Rabu, 04 Maret 2020

SOERABAIA TEMPO DOELOE “HOTEL LEGENDARIS“


Oleh : Washil Bahalwan


Mendapat predikat sebagai kota pelabuhan terbesar setelah Batavia (Jakarta), menyebabkan Surabaya sejak dahulu memiliki banyak penginapan, terutama hotel. Banyak pertimbangan yang dilakukan oleh tamu untuk menginap. Selain harga, fasilitas yang tersedia, termasuk juga nilai historis dari penginapan tersebut. Untuk itu seperti pada edisi sebelumnya, pada edisi ketiga ini kami akan mengulas beberapa hotel legendaris Surabaya tempo doeloe.

Sebagai dasar tulisan ini adalah dokumen pribadi penulis berupa kliping yang disimpan 16 tahun yang lalu (dari harian Radar, Minggu 17 Februari 2002), serta hasil investigasi sederhana dan cerita-cerita dari para senior sesuai dengan peran yang dilakoni.

Untuk mendapatkan gambaran beberapa hotel legendaris di Surabaya tempo doeloe, berikut ini ulasan selengkapnya.

 

Hotel Sarkies dan Soerabaia Hotel

Seperti berita yang diangkat oleh Radar Surabaya, Minggu 17 Februari 2002, koleksi dari Umar Salim Nabhan, dikatakan bahwa ada beberapa hotel legendaris di Surabaya tempo doeloe yaitu: Soerabaia Hotel, Hotel Sarkies, Simpang Hotel, Hotel Brantas, Hotel Pension Klopper dan Hotel Mojopahit.
Nama Sarkies, diambil dari nama empat saudara kandung keturunan etnis Armenia, yang terkenal karena membuat jaringan hotel dan tersebar di Asia Tenggara. Keempat saudara tersebut adalah: Martin Sarkies (1852–1912), Tigran Sarkies (1861–1912), Aviet Sarkies (1862–1923), Arshak Sarkies (1868–1931). Mereka berempat lahir di Isfahan Iran.

Tigran adalah orang pertama dari keluarga Sarkies yang terjun ke dunia perhotelan. Tigran membangun hotel di Penang Malaysia tahun 1884 saat ia berumur 23 tahun. Setelah ia melihat bahwa bisnis tersebut lebih baik daripada usaha lelangnya yang tidak terlalu berkembang. Setelah mengambil alih sewa rumah komplek besar di 1A Light Street, ia menamakannya Eastern Hotel dan pada 15 April 1884 dan mengumumkan bahwa hotel itu telah siap menerima tamu.

Sepupu lainnya yang bernama Lucas Martin Sarkies (1876) dan saudaranya John pada 1910 mendirikan Hotel Majapahit (nama lamanya: Hotel Oranje) di Surabaya, termasuk Hotel Sarkies. Serta Hotel Kartika Wijaya di Batu Malang Indonesia yang awalnya berfungsi sebagai vila peristirahatan untuk keluarga Sarkies, namun kemudian diubah menjadi hotel pula.

Sebagai orang yang ahli dalam perhotelan, maka Hotel Sarkies di Surabaya, tepatnya di jalan Embong Malang Surabaya dibuat sedemikian rupa, sehingga membuat tamu puas dan ketika berkunjung ke Surabaya, diharapkan Hotel Sarkies menjadi tujuan untuk menginap. Hotel Sarkies didirikan sekitar tahun 1925. Pada halaman depan hotel, ditanami sejumlah tanaman palem. Sehingga kelihatan indah dan sejuk serta apabila ada angin, udaranya serasa segar. Namun sangat disayangkan kini jejak hotel Sarkies sebagai salah satu pioner hotel sudah tiada dan berganti dengan komplek pertokoan SOGO.

Sebagai salah satu hotel terbaik di pusat kota pada saat itu, ada beberapa hal yang membuat tamu merasa nyaman, kerasan ketika bermalam di Sarkies Hotel dan Soerabaia Hotel yaitu:
Hotel Sarkies memiliki ruang makan yang sangat besar dan indah dengan lampu gantungnya. Terdapat sekitar 50 meja makan dengan masing-masing 5 kursi (250 orang) bisa ditampung dalam ruangan yang mewah itu. Interior ruang makan Hotel Sarkies hampir sama jika kita menengok salah satu ruang di Hotel Mojopahit yang kini sering dipakai sebagai ruang pertemuan.

Soerabaia Hotel letaknya persis di tepian Kalimas Surabaya. Sungai yang cukup terkenal dan ramai, karena menjadi lalu lintas perdagangan antar pulau untuk bongkar muat barang. Dan itu merupakan pemandangan yang menyenangkan bagi tamu. Untuk masuk ke hotel, para tamu tidak hanya melalui jalan tapi juga bisa melewati sungai dengan perahu-perahu kayu yang waktu itu bisa masuk dari perak sampai ke dalam kota..

Pada halaman depan Soerabaia Hotel, nampak dengan jelas tiang dan bendera Belanda yang menunjukkan status hotel itu termasuk hotel mewah dan terkenal pada saat itu. Sehingga ada kepuasan dan kebanggaan sendiri dapat bermalam di hotel tersebut.

Saat itu beberapa manajemen hotel termasuk Sarkies, sudah aktif melakukan penawaran/marketing melalui media cetak lengkap dengan tarif kamar dan fasilitas yang tersedia.

Demikian sekilas Hotel Sarkies dan Soerabaia Hotel, sebagai salah satu hotel legendaris yang seharusnya jejaknya sampai saat ini masih bisa disaksikan oleh para muda warga kota Surabaya khususnya, maupun warga Indonesia umumnya. Oleh karena itu sebagai pemerhati sosial, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, yaitu:

Kepada Pemerintah Kota, jangan begitu gampang memberikan ijin kepada pengembang, pemodal, manakala membeli bangunan yang ternyata memiliki nilai sejarah untuk mengubah fungsi bangunan tersebut. Pemerintah Kota harus berpedoman kepada pengembangan tata ruang yang telah disepakati antara DPRD dan Pemerintah Kota dalam Rencana Tata Ruang/Wilayah.

Warga masyarakat harus pro aktif, mengawasi bangunan cagar budaya dan segera melaporkan kepada pihak berwajib, manakala ada pelanggaran peruntukan ruang/wilayah. Kepada pengembang, pemodal, jangan hanya mengejar keuntungan dengan mengesampingkan nilai-nilai historis suatu bangunan.

Semoga, kita pandai menjaga dan melestarikan warisan leluhur yang sekarang mulai tergerus dengan arus modernisasi.

*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.

*Tulisan ini juga dimuat di suaramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar