Oleh : Washil Bahalwan
Warga Surabaya tentunya tidak asing lagi dengan
salah satu monumen sejarah yang menggambarkan semangat heroisme arek-arek
Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaannya. Monumen dimaksud adalah Tugu
Pahlawan dan Kebonrojo.
Untuk itu pada edisi ini, kami mengangkat
seputar Tugu Pahlawan dan Kebonrojo. Sebagai rujukan kami adalah dokumen
pribadi berupa kliping yang tersimpan 16 tahun silam, koleksi dari Umar Salim
Nabhan yang telah dimuat di Radar Surabaya, edisi Minggu 27 Januari 2002. Juga
tambahan informasi dari berbagai pihak, menambah kelengkapan dokumen kami. Dan
berikut ini ulasan selengkapnya.
Tugu Pahlawan menjadi monumen yang sering
menjadi jujugan para wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Karena di
komplek Tugu Pahlawan kita sekaligus dapat melihat beberapa hal menarik lainnya
yang ada di sana seperti museum, patung pahlawan dan benda bersejarah lain.
Selain itu ada beberapa fakta lain yang tidak semua orang ketahui tentang Tugu
Pahlawan, berikut ini beberapa fakta tersebut:
Bangunan Tugu Pahlawan
ternyata memiliki makna tersendiri
Komplek Tugu Pahlawan menempati area seluas 1,3
hektar. Tugu Pahlawan yang memiliki tinggi 41,15 meter ini ternyata berbentuk
lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan
sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas.
Tinggi, ruas dan lengkungan mengandung makna
tanggal 10, bulan 11, dan tahun 1945. Yaitu waktu terjadi peristiwa bersejarah
bukan hanya bagi arek Suroboyo, akan tetapi juga bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tugu Pahlawan adalah salah satu monumen yang
dibangun untuk mengenang perjuangan arek-arek Suroboyo. Tugu yang terletak di Jl.
Pahlawan (Pasar Besar). Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap
tanggal 10 November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan
yang gugur dalam perang kemerdekaan.
Selain Tugu, Fasilitas ini
dapat Anda nikmati sebagai pengetahuan baru tentang Surabaya
Ketika kita masuk di komplek Tugu Pahlawan ada
beberapa tempat yang dapat dijadikan penambah wawasan keilmuan. Seperti dalam
setiap pilar Anda akan disambut dengan berbagai macam kalimat sebagai pengobar
semangat misalnya “Merdeka ataoe Mati!” dan “Once & Forever The Indonesia
Republic” dan banyak lagi kalimat pembangkit semangat patriotisme lainnya.
Selain pilar pengobar semangat terdapat
beberapa patung pahlawan yang berada di sebelah kiri Tugu Pahlawan sebelum
masuk ke dalam museum. Patung pahlawan tersebut adalah beberapa tokoh penting
di Surabaya seperti Gubernur Suryo, Doel Arnowo, Bung Tomo.
Selain patung pahlawan, di beberapa sisi
kompleks terdapat koleksi senjata seperti Mortir 22 mm yang merupakan rampasan
dari Tentara Sekutu pada masa pertempuran 10 November 1945. Ada pula Meriam PSU
40 mm buatan Swedia yang juga merupakan rampasan dari Tentara Sekutu.
Masih pada sisi yang sama, yaitu sisi kiri dari
pintu masuk, pengunjung juga dapat melihat mobil bernomor polisi N 1708 A milik
Bung Tomo dengan merek Opel Kapitan buatan Jerman yang sengaja diparkirkan di
dalam kompleks ini.
Satu lagi fasilitas yang ada di Tugu Pahlawan
yaitu museum yang berada di bawah tanah sedalam 7 meter. Museum tersebut terdiri
dari dua lantai yang difungsikan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang
berjuang di Surabaya.
Di museum ini terdapat foto-foto perjuangan,
diorama serta barang-barang yang terkait dengan zaman perjuangan dahulu. Museum
ini diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Makam pahlawan tak dikenal
Makam pahlawan tak dikenal ini merupakan salah
satu isi dari kompleks Tugu Pahlawan. Konon, dalam kompleks ini terdapat makam
pejuang yang gugur saat petempuran namun tak diketahui dengan pasti siapa
sehingga dibuatlah pusara untuk mengenang pejuang ini. Ketika memasuki kompleks
lewat pintu utama, makam ini dapat ditemukan di balik Tugu Pahlawan.
Berdiri di bekas Gedung
Peradilan
Tugu Pahlawan berdiri di bekas reruntuhan
Gedung Kenpeitai zaman Jepang yang sebelumnya berdiri Gedung Raad van Justitie
(Gedung Peradilan) pada zaman Nederlands Indie. (Seperti dalam gambar 1 yang
diambil tahun 1901).
Dahulu, Gedung Kenpeitai yang merupakan markas
polisi Jepang yang dijadikan tempat penahanan pejuang. Pada masa itu, gedung
Raad Van Justitie sangat ditakuti masyarakat, karena dipakai penyiksaan.
Termasuk menjadi saksi penderitaan para pejuang yang disiksa oleh Jepang
seperti Ir. Darmawan, seorang tokoh ludruk Durasim. Sehingga dapat dipastikan
siapa saja yang dimasukkan ke sana, konon tidak pernah kembali ke keluarganya
(alias mati).
Namun gedung Raad Van Justitie ini hancur waktu
pecah pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan serdadu Inggris tahun 1945.
Mulai tahun 1951, di bekas gedung yang tinggal puing-puingnya itu dibangun
monumen peringatan kepahlawanan arek-arek Suroboyo (gambar 2). Pembangunan
monumen diarsiteki Ir.Sundjasmono. Tugu Pahlawan diresmikan penggunaannya oleh
Presiden Soekarno pada tahun 1952.
Tampak pemandangan Tugu Pahlawan sebelum
direnovasi tahun 1990-an yang luas, bersih dan indah dengan background kantor
Gubernur Jatim. Terlihat sebuah POM bensin di dekatnya yang waktu itu harganya
cuma 4 sen per liter. Sayang usai dipugar pada 1990-an, Tugu Pahlawan justru
kehilangan “kebesarannya”. Tembok-tembok beton yang melingkupi Tugu Pahlawan
menutupi kebesaran itu, seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Pada hari tertentu ada parade
dan pertunjukkan mengenang perjuangan para Pahlawan
Pertunjukkan Surabaya Membara yaitu sebuah
pertunjukkan yang menampilkan perjuangan arek-arek Suroboyo pada saat
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertunjukkan diadakan sekali setahun.
Penonton sangat banyak sehingga dapat dipastikan jalan di sekitar Tugu Pahlawan
ditutup dan sangat padat.
Mengunjungi Tugu Pahlawan tak hanya memberikan
ilmu dan wawasan baru tentang sejarah namun juga menjadi bukti bahwa
pertempuran 10 November benar-benar terjadi. Semangat tanpa henti berjuang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari musuh adalah salah satu hal dari
sekian banyak hal yang bisa kita ambil dari monumen ini.
Semoga informasi tentang Tugu Pahlawan dapat
menambah wawasan serta membangkitkan nasionalisme.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya
dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar