus mendapatkan daging kurban.
·         Menghitung kebutuhan daging yang harus disiapkan untuk dikorelasikan dengan kebutuhan orang (KK) yang harus mendapatkan daging kurban.

Contoh :  Sapi dengan berat hidup (berat kotor) antara 700 – 800 kg. Dan setelah dipotong dan dikurangi kulit, kepala, tulang, jeroan, kaki, maka berat bersih daging sapi adalah sebagai berikut: 800 kg X 40% = 320 kg.

Sedang untuk kambing, berat hidup (berat kotor) rata-rata adalah 15 kg. Dan berat bersih daging kambing adalah Setelah dikurangi kulit, kepala, tulang, jeroan, kaki adalah 12 kg per kambing.

Setelah itu berat bersih sapi dan kambing dijumlah secara keseluruhan dan dikurangi permintaan sebesar 30%. Hasilnya menjadi daging stok yang akan dibagikan kepada mereka yang berhak menerimanya.

Contoh dalam Suatu Kepanitiaan

Terkumpul hewan kurban sebagai berikut, untuk sapi sebanyak 20 ekor dengan komposisi berat hidup sebagai berikut:
1.     Di bawah 300 kg = 2 ekor
2.     Berat antara 300 – 400 Kg = 3 ekor
3.     Berat antara 500 – 600 kg = 6 ekor
4.     Berat antara 700 – 800 kg = 6 ekor
5.     Berat antara 900 – 1000 Kg = 2 ekor
6.     Berat di atas 1,2 ton = 1 ekor
—————————————————-
Jumlah akhir = 20 ekor

Selanjutnya kita hitung berat bersihnya dengan menggunakan rendemen yang ada, maka akan diperoleh daging bersih (sebelum dipotong permintaan) sebanyak :
< 300 kg X 25 % = 75 kg. =========> 75 kg X 2 ekor = 150 kg.
< 400 kg X 30 % = 120 kg.=========> 120 kg X 3 ekor = 360 kg.
< 600 kg X 35 % = 210 kg.=========> 210 kg X 6 ekor = 1260 kg.
< 800 kg X 40 % = 320 kg.=========> 320 kg X 6 ekor = 1920 kg.
< 1000 kg. X 50 % = 500 kg.========> 500 kg X 2 ekor = 1000 kg.
> 1200 kg X 60 % = 720 kg ========> 720 kg X 1 ekor = 720 kg.
Jumlah berat bersih daging sapi adalah 5410 kg.

Sedang untuk kambing, dengan perolehan 95 ekor (sudah termasuk prediksi tambahan antara 1-5 ekor kambing), maka diperoleh berat daging adalah 95 ekor X 15 kg = 1425 kg (belum dipotong kepala, kulit, tulang, jeroan, kaki), dan setelah di potong (kepala, kulit, kaki dan jeroan), maka diperoleh berat sebagai berikut : 95 ekor X 12 kg = 1140 kg.

Dan setelah itu, langkah berikutnya adalah menjumlahkan berat daging bersih sapi dan kambing, kemudian dipotong permintaan sebesar 30%. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Berat bersih daging sapi : 5410 kg.
Berat bersih daging kambing : 1140 kg.
Jumlah: 6550 kg.

Stok daging (sapi dan kambing) yang siap diberikan kepada mereka yang berhak (setelah dipotong permintaan) adalah :
6550 kg. X 30% (permintaan) = 1965 kg. Jadi berat bersih daging (sapi dan kambing) adalah: 6550 kg – 1965 kg = 4585 kg.
·         Sasaran distribusinya adalah mereka-mereka yang sebelumnya telah didata oleh (kami menyebutnya) ketua ranting dengan cara menyetorkan copy KK.
·         Penentuan berat daging yang diberikan didasarkan pada jumlah anggota keluarga sesuai dengan KK.
Berdasarkan klasifikasi tersebut diperoleh data sebagai berikut:
·         Klasifikasi A (dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 3 orang)sebanyak 4000 KK, mendapatkan daging seberat 1 kg.
·         Klasifikasi B (dengan jumlah anggota keluarga antara 1 – 2 orang) sebanyak 1100 KK, mendapatkan daging seberat 0,5 kg.

Sehingga daging yang dikeluarkan adalah:
Klasifikasi A => 4000 KK X 1 kg. = 4000 kg
Klasifikasi B => 1100 KK X 0,5 Kg = 550 kg
Jumlah = 4550 kg.

Keterangan :
Jumlah stok daging: 4585 kg.
Kebutuhan daging: 4550 kg.
———————————– ( – )
Jumlah: 35 Kg.
Sisa daging 35 kg, untuk cadangan stok.

*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.

*Tulisan ini juga dimuat di suaramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar