Kamis, 17 Agustus 2017

[Bag.4] “MADINAH AL – MUNAWWARAH, SEJARAH DAN TEMPAT – TEMPAT ISTIMEWA“

Oleh : Washil Bahalwan


“ MASJID QUBA’ “

Syukur Alhamdulillah, kita sudah sampai pada bagian ketiga dari tulisan tentang Madinah dan ruang lingkupnya. Pada bagian ketiga ini hampir seluruhnya berbicara tentang MASJID “ dalam berbagai dimensi, aspek dan latar belakang berdirinya. Sehingga kita nantinya akan mendapatkan pengetahuan baru tentang asal usul penamaan masjid termasuk keutamaan – keutamaan dari masing – masing masjid yang ada.

Untuk lebih jelasnya pembahasan bagian ketiga ini berbicara tentang berbagai macam masjid yaitu : Masjid Quba’, Pemakaman Baqi’, Pemakaman Syuhada’ Uhud, Tempat – Tempat Bersejarah dan Geografis, Masjid Jum’ah, Masjid Ijabah ( Bani Mu’awiyah ), Masjid Sajadah, Masjid, Migat, Masjid Qiblatain, Masjid Rayah ( Masjid Dzubab ), Masjid Ghamamah.  

Untuk itu marilah kita ikuti uraian berikut ini secara seksama. Karena masjid – masjid tersebut sudah diurutkan menurut tahun berdirinya. Berikut ulasan selengkapnya.

MASJID QUBA’

Masjid yang pertama  kali yang dibangun dalam Islam adalah masjid Quba’. Proses pembangunannya adalah Rasulullah-Shallallahu ‘ alaihi Wasallam membangun dengan tangan beliau sendiri, ketika dalam perjalanan berhijrah dari Makkah telah sampai di wilayah Quba’.

Semasa  hidupnya Rasulullah-Shallallahu ‘ alaihi Wasallam sering mengunjunginya untuk melaksanakan shalat di dalamnya dan beliau biasanya memilih hari Sabtu. Dalam salah satu hadits beliau dikatakan,

من تظهر في بيته ، ثم أتي مسجد قباء فصلى فيه صلاة كان له أجر عمرة
 yang artinya : “ Barang siapa yang bersuci dari rumahnya, kemudian datang ke masjid Quba’ dan shalat di dalamnya, maka ia mendapatkan pahala umro “. ( HR. Ibnu Majah ).

Pada masa lalu, kaum muslimin sangat memberikan perhatian kepada masjid Quba’. Salah satunya adalah dilakukan renovasi beberapa kali. Seiring dengan semakin banyaknya kaum muslimin yang berkunjung ke masjid Quba', maka Pelayan Dua Tanah Suci yaitu Raja Fahad Bin Abdul Aziz pada tahun 1405 H ( 1985 M ), memerintahkan untuk dilakukan rekonstruksi dan perluasan masjid sampai beberapa kali lipat dengan tetap menjaga keaslian warisannya dengan hati – hati dan akurat.  

Maka jadilah bangunan masjid Quba' dibangun dengan bentuk koridor selatan dan utara dimana keduanya dipisahkan oleh teras terbuka. Kedua koridor tersebut tersambungkan oleh dua koridor panjang dari sisi timur dan barat.

Disamping itu terasnya beratapkan payung bergerak yang dapat dibuka dan ditutup dengan listrik serta dibangun pula empat buah menara di empat sisinya.

Jadi salah satu keutamaan apabila kita shalat di masjid Quba’ adalah kita akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang melaksanakan ibadah umroh. Dan dapat pula dikatakan bahwa hampir dipastikan para penguasa Arab saudi di Madinah sampai dengan Pelayan Dua Tanah Suci tetap menjadikan masjid – masjid di wilayah Makkah dan Madinah untuk prioritas utama dalam pemerintahannya. 
                       
“ PEMAKAMAN BAQI’ dan SYUHADA’ UHUD “

Baqi’ adalah pekuburan utama penduduk Madinah semenjak zaman Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Dahulunya bernama BAQI' AL-GHARQAD. Karena di dalamnya banyak ditumbuhi tanaman Gharqad. Letak pekuburan Baqi' adalah di sebelah tenggara pagar masjid Nabawy.

Pekuburan tersebut berisi ribuan jasad penduduk Madinah dan penduduk daerah tetangga serta pengunjung yang meninggal di Madinah.

Diriwayatkan bahwa hampir 10.000 sahabat dan orang terdekat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dimakamkan di sana ( Baqi’ ). Diantaranya adalah : Ummahatul Mu’minin Istri – istri Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam- selain Khadijah dan Maimunah. Juga dimakamkan pula putri – putri beliau, yang terakhir adalah Fatimah Az-Zahra, putra beliau, Ibrahim,paman beliau  Abbas,bibi beliau,Shafiyyah,cucu beliau Hasan Bin Ali, Utsman Bin Affan-Dzunnuraini dan masih banyak lagi radhiyallahu’anhum-.

Terdapat beberapa hadits tentang keutamaan Baqi’ dan ziarah Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam- ke Baqi’ serta doa beliau bagi mereka yang dimakamkan di sana ( Baqi’ ).

Intinya adalah mereka yang meninggal dan dimakamkan di Baqi’ selalu mendapatkan doa dari Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

PEMAKAMAN SYUHADA’ UHUD

Pemakaman Syuhada’ Uhud diperuntukkan bagi sahabat Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Yang mati syahid dalam peperangan yang terjadi di Uhud. Ada 70 makam sahabat Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam di sana. Peperangan Uhud terjadi pada bulan syawwal tahun ke-3 hijriah. Pemakaman Syuhada' Uhud terletak di sebelah utara masjid Nabawy sejauh 4 Km.

Paman Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang bernama Hamzah Bin Abdul Mutholib-radhiyallahu-anhu merupakan yang terdepan dalam memimpin perang Uhud. Semasa hidupnya Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam sering menziarahinya dari waktu ke waktu.    
                    
“ TEMPAT-TEMPAT  BERSEJARAH dan GEOGRAFIS,MASJID JUM’AH dan MASJID IJABAH ( BANI MU’AWIYYAH ) “

TEMPAT – TEMPAT BERSEJARAH dan GEOGRAFIS

Pada bagian terdahulu disampaikan bahwasanya Madinah kaya akan berbagai hal, tempat – tempat bersejarah selalu mempunyai maknah yang melatarbelakanginya. Di Madinah Al-Munawwarah terdapat tempat – tempat yang erat kaitannya dengan kejadian – kejadian yang terjadi pada zaman Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat yang mulia. Seperti masjid – masjid tua, rumah – rumah yang menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan Islam, pegunungan dan lembah – lembah. Diantaranya adalah :

✅ MASJID JUM’AH
Masjid Jum’ah teretak di bagian utara masjid Quba’ berjarak sekitar 900 meter. Tentunya kita penasaran, kenapa dinamakan masjid Jum’ah ?. Apa ada kaitannya dengan ibadah sholat Jum’ah ? Ternyata benar. Yaitu ketika Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam melakukan perjalanan, kemudian beliau singgah dan menunaikan sholat Jum’ah untuk pertama kali di tempat tersebut. Maka kemudian masjid tersebut lebih dikenal dengan nama masjid Jum’ah.
Masjid ini dibangun ketika pemerintahan Gubernur Umar Bin Abdul Aziz-rahimahullah-atas kota Madinah pada tahun 87 – 93 H ( 706 – 712 M ), lalu direnovasi dan dikonstruksi beberapa kali, terakhir dilakukan pada tahun 1412 H ( 1991 M ).
Masjid ini terdiri dari ruang untuk sholat pria dan wanita. Masjid ini memiliki kubah utama yang tingginya sekitar 12 meter, ditambah 4 kubah lainnya yang lebih pendek,serta menara oktagonal ( segi delapan ) dengan ketinggian 25 meter yang terletak di sisi utara masjid. Total area masjid Jum’ah mencapai 1.630 m2.

✅ MASJID IJABAH ( BANI MU’AWIYYAH )
Masjid Ijabah terletak di bagian timur laut masjid Nabawy sekitar 580 m. Masjid Ijabah dibangun pada zaman Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam- diperkampungan Bani Mu’awiyyah dari suku Aus. Dahulu kala pada awal berdirinya masjid tersebut diberi nama sesuai dengan nama kabilah yaitu “ AUS” . Namun kemudian diganti menjadi masjid Ijabah. 
Hal ini dikarenakan pada suatu hari Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam melewati tempat tersebut, kemudian beliau melaksanakan sholat dua raka’at dan didalamnya kemudian berdo’a sangat panjang. Kemudian beliau bersabda  : 

 سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا

"Aku minta kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia mengabulkan untukku dua perkara dan menolak mengabulkan satu perkara. Aku minta kepada Tuhanku, agar Dia tidak membinasakan umatku dengan paceklik ( kemarau panjang ), maka Dia mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya agar Dia tidak membinasakan umatku dengan ditenggelamkan, maka Dia pun mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya agar tidak menjadikan mereka ( umatku ) saling bertikai sesama mereka, namun Dia menolak permintaanku ini “. (HR. Abu Daud).

Karena dari tiga permintaan  Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam  yang dikabulkan dua sedangkan yang satu ditolak yaitu permintaan agar umatku kelak tidak saling bertikai, maka masjid tersebut diganti namanya dari masjid AUS dengan masjid  IJABAH. 
Sehingga kalau sekarang ini kita sering menjumpai diantara kita sering bertikai, bermusuhan satu sama lain yang disebabkan oleh berbagai hal, maka sangatlah wajar karena hal itu memang permintaan Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang ditolak ( tidak dikabulkan ) oleh Allah SWT. Oleh karena itu beruntunglah bagi mereka yang mampu menahan ego dan hawa nafsu guna meredam permusuhan.
Sama dengan masjid – masjid lainnya, maka masjid Ijabah juga mengalami beberapa renovasi ( setelah berabad berikutnya ). Terakhir renovasi dilakukan pada tahun 1418 H, masjid tersebut dibangun dengan beton bertulang, sebuah menara ditempatkan di sudut tenggara masjid dan dibagian utara ditempatkan tempat wudhu yang layak. Sehingga jamaah yang mengunjungi dan sholat di masjid Ijabah merasa nyaman dalam beribadah dan insya-Allah permintaannya dikabulkan. Tentunya harus dibarengi dengan etika berdoa yang baik dan benar. 
                       
“ MASJID SAJADAH, MIQAT dan QIBLATAIN “

✅ MASJID SAJADAH
Masjid ini terletak di bagian utara masjid Nabawy sejauh 900 meter. Masjid tersebut memiliki beberapa nama, diantaranya adalah : Masjid Sajadah dan Masjid Syukur.Asal muasal dinamakan masjid Syukur adalah, karena Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam – melakukan sujud syukur di tempat tersebut. Hal itu dilakukan karena Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendapat kabar gembira dari  Malaikat Jibril seperti dalam  sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya : 

 من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات

 “ Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat atasnya sepuluh kali“.  

Masjid tersebut saat ini dikenal dengan nama Masjid ABU DZAR dan dibangun kembali serta diperluas dalam gaya modern pada tahun 1421 H ( 2000 M. 

✅ MASJID MIQAT ( Masjid Pohon )
Masjid ini terletak di sebelah barat Lembah Aqiq dan berjarak sekitar 12 Km dari masjid Nabawy. 
Dibangun pertama kali pada masa kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz di Madinah Al-Munawwaroh pada tahun 87 – 93 H / 706 – 712 M. Kemudian direkonstruksi pada abad-abad berikutnya. Terakhir dilakukan oleh Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Fahad Bin Abdul Aziz pada tahun 1405 H / 1985 M. Yang memerintahkan untuk melipat gandakan ukurannya menjadi beberapa kali lipat serta menambahkan beberapa fasilitas pendukung yang diperlukan.

Maka dibangun dengan bentuk persegi seluas 6.000 m2, terdiri dari 2 set koridor yang dipisah oleh teras seluas 1.000 m2. Di dalamnya terdapat bangunan melengkung menyerupai busur yang berakhir dengan kubah – kubah panjang.
Masjid ini memiliki menara yang unik berbentul spiral, tingginya mencapai 64 m.

Masjid ini juga terhubung dengan bangunan – bangunan yang digunakan untuk keperluan mandi, wudhu dan memakai pakaian ihram serta memiliki parkir yang luas yang dapat menampung kendaraan jamaah yang berkunjung dan sholat di masjid Miqat ini,

✅ MASJID QIBLATAIN
Rata – rata masjid yang ada di kawasan sekitar masjid Nabawy memiliki nilai sejarah yang sangat penting untuk diketahui oleh generasi muda Islam. Karena fakta berbicara, hilangnya nilai sejarah sering kali disebabkan  karena kurang pedulinya kita  pada bangunan atau tempat – tempat yang bernilai sejarah. 
Begitu pula dengan masjid Qiblatain. Masjid ini merupakan sebuah masjid bersejarah. Masjid tersebut milik kabilah Bani Salimah dari suku Khazraj yang terletak 5 km dari masjid Nabawy, tepatnya di arah barat laut Masjid Nabawy.

Disebut masjid Qiblatain, karena ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa : " Sesungguhnya para sahabat Nabi melaksanakan satu shalat dengan menghadap ke dua arah kiblat yang berbeda ketika turunnya ayat perpindahan qiblat".

Masjid ini direnovasi beberapa kali, terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Pelayan Dua Tanah Suci pada tahun 1408 H / 1978 M. Masjid ini dijadikan dua tingkat. Tingkat dasar meliputi : tempat wudhu, gudang dan tempat tinggal untuk Imam dan muadzin. Sedang tingkat atas meliputi : tempat sholat seluas 1.190 m2, ruangan untuk sholat wanita seluas 400 m2. Disamping itu masjid juga dilengkapi dengan dua menara dan dua kubah tinggi yang istimewa.

Pada zaman dahulu areal masjid bukan hanya menyediakan area untuk sholat semata, akan tetapi juga sudah berpikir untuk fasilitas penunjang. Salah satunya adalah tempat tinggal untuk Imam masjid dan muadzin. Sekarang ini masih sedikit sekali masjid yang menyediakan fasilitas untuk Imam dan muadzin. Sudah seharusnya para pengelolah masjid ( Ta’mir )  berpikir untuk menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga fungsi masjid benar-benar dapat dioptimalkan dan dimakmurkan kegiatannya.                        
“ MASJID RAYAH dan GHAMAMAH “

✅ MASJID RAYAH ( MASJID DZUBAB )
Masjid Rayah juga disebut dengan masjid Dzubab, disebabkan karena masjid tersebut berada di atas sebuah gunung kecil yang disebut DZUBAB yang letaknya berdekatan dengan Gunung Sal’a di sebelah utaranya.

Menurut sebuah riwayat, dinamakan masjid Rayah, karena di tempat ini dikibarkan sebuah bendera untuk Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di kota Madinah pada tahun ( 87 – 93 H / 706 – 712 M ).

Pada mulanya bangunannya kecil berbentuk persegi dengan luas 61 M2 dengan tinggi 5 M. Kemudian Kementerian Wakaf Kerajaan Arab Saudi telah memperbaharui dengan merekonstruksi bangunan tersebut dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya agar tetap menjadi tempat warisan budaya.

✅ MASJID GHAMAMAH ( MASJID MUSHOLLA )
Masjid ini terletak di sebelah Masjid Nabawy sekarang yaitu di sisi barat daya dari pagar Masjid Nabawy.

Menurut sebuah riwayat, masjid ini dibangun di tempat terakhir Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam – melaksanakan sholat Ied dan diriwayatkan pula bahwasanya ada ghamamah ( awan ) yang menaungi Rasulullah – Shallallahu’Alaihi Wasallam- ketika beliau berkhotbah. Oleh karena itu, maka masjid tersebut disebut dengan MASJID GHAMAMAH ( awan ).

Masjid ini telah melewati renovasi beberapa kali, kemudian direkonstruksi ulang pada masa Pemerintahan Sultan Utsmany yang bernama Abdul Majid pada tahun 1275 H / 1859 M. Dan sampai sekarang masjid Ghamamah bentuknya tidak berubah seperti bentuk awal berdirinya, yang berbeda hanya ukurannya ( lebih luas ).

Bentuk masjid ini adalah persegi panjang , yang dibangun menggunakan batu basal berwarna hitam dan diberi atap dengan beberapa set kubah.

Dinding bagian dalam dan cekungan kubah diberi cat berwarna putih. Sedang bahu bangunan dan lingkarannya diberi cat berwarna hitam sehingga memberikan penampilan masjid yang khas dan menawan.

Dari beberapa masjid yang ada dapat dikatakan bahwa masjid – masjid yang ada letaknya berdekatan dan berkiblat pada masjid Nabawy. Dan antara masjid satu dengan lainnya memiliki kekhususan dan keistimewaan sendiri – sendiri. Disamping itu yang perlu kita contoh adalah setiap masjid mengalami renovasi dan rekonstruksi, maka tidak menghilangkan bangunan aslinya seperti awal berdirinya. Jadi bangunan masjid tersebut terlihat indah, khas dan dapat memperkaya khasanah budaya bangsa.

Oleh karena itu bagi pengelolah masjid ( Ta’mir ) harus berpikir secara integral dalam memanajemen masjid. Tugas ta’mir adalah membuat jamaah yang berkunjung dan sholat di masjid merasakan kenyamanan, keamanan, sehingga ibadah yang dijalankan dapat lebih khusu’. Semoga kita umat muslim khususnya para ta’mir diberi kemudahan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala untuk mengelolah masjid dengan amanah dan berorientasi untuk syiar Islam. Aamiin.
                       
"MASJID ABU BAKAR As-SHIDDIQ & MASJID UMAR BIN KHOTTOB"

Masih dalam kelompok masjid, kali ini kita bahas masjid para sahabat, yaitu Masjid Abu bakar As-Shiddiq dan Masjid Umar Bin Khottob.

MASJID ABU BAKAR As-SHIDDIQ
Masjid Abu Bakar As-Shiddiq terletak di sisi barat daya masjid Nabawy yang berjarak sekitar 100 meter dari pagarnya yang sekarang.
Diriwayatkan bahwasanya, Rasulullah-Shallallahu’ Alaihi Wasallam melaksanakan sholat Ied di tempat ini dan kemudian diteruskan oleh Abu Bakar As-Shiddiq ketika beliau berkuasa ( masa kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq ). Sehingga masjid tersebut dinisbatkan kepadanya ( Abu Bakar As-Shiddiq ).

Masjid ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di Kota Madinah ( 87 – 93 H / 706 – 712 M ). Kemudian diperbaharui pada zaman Sultan Utsmany yang bernama Mahmud ke-2 tahun 1254 H / 1838 M.

Bentuk masjid Abu Bakar As-Shiddiq adalah persegi dengan panjang sisinya 9 meter, dibangun menggunakan batu basal berwarna hitam dan dicat dari dalam dengan warna putih serta di atasnya terdapat kubah setinggi 12 meter.

Masjid tersebut mempunyai teras yang berbentuk persegi panjang dengan panjang 13 meter dan lebar 6 meter. Masjid Abu Bakar as-Shiddiq juga memiliki menara dengan ketinggian 15 meter. 

Jadi dapat dikatakan bahwa dinamakan masjid Abu Bakar as-Shiddiq, dikarenakan khalifah Abu bakar As-Shiddiq ketika berkuasa melaksanakan sholat Ied di masjid tersebut untuk melaksanakan kebiasaan yang telah dilakukan oleh  Rasulullah-Shallallahu’ Alaihi Wasallam.

MASJID UMAR BIN KHOTTOB
Terletak di sebelah selatan masjid Abu bakar As-Shiddiq sejauh 200 meter.  Masjid ini dibangun oleh Syamsuddin Muhammad Bin Ahmad As-Salawy pata tahun 850 H / 1446 M, di tempat dimana diperkirakan Rasulullah-Shallallahu’ Alaihi Wasallam pernah menunaikan sholat Ied,kemudian digunakan oleh Umar Bin Khottob setelah beliau Rasulullah-Shallallahu’ Alaihi Wasallam. Oleh karena itu maka masjid tersebut dinisbatkan pada Umar Bin Khottob.

Kemudian dalam perkembangannya, masjid tersebut diperbaharui oleh Sultan Utsmany yang bernama Mahmud ke-2 pada tahun 1254 H / 1838 M. Selanjutnya diteruskan oleh putranya yang bernama Abdul Majid ke-1 pada tahun 1266 H / 1850 M.

Masjid tersebut berbentuk persegi, panjang sisinya sekitar 8 meter, dibangun menggunakan batu basal, dicat dengan cat putih dari dalam dan diatapin dengan kubah setinggi 12 meter.

Di sudut barat laut masjid tersebut terdapat menara yang panjangnya 8 meter. Disamping itu masjid Umar Bin Khottob juga memiliki halaman terbuka berbentuk persegi panjang dengan luas 12 x 3 meter ( 36 m2 ).    
                    
"MASJID ALI BIN ABI THALIB & MASJID-MASJID FATH"

MASJID ALI BIN ABI THALIB
Masjid Ali Bin Abi Thalib terletak di sebelah barat laut Masjid Ghamamah sekitar 300 meter. Diriwayatkan bahwa tempat tersebut merupakan salah satu tempat yang digunakan Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam- melaksanakan sholat Ied dan Ali Bin Abi Thalib-radhiyyallahu ‘anhu-menggunakannya untuk sholat Ied setelah beliau  Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam.

Masjid ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di Madinah ( 87 – 93 H / 706 – 712 M ). Masjid ini telah mengalami beberapa kali rekonstruksi ulang, terakhir dilakukan pada tahun 1411 H / 1990 M.

Bangunannya berbentuk persegi panjang, panjangnya dari timur ke barat 31 meter dan lebarnya 22 meter. Bangunannya terdiri sebuah koridor yang diberi atap dengan tujuh buah kubah dengan kubah mihrab sebagai kubah yang paling tinggi. Sisi utara masjid terbuka dengan bentuk persegi panjang dan menara masjid berada di sisi timur.

Jadi dapat dikatakan bahwa dinamakan masjid Ali Bin Abi Thalib, dikarenakan beliau, Ali Bin Abi Thalib menggunakan masjid tersebut untuk sholat Ied sebagaimana juga telah digunakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam.

MASJID – MASJID FATH
Di sisi barat dari gunung Sal’a terdapat 6 buah masjid kecil yang saling berdekatan yang dibangun pada beberapa masa yang berbeda.  Sebagian menyebutkan dalam beberapa buku sejarah kuno Madinah Al-Munawwaroh dengan nama masjid-masjid Fath dan akhir – akhir ini dikenal dengan nama MASJID SAB’AH ( Masjid Tujuh ).

Masjid yang paling terkenal diantara masjid-masjid ini adalah masjid Fath. Masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan Umar Bin Abdul Aziz di kota Madinah tahun 87 – 93 H / 706 – 712 M. 

Diriwayatkan bahwa masjid ini dibangun di tempat didirikannya kemah Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam-_ketika berlangsungnya perang Khandaq ( peperangan parit ). Dan _Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam berdoa di tempat ini selama tiga hari agar dapat mengalahkan pihak musuh. Dan Alhamdulillah doa Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam dikabulkan yaitu kaum muslimin memperoleh kemenangan.

Masjid-masjid yang lainnya terletak beberapa meter darinya dan diberi nama MASJID SALMAN, dinisbatkan kepada Salman Al-Farisi yang mengusulkan dibuatnya parit , terletak di kaki gunung.

Selanjutnya Masjid Abu Bakar As-Shiddiq, Masjid Umar Bin Khottob,Masjid Ali Bin Abi Thalib, Masjid Fatimah atau Sa’ad Bin Muaz-radhiyallahu –‘anhu ajma'in. Seluruh masjid-masjid ini berukuran kecil dan tidak memiliki menara maupun kubah.

Masjid Abu Bakar As-Shiddiq telah dimusnahkan pada beberapa tahun terakhir dan pada tahun 1428 H, kementerian Agama Islam Kerajaan Arab Saudi membangun sebuah masjid besar di dekat masjid-masjid kecil tersebut yang diberi nama dengan MASJID KHANDAQ.        
                
“ SAQIFAH BANI SA’IDAH “

Saqifah ( Aula ) Bani Sa’idah terletak di sisi barat laut masjid Nabawy. Tepatnya di perkampungan Bani Sa’idah dari kabilah Khazraj yang merupakan kaum Anshar sekaligus kabilah dari seorang sahabat Nabi yang bernama Sa’ad Bin Ubadah-radhiyallahu anhu-.

Dahulu bangunan tersebut berbentuk persegi panjang beratap, mempunyai dinding di tiga sisinya, sedang sisi ke empat terbuka. 
Tempat ini ( Saqifah Bani Sa’idah terkenal dikarenakan para sahabat Nabi berkumpul disana setelah meninggalnya  Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam dan melantik Abu Bakar As-Shiddiq-radhiyallahu anhu menjadi kholifah. Dan setelah itu aula tersebut beralih menjadi sebuah bangunan dan bentuknya berubah – ubah seiring dengan berlalunya zaman.

Terakhir, ia ( Saqifah ) dialihkan menjadi kebun yang berbatasan dengan pagar bagian barat masjid Nabawy pada perluasan yang terakhir.

Juruf 
Juruf merupakan sebuah tempat yang terletak di bagian barat laut kota Madinah Al-Munawwaroh yang berjarak sekitar 7 Km dari masjid Nabawy dan dilintasi oleh lembah Aqiq. 

Sekarang ia ( Juruf ) merupakan salah satu perkampungan di Madinah. Terdapat beberapa hadits dan atsar yang menyebutkan Juruf di dalamnya. Di Juruf, Usamah Bin Zaid-radhiyallahu anhu bersama pasukannya berkumpul ketika  Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam – memerintahkannya ke negeri Syam untuk berperang melawan pasukan Romawi.

Di rawa Juruf, dajjal mendirikan kemahnya ketika malaikat mencegahnya masuk ke kota Madinah, sebagaimana yang diriwayatkan 
oleh Imam Muslim dalam shahih-nya. 

ثُمَّ يَأْتِي الْمَدِينَةَ، فَيَجِدُ بِكُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَكًا مُصْلِتًا، فَيَأْتِي سَبْخَةَ الْجَرْفِ فَيَضْرِبُ رُوَاقَهُ، ثُمَّ تَرْجُفُ الْمَدِينَةُ ثَلَاثَ رَجَفَاتٍ، فَلَا يَبْقَى مُنَافِقٌ وَلَا مُنَافِقَةٌ، وَلَا فَاسِقٌ وَلَا فَاسِقَةٌ، إِلَّا خَرَجَ إِلَيْهِ

“Ad-Dajjal akan medatangi madinah dan mendapati malaikat penjaga disetiap pintunya kemudian ia mendatangi sebuah tempat dekat Madinah (aljuruf) dan mendirikan kemah, kemudian Madinah akan berguncang tiga kali,  dan tidaklah tersisa setiap orang munafiq dan fasik melainkan akan keluar (dari Madinah) menuju ke arahnya.”

Hamra’ul Asad Merupakan sebuah tempat yang berlokasi di sebelah barat daya kota Madinah, berjarak 16 Km dari masjid Nabawy dan terletak di ujung Gunung “Aiir, antara keduanya dipisahkan oleh lembah Aqiq.
Hamra’ul Asad terkenal di beberapa peristiwa peperangan Uhud. Salah satunya ketika Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam berjalan keluar di belakang orang – orang musyrik dan beliau berkemah selama 3 hari di sana.

Ghabah ( Hutan ) Merupakan daratan rendah di bagian utara Madinah. Kaya akan air yang bermuara dari mata air dan lembah. Ghabah meliputi daerah ‘Uyun, Kholil dan daerah daratan rendah sekitarnya. 
Dinamakan Ghabah karena terdapat banyak pepohonan dan merupakan daerah tua.
Di tempat inilah ( Ghabah ) hewan ternak milik Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam dirampas ketika tempat tersebut diserang oleh Uyaynah Bin Hisn Al-Fazari dengan menggunakan kuda dari daerah Ghatafan pada tahun ke – 6 Hijjriah. Namun mereka dapat dikejar oleh pasukan muslimin yang mampu merebut kembali ternak tersebut dari mereka ( dari Uyaynah ) . Maka peperangan tersebut dinamakan perang ghabah atau perang Dzi Qarad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar