Oleh : Washil
Bahalwan
Al-Irsyad Surabaya secara tidak langsung
menjadi pelopor dengan lembaga-lembaga lain dalam kegiatan Pramuka di Surabaya.
Seperti penuturan para senior, keberadaan Pramuka di Al Irsyad Surabaya telah
berlangsung sejak lama, bahkan sejak masih bernama Pandu. Dan salah satu tokoh
yang tidak bisa kita lupakan adalah Bapak Abdul Kadir Banaimun, karena beliau
lah yang meletakkan dasar-dasar pendidikan kepanduan di Al Irsyad Surabaya.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, seiring dengan
dibubarkannya gerakan kepanduan oleh Presiden Soekarno dan selanjutnya diganti
dengan Pramuka, maka Pandu di Al-Irsyad Surabaya otomatis berganti nama dengan
pramuka yang waktu itu bernama Gudep 7 Surabaya. Dan selang beberapa tahun
kemudian, tepatnya 1963 dibentuklah Korps Musik yang waktu itu bernama
Genderang Suling Pramuka Al Irsyad Surabaya yang merupakan cikal bakal drum
band di Al Irsyad Surabaya.
Kegiatan
Pramuka dan Drum Band di Al Irsyad Surabaya merupakan satu paket artinya pemain
anggota pramuka sekaligus merangkap sebagai pemain drum band. Puncak kegiatan
drum band adalah ketika berlangsungnya Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) pada
tahun 1964 di Jakarta. Drum Band Al Irsyad Surabaya tampil di hadapan presiden
Soekarno dan para peserta konferensi KIAA di Jakarta.
Ketika itu yang menjadi Drum Major adalah Bapak
Aunillah Alkatiri dan Abu Bakar Alamudi. Namun karena situasi politik menjelang
tahun 1965, ketika terjadi peristiwa G 30 S/PKI maka praktis seluruh kegiatan
Pramuka dan Drum Band di Al Irysad Surabaya mengalami kevakuman termasuk juga
pramuka dan drum band lainnya mengalami hal yang sama.
Saat Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah
pelaksanaan PON VII tahun 1969, drum band Pramuka Gudep 77 Surabaya kembali
tampil untuk mengawal api dan bendera PON yang memasuki Surabaya. Untuk tertib
administrasi dan agar dapat berkiprah lebih luas lagi, maka pada bulan 18
Agustus 1973 dilangsungkan pelantikan gugus depan 77 Pramuka Al Irsyad Surabaya
oleh Bapak Letkol Soeratman, yang ketika itu menjabat sebagai ketua KONI Jatim
sekaligus sebagai Ketua Kwartir Cabang Pramuka Kota Surabaya.
Dari
peresmian Pramuka Gudep 77 Surabaya tersebut terpilih sebagai pengurus sebagai
berikut: Kepala Majelis Pembimbing gugus depan yang pertama adalah Ustadz Salim
Makarim, sedang para pembinanya adalah Fauzi Bamahfudz dibantu oleh Bapak A.
Aziz Allan, Hamid Bobsaid, Achmad Ba’amir, Ady Zakin, Achmad bin Qurusy.
Agar anak-anak SD Al Irsyad Surabaya tertarik
masuk menjadi anggota pramuka, maka para pengurus memberi sosialisasi kepada
murid-murid SD Al Irsyad Surabaya. Alhamdulillah berkat kerja keras pengurus
Gudep 77 dan Drum Band Pramuka Al Irsyad Surabaya kembali bergairah dan aktif
kembali.
Demikian gambaran perjalanan dan kiprah Pramuka
Gudep 77 Surabaya dan Drum Band Al Irsyad yang telah mengambil peran dalam ikut
serta pembentukan karakter generasi muda yang mandiri, kreatif, pantang
menyerah dengan tetap memahami akidah Islam untuk membentengi perilaku negatif.
Kami berharap agar kegiatan yang positif dapat
dikembangkan lagi untuk menyalurkan minat dan bakat anak-anak muda, di tengah
gempuran pengaruh negatif yang tidak dapat kita bendung. Bentengi anak anak
kita dengan nilai-nilai agama dan salurkan pada kegiatan yang positif. Semoga
Allah SWT memudahkan kita melahirkan generasi muda yang istiqamah dalam
kebenaran. Aamiin.
*Penulis
adalah Alumni Pramuka Gudep 77 dan drum band Al Irsyad Surabaya, Peserta drum band Al Irsyad
Surabaya dalam kejurnas 1986 di Senayan Jakarta dan peserta acara Parade Senja
17 Agustus 1986 di Istana Negara Jakarta serta Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya
dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar