Jumat, 12 Agustus 2022

PRESTASI GUDEP 77 PRAMUKA AL-IRSYAD SURABAYA (BAGIAN I)

Kereta Api Gaya Baru Mengantarkan Drumband Pramuka Gudep 77 ke Monas

Foto Bersama usai pawai HUT Pramuka 14 Agustus 1974 di Monas

Ketika penulis pergi ke toko Duta Ilmu, Jl. Panggung No.119 Surabaya, Rabu, 3 Agustus 2022, bertemulah dengan salah satu anggota Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad tempo dulu. Namanya Fauzi Bin Mahfud. Dari obrolan santai, yang juga ditemani oleh Abdillah Bahanan (pemilik usaha), kami bercerita tentang Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya . Kami saling mengenang berbagai kegiatan Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya, termasuk momen-momen mengikuti kejuaraan Jambore tingkat kotamadya Surabaya pada April 1974. Kegiatan ini diadakan di lapangan Bumimoro Surabaya. Banyak cerita yang dapat dijadikan pelajaran setelah sekian puluh tahun berlalu. Bagi kami bertiga, pencapaian kami saat ini disamping karena rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan doa dari orang tua, juga berkat gemblengan dari Pramuka GudAep 77 Al-Irsyad Surabaya.

“Pramuka mengajarkan banyak hal, diantaranya tentang kemandirian, tanggung jawab, kepemimpinan dan masih banyak lainnya. Dan di era sekarang, banyak cara yang dapat digunakan untuk mengajarkan kepemimpinan (leadership), salah satunya melalui Base Camp Training dari pramuka. Indikator dari leadership adalah munculnya generasi yang dapat mengolah berbagai potensi menjadi keunggulan yang maksimal. Generasi yang kreatif akan mampu menangkap kesempatan (peluang) di era digitalisasi”, kata kak Fauzi Bin Mahfud, yang sekarang tinggal di Banjar Baru Kalimantan Selatan.

Selain itu, pramuka juga membentuk pribadi bermental kuat dan tangguh, melatih jiwa kreatif serta pantang menyerah. “Bahkan, pengalaman saya ketika mau kenaikan tingkat, perlu perjuangan panjang untuk menyiapkannya”, kata Kak Fauzi. Bagi anggota pramuka, untuk kenaikan tingkat harus melewati beberapa ujian yang terangkum dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU). SKU merupakan syarat kecakapan yang wajib dimiliki oleh setiap anggota pramuka sebagai prasyarat untuk mendapatkan Tanda Kecakapan Umum (TKU). “SKU disusun menurut golongan usia anggota pramuka, mulai dari Golongan Siaga, Golongan Penggalang, Golongan Penegak dan Golongan Pandega”, kata Abdillah Bahanan, yang sehari-hari lebih familiar dengan sebutan Bang Dillah. Bang Dillah, saat ini terbilang sukses dalam menjalankan usahanya.

Setelah banyak mendengar cerita yang disampaikan oleh kak Fauzi Bin Mahfud dan Abdillah Bahanan, ternyata ada kesamaan tujuan diantara kami bertiga, yaitu mengabadikan salah satu momen kegiatan Drumband Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya menjadi sebuah tulisan. Keinginan ini semakin kuat sebab saudara penulis yang bernama Aufa Bahalwan, yang ternyata masih menyimpan dokumen berupa tulisan yang tersimpan 48 tahun yang lalu, ketika dia mengikuti pawai HUT Pramuka tingkat nasional tahun 1974 di Jakarta.

Berikut ini penulis coba menuturkan kembali dengan bahasa bebas, tetapi tidak mengurangi arti dari dokumen Aufa, demikian nama panggilannya yang sekarang bertempat tinggal di Jakarta.

Drumband Pramuka Gudep 77 Al Irsyad Surabaya Pawai di Monas
Drum major : Farhad Baisa 

Pada tanggal 10 Agustus 1974 pukul 17.30 berangkatlah rombongan Pramuka Jawa Timur, diantaranya kira-kira 50 orang dari Al-Irsyad Surabaya dengan menumpang Kereta Api Gaya Baru Malam dari Surabaya menuju Jakarta.

Begitu sampai di Jakarta, 11 Agustus 1974 pukul 13.00, rombongan Drumband Pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya di jemput oleh dua AUTO GAZ. Mobil truk ABRI yang biasa dipakai perjalanan tentara, dimana atapnya menggunakan terpal dengan bangkunya yang panjang, serta posisi duduk di samping kanan-kiri. Dahulu mobil itu dinamai mobil gaz. Selanjutnya rombongan dibawa ke sekolah Al-Irsyad, di Jl. KH Hasyim Asy’ari (dulu katanya Jl. Kemakmuran) Jakarta. Sesampainya disana, rombongan dipersilakan duduk di bangku sekolah.

Pengarahan oleh Kakak Pembina Abdul Aziz Allan saat tiba di sekolah Al Irsyad, Jl. KHM. Hasyim Asy'ari Jakarta, tanggal 11 Agustus 1974

Beberapa saat kemudian, rombongan diberi minuman teh satu persatu. Karena rasa haus yang sangat, maka teh tersebut segera diminum bersama. Hanya saja, rasa teh Surabaya dan Jakarta agak berbeda, Teh Surabaya manis rasanya, sedangkan teh Jakarta tanpa gula. Setelah itu rombongan diberi makan dan dipersilahkan istirahat.

Pada hari berikutnya, saat malam hari, rombongan diajak jalan-jalan berkeliling ibu kota RI. Cahaya lampu gemerlapan disana-sini, banyak mobil yang mondar-mandir dengan laju yang kencang serta gedung bertingkat yang mengelilingi sepanjang jalan. Maklum, karena baru kali ini rombongan pergi bersama ke Jakarta dan jalan-jalan di sekitar Monas.

Acara pawai Hari Ulang Tahun ( HUT ) Pramuka dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 1974 pukul 15.00 di Monas. Suasana pawai sangat meriah.

Malam harinya, selesai acara pawai, kami jalan-jalan ke Monas lagi. Sambil rileks, melihat pemandangan air mancur yang menari-nari dengan diiringi lagu-lagu. Tanggal 15 Agustus pagi, Aufa bersama Abdul Aziez Bahalwan diajak oleh Moch Bahalwan (keponakan Aufa Bahalwan yang tinggal di Jakarta) jalan-jalan di sekitar Semanggi naik mobil VW kodok.

Sore harinya sekitar pukul 16.30, rombongan meninggalkan kota Jakarta. Ketika sampai di Cirebon malam hari, kami turun sebentar untuk membeli dodol Garut di stasiun. Esok harinya, kira-kira pukul 1 siang, sampailah di Surabaya. Kemudian rombongan diantarkan naik PRAHOTO untuk menuju ke sekolah Al Irsyad, Danakarya Surabaya.

Menurut Aufa, pramuka berperan dalam melatih disiplin dan mental yang kuat. Misalnya, ketika kemah di Polaman, Lawang, Malang. Saat anggota pramuka sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba pukul 1 malam dibangunkan dan disuruh berendam di kolam.

Kenangan Tropokal Markas Bersejarah Drumband Pramuka Gudep 77 Al Irsyad Surabaya. Tropokal ini adalah ruang bersejarah bagi perjalanan Drumband pramuka Al irsyad Surabaya.
Aufa Bahalwan (duduk di sepeda  motor - baju putih). Ustad Salim Makarim (pakai jas), Abdul Aziz Allan (2 dari kanan), Fauzi bin Machfud (Tiga dari kiri - baju hijau).

Dari cerita kak Fauzi Bin bahfud, Abdillah Bahanan dan Aufa Bahalwan, dapat disimpulkan bahwa pramuka merupakan sarana membentuk karakter mandiri, disiplin, ulet, tangguh, pantang menyerah dalam berbagai keadaan, serta sarana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Untuk itu penulis menyarankan kegiatan pramuka di sekolah sebaiknya tetap diadakan. Tentunya, tetap perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi dan perkembangan zaman. Kita perlu generasi yang ulet, kreatif, siap menghadapi tantangan. Dan hal itu dapat diperoleh, salah satunya melalui kegiatan pramuka. Pramuka tidak boleh lapuk karena zaman, melainkan disesuaikan dengan perkembangan zaman agar tetap relevan untuk melahirkan generasi yang hebat dan berkarakter. Semoga.

Ditulis oleh : Washil Bahalwan


Silaturahim penulis dengan dua narasumber di toko buku Duta Ilmu, Jl. Panggung no. 119 Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar