Oleh : Washil Bahalwan
Ilmu yang bermanfaat dan
diberkahi Allah subhanahu wa ta’ala adalah
ilmu yang mengantarkan pemiliknya menuju kemanfaatan di dunia dan akhirat.
Bukan hanya di dunia saja. Sebab, dunia hanyalah terminal kehidupan. Seorang
mukmin dengan ilmunya harus memberi kemanfaatan kepada dirinya atau nafi’un linafsihi dan mengusahakan
dirinya bermanfaat bagi orang lain atau nafi’un
lighairihi.
Kemanfaatan ilmu dan
keberkahannya bisa diukur sendiri oleh pengemban ilmu itu. Semakin bertambah
ilmu seseorang, takutnya kepada Allah juga semakin besar. Allah berfirman yang
artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-Nya adalah ahli ilmu.” (Fatir: 28).
Seperti yang disampaikan oleh
Imam Masruq seorang ulama yang menjadi panutan kaum muslimin dan termasuk ke
dalam golongan Kubbarut Tabi’in (tabi’in senior). Di dalam kitab Jami’ Bayan
Al-Ilmi wa Fadhlihi (Karya Ibnu Abdil Barr 1/143) Imam Masruq berkata: “Cukuplah seseorang itu berilmu dengan takut
kepada Allah, cukuplah seseorang dicap jahil dengan membanggakan ilmunya
sendiri.“
Ilmu yang berkah dan manfaat
merupakan investasi abadi. Karena banyak pihak lain yang menerima manfaat dari
ilmu tersebut dan diamalkan secara terus menerus dalam kehidupannya. Sehingga
meskipun badan telah dilipat kubur, pahalanya akan tetap mengalir membersamai.
Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, “Apabila
seorang anak keturunan Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali
dari tiga jalan yaitu, amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang
selalu mendoakannya.“ (Muslim).
Terkait dengan Ilmu harus berkah
dan bermanfaat juga menjadi perhatian utama Universitas Airlangga Surabaya. Hal
ini terlihat dari pidato Rektor Unair dalam acara Wisuda Sarjana, hari Ahad, 10
Maret 2019 mengatakan, “Tampillah penuh percaya diri sebagai pribadi dengan
spirit Universitas Airlangga, Excelence
With Morality. Setelah wisuda ini Anda adalah seorang ilmuwan, maka
selayaknya ilmu saudara membawa manfaat besar pada kemanusiaan. Ilmu harus
berkah dan dapat meningkatkan ketakwaan kepada sang Khaliq. Karena hanya orang
yang berilmu yang dapat merasakan takut kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.”
Dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab
Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf,
ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang di antaranya adalah:
• Menghasilkan rasa takut dan
cinta kepada Allah.
• Tidak mengatakan bahwa dia
memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap
orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia
mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.
• Berbaik sangka terhadap
ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.
• Mengakui keutamaan-keutamaan
orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi
martabat mereka.
• Sedikit berbicara karena takut
jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnya,
sedikitnya perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukan karena
mereka tidak mampu berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan
takut pada Allah Taala.
Oleh karena itu
ilmu yang berkah lagi bermanfaat akan menuntun pemiliknya menuju kebahagiaan
dan kemuliaan sejati, yaitu keridaan Allah. Ilmu itu menghalanginya dari
kehinaan, menjaganya dari kesesatan, membentenginya dari hawa nafsu dan
memeliharanya dari perkara keji dan munkar. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala Zat yang Maha
Alim menganugerahkan kepada kita ilmu yang berkah dan bermanfaat. Sehingga
keberadaan kita senantiasa dirindukan dan dinanti oleh masyarakat sekitar.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas
Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar