Oleh : Washil Bahalwan
Mendapat predikat
sebagai kota pelabuhan terbesar setelah Batavia (Jakarta), menyebabkan Surabaya
sejak dahulu memiliki banyak penginapan, terutama hotel. Banyak pertimbangan
yang dilakukan oleh tamu untuk menginap. Selain harga, fasilitas yang tersedia,
termasuk juga nilai historis dari penginapan tersebut. Untuk itu seperti pada
edisi sebelumnya, pada edisi ketiga ini kami akan mengulas beberapa hotel
legendaris Surabaya tempo doeloe.
Sebagai dasar tulisan
ini adalah dokumen pribadi penulis berupa kliping yang disimpan 16 tahun yang
lalu (dari harian Radar, Minggu 17 Februari 2002), serta hasil investigasi
sederhana dan cerita-cerita dari para senior sesuai dengan peran yang dilakoni.
Untuk mendapatkan gambaran beberapa hotel
legendaris di Surabaya tempo doeloe, berikut ini ulasan selengkapnya.
Hotel
Sarkies dan Soerabaia Hotel
Seperti berita yang diangkat oleh Radar
Surabaya, Minggu 17 Februari 2002, koleksi dari Umar Salim Nabhan, dikatakan
bahwa ada beberapa hotel legendaris di Surabaya tempo doeloe yaitu: Soerabaia
Hotel, Hotel Sarkies, Simpang Hotel, Hotel Brantas, Hotel Pension Klopper dan
Hotel Mojopahit.
Nama Sarkies, diambil dari nama empat saudara
kandung keturunan etnis Armenia, yang terkenal karena membuat jaringan hotel
dan tersebar di Asia Tenggara. Keempat saudara tersebut adalah: Martin Sarkies
(1852–1912), Tigran Sarkies (1861–1912), Aviet Sarkies (1862–1923), Arshak
Sarkies (1868–1931). Mereka berempat lahir di Isfahan Iran.
Tigran adalah orang
pertama dari keluarga Sarkies yang terjun ke dunia perhotelan. Tigran membangun
hotel di Penang Malaysia tahun 1884 saat ia berumur 23 tahun. Setelah ia
melihat bahwa bisnis tersebut lebih baik daripada usaha lelangnya yang tidak terlalu
berkembang. Setelah mengambil alih sewa rumah komplek besar di 1A Light Street,
ia menamakannya Eastern Hotel dan pada 15 April 1884 dan mengumumkan bahwa
hotel itu telah siap menerima tamu.
Sepupu lainnya yang
bernama Lucas Martin Sarkies (1876) dan saudaranya John pada 1910 mendirikan
Hotel Majapahit (nama lamanya: Hotel Oranje) di Surabaya, termasuk Hotel
Sarkies. Serta Hotel Kartika Wijaya di Batu Malang Indonesia yang awalnya
berfungsi sebagai vila peristirahatan untuk keluarga Sarkies, namun kemudian
diubah menjadi hotel pula.
Sebagai orang yang ahli dalam perhotelan, maka Hotel Sarkies
di Surabaya, tepatnya di jalan Embong Malang Surabaya dibuat sedemikian rupa,
sehingga membuat tamu puas dan ketika berkunjung ke Surabaya, diharapkan Hotel
Sarkies menjadi tujuan untuk menginap. Hotel Sarkies didirikan sekitar tahun
1925. Pada halaman depan hotel, ditanami sejumlah tanaman palem. Sehingga
kelihatan indah dan sejuk serta apabila ada angin, udaranya serasa segar. Namun
sangat disayangkan kini jejak hotel Sarkies sebagai salah satu pioner hotel
sudah tiada dan berganti dengan komplek pertokoan SOGO.
Sebagai salah satu
hotel terbaik di pusat kota pada saat itu, ada beberapa hal yang membuat tamu
merasa nyaman, kerasan ketika bermalam di Sarkies Hotel dan Soerabaia Hotel
yaitu:
Hotel Sarkies memiliki
ruang makan yang sangat besar dan indah dengan lampu gantungnya. Terdapat
sekitar 50 meja makan dengan masing-masing 5 kursi (250 orang) bisa ditampung
dalam ruangan yang mewah itu. Interior ruang makan Hotel Sarkies hampir sama
jika kita menengok salah satu ruang di Hotel Mojopahit yang kini sering dipakai
sebagai ruang pertemuan.
Soerabaia Hotel
letaknya persis di tepian Kalimas Surabaya. Sungai yang cukup terkenal dan
ramai, karena menjadi lalu lintas perdagangan antar pulau untuk bongkar muat
barang. Dan itu merupakan pemandangan yang menyenangkan bagi tamu. Untuk masuk
ke hotel, para tamu tidak hanya melalui jalan tapi juga bisa melewati sungai
dengan perahu-perahu kayu yang waktu itu bisa masuk dari perak sampai ke dalam
kota..
Pada halaman depan
Soerabaia Hotel, nampak dengan jelas tiang dan bendera Belanda yang menunjukkan
status hotel itu termasuk hotel mewah dan terkenal pada saat itu. Sehingga ada
kepuasan dan kebanggaan sendiri dapat bermalam di hotel tersebut.
Saat itu beberapa
manajemen hotel termasuk Sarkies, sudah aktif melakukan penawaran/marketing
melalui media cetak lengkap dengan tarif kamar dan fasilitas yang tersedia.
Demikian sekilas Hotel
Sarkies dan Soerabaia Hotel, sebagai salah satu hotel legendaris yang
seharusnya jejaknya sampai saat ini masih bisa disaksikan oleh para muda warga
kota Surabaya khususnya, maupun warga Indonesia umumnya. Oleh karena itu
sebagai pemerhati sosial, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, yaitu:
Kepada Pemerintah Kota,
jangan begitu gampang memberikan ijin kepada pengembang, pemodal, manakala
membeli bangunan yang ternyata memiliki nilai sejarah untuk mengubah fungsi
bangunan tersebut. Pemerintah Kota harus berpedoman kepada pengembangan tata
ruang yang telah disepakati antara DPRD dan Pemerintah Kota dalam Rencana Tata
Ruang/Wilayah.
Warga masyarakat harus
pro aktif, mengawasi bangunan cagar budaya dan segera melaporkan kepada pihak
berwajib, manakala ada pelanggaran peruntukan ruang/wilayah. Kepada pengembang,
pemodal, jangan hanya mengejar keuntungan dengan mengesampingkan nilai-nilai
historis suatu bangunan.
Semoga, kita pandai
menjaga dan melestarikan warisan leluhur yang sekarang mulai tergerus dengan
arus modernisasi.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Kota Surabaya
dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar