Sabtu, 24 September 2022

DARI PANDU MENJADI JURNALIS (BAGIAN IX)

Pawai Drumband Al Irsyad Surabaya dalam acara Kongres Kepanduan Islam di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1950. Naufal Bahalwan (tanda panah) tiup suling.

Naufal Bahalwan, Kader Pandu

Sebenarnya keberadaan pramuka di lingkungan Al-Irsyad Surabaya telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak masih bernama Pandu. Dan salah satu tokoh yang tidak bisa kita lupakan adalah bapak Abdul Kadir Banaimun. Karena beliaulah yang meletakkan dasar-dasar pendidikan kepanduan di Al-Irsyad Surabaya. Barulah pada tanggal 14 Agustus 1961, seiring dengan dibubarkannya kepanduan oleh Presiden Soekarno dan diganti dengan Pramuka, maka Pramuka Al-Irsyad Surabaya secara resmi berdiri.

Kemudian pada tahun 1963 dibentuklah Korps Musik yang waktu itu bernama Genderang Suling Pramuka Al-Irsyad Surabaya, yang menjadi cikal bakal keberadaan Drumband di Al-Irsyad Surabaya. Seperti yang pernah penulis ketahui, bahwa saudaranya, Naufal Bahalwan atau biasa dipanggil Om Pak dalam lingkungan keluarga, juga aktif di Pandu dan Drumband Al-Irsyad Surabaya. Pada saat itu Naufal Bahalwan bertugas memegang Seruling Bambu yang menjadi identitas khusus dari Drumband Al-Irsyad Surabaya.

Kemudian pada tahun 1965 ketika terjadi peristiwa G-30 S/PKI, maka praktis seluruh kegiatan Pramuka dan Drumband di Al-Irsyad Surabaya mengalami pemberhentian. Hal ini berlangsung sampai tahun 1969 ketika diadakannya PON VII di Surabaya, dimana Drumband Pramuka Al-Irsyad Surabaya kembali tampil untuk mengawal api dan bendera PON yang memasuki Surabaya.

Pada kesempatan lain, pada saat berlangsungnya Muktamar Al-Irsyad ke-35 di Surabaya, tepatnya bulan Desember 1990, Naufal Bahalwan ditunjuk menjadi panitia Muktamar. Karena posisi beliau sebagai jurnalis di Harian “POS KOTA”, maka dalam kepanitiaan Muktamar beliau ditunjuk sebagai koordinator liputan. Salah satu tugasnya adalah mengoordinasi berbagai liputan baik untuk media cetak maupun media elektronik. Sedangkan kala itu penulis menjadi panitia di bagian kesekretariatan. Banyak pelajaran yang dapat penulis ambil, salah satunya adalah bagaimana menyinergikan dan mengakomodasikan berbagai kegiatan dalam Muktamar agar dapat berjalan dengan lancar.

Demikian sekilas tampilan Drumband Al-Irsyad Surabaya, walaupun masih banyak kiprah Drumband di berbagai kesempatan. Hal ini menunjukkan bahwasanya di era itu keberadaan Drumband Al-Irsyad sangat membanggakan. Karena dari Drumband banyak pelajaran kehidupan yang dapat diambil.

Semoga tulisan ini mampu menjadikan bahan renungan diantara kita, bahwa untuk sebuah kesuksesan perlu perjuangan, kedisiplinan dan masih banyak lagi nilai-nilai yang harus dipraktikkan dalam perjalanan kehidupan.

Ditulis oleh: Washil Bahalwan 

ALBUM KENANGAN KONGRES / MUKTAMAR PANDU TAHUN 1955




Tidak ada komentar:

Posting Komentar