Selasa, 22 Desember 2020

“ Nilai Juang Ahmad Surkati “

 Oleh : H. Hussein Abdullah Badjerei

Sejak tahun 1914 melalui sekolah Al-Irsyad dan pergerakannya, Ahmad Surkati dengan gigih mengembangkan pelajaran agama islam dengan pijakan dasar yang benar menurut tuntunan Kitabullah dan Sunnah Rasul, meski hambatan tidak sedikit dengan berlakunya Ordonansi 1905 dari Pemerintah Hindia Belanda.

            Ahmad Surkati yang memahami sepenuhnya re-orientasi politik Pemerintah Belanda untuk jajahannya di Hindia Belanda ( baca : Indonesia ) ini dengan melaksanakan Etische Politik. Memanfaatkan kebijakan Belanda yang tidak menekan perkembangan agama Islam sebagai agama dan lewat Het Kantoor voor Indiandsche Zaken dengan sengit mengoreksi setiap penyimpangan yang dilakukan oleh pelaksana Pemerintahan di Hindia Belanda seperti Ordonansi Guru yang amat menghambat itu. Sikap berani dan terus terang Surkati menimbulkan respek dari pejabat Belanda seperti yang diperlihatkan oleh Van der Plas dan pejabat terakhir kantor itu Dr.Piper sebagaimana ditulis dalam bukunya Sejarah Islam Indonesia 1900 – 1950 yang diterjemahkan oleh Prof. Dr.Tujimah dan Drs.Yessy Augusdin terbitan UI Press Jakarta 1984. Oleh para orientalis tokoh Ahmad Surkati dan Al-Irsyad sampai dewasa ini masih menjadi bahasan ilmiah di hampir semua perguruan tinggi terkemuka di mancanegara dan ditulis oleh para sarjana orientalis terkemuka dari mancanegara yang tentunya sudah dibaca oleh para pejabat tinggi Pemerintah RI.

            Sebagaimana Budi Utomo yang melawan Westernisasi Hindia Belanda ( baca : Indonesia ) lewat Program Budaya Jawa agar cendekiawan Indonesia terutama yang belajar di Belanda tidak menjadi Belanda dan sadar akan dan tumbuh dengan baik semangat kebangsaannya. Surkati melawan dengan program kampanye secara intensif Al MUSAWA MENURUT AJARAN ISLAM,egalitarian,kesamarataan antar anak bangsa yang telah menimbulkan hiruk pikuk di Indonesia dan gaungnya terdengar dan berpengaruh ke berbagai penjuru dunia dan yang telah berhasil mengikis feodalisme yang sempit dan lambat laun mengikis stratifikasi sosial di tanah Jawa khususnya dan memberi rasa harga diri kepada anak bangsa yang terlah dinyatakan oleh beberapa pemimpin terkemuka bangsa seperti Bung Karno, Mr.Kasman Singodimejo,Bapak Sucipto SH. Dan lain-lain dengan kesimpulan tunggal bahwa pikiran itu telah ikut mempercepat lahirnya Perang Kemerdekaan melawan penjajahan.

Atas dasar itu maka sudah cukup patut apabila Ahmad Surkati diakui sebagai Pahlawan nasional. Douwes Dekker memperoleh gelar itu,mengapa Ahmad Surkati tidak ? Kalau rekan-rekannya sudah memperolehnya,yaitu Ahmad Dahlan,Haji Oemar Said Tjokroaminoto, KH.Hasyim Asy’ari,tentunya Ahmad Surkati pun layak memperolehnya. Semoga.      

Artikel ini telah dimuat di Majalah Info Al-Irsyad Surabaya Edisi 69 Tahun ke 7, Juni 2004 M.


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar