Oleh : Washil Bahalwan
Orang-orang Abbasiyah mengambil alih kekhalifahan dan terus memimpin hingga jatuhnya Bagdad di tangan bangsa Tatar. Sejarah kota Madinah pada masa pemerintahan Abbasiyah terbagi menjadi 3 fase:
Fase keterkaitan dengan orang-orang Abbasiyah
Fase pertama ini berlangsung dari tahun 132 H (749 M) hingga tahun 363 H (974 M). Pada waktu itu kota Madinah hidup dalam berbagai situasi. Artinya terkadang mengalami ketentraman dan kadangkala mengalami gejolak perpolitikan. Perkembangan gerakan ilmiah di Madinah mengalami pasang surut dan sering tidak menentu. Faktor yang sering dominan mempengaruhinya adalah kekuatan negara dan kepribadian serta kebijakan penguasa (Gubernur Madinah).
Kendala mulai muncul pada perjalanan fase pertama ini, yaitu Madinah mulai menerima serangan dari luar. Yang berakibat menyusutnya bangunan-bangunan, dalam tembok yang dibangun oleh Gubernur Ishaq bin Muhammad bin Yusuf tahun 264 H (878 M) untuk melindungi kota Madinah.
Fase keterkaitan dengan orang-orang Fathimiyah
Fase kedua ini, kota Madinah berada di bawah kekuasaan Fathimiyah di Mesir dalam kurun waktu 2 abad; 363-546 H (974-1151 M). Namun hubungan antara para gubernur Madinah dan Fathimiyah tidak harmonis bahkan terkadang tidak mencapai kesetiaan. Sehingga pada fase kedua ini sedikit ada gejolak terutama dalam bidang politik.
Hal itu berakibat pada macetnya pembangunan dan perkembangan ekonomi di antara keduanya. Oleh karena itu pemimpinnya harus menyatukan frekuensi dan gelombang yang sama, sehingga muncul kesamaan cara pandang dalam mengelolah wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
Fase keterkaitan dengan orang-orang Zanki dan Ayyubi
Masa pemerintahan orang-orang Zanki dan Ayyubi berlangsung dari tahun 546 hingga 654 H (1151-1254 M). Kota Madinah secara umum merasakan ketenangan dan kesejahteraan selama masa ini. Sultan Nuruddin Zanki yang memerintah pada fase ini melakukan beberapa langkah kebijakan untuk kenyamanan warga kota Madinah.
Beberapa upaya yang dilakukan di antaranya adalah:
1. Memperhatikan rute perjalanan untuk jemaah haji.
2. Mengirimkan harta berlimpah ke Madinah untuk digunakan memperbaiki sumber air dan jalan-jalan.
3. Ketika Sultan Nuruddin Zanki berkunjung ke Madinah pada tahun 557 H (1162 M), beliau memerintahkan pembangunan tembok baru yang dapat menampung perluasan pembangunan yang tersebar di luar tembok lama.
Kemudian Nuruddin Zanki meninggal dunia, maka kekuasaan berpindah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi. Pada masa kekuasaan Shalahuddin, beberapa langkah juga dilakukan untuk kemakmuran rakyat Madinah. Di antaranya adalah :
a. Merangkul Gubernur Madinah Al-Qosim bin Muhanna sebagai pihak yang menguasasi kota Madinah.
b. Mengirimkan harta yang berlimpah untuk kesejahteraan Madinah agar para jemaah haji terbebas dari pajak.
c. Juga mengirimkan harta kepada kabilah-kabilah agar mau menjaga kafilah dari para jemaah haji.
d. Para pemimpin Ayyubi setelah Shalahuddin Al-Ayyubi terus memperhatikan kota Madinah dan mengirimkan dana untuk kota dan penduduk Madinah.
Sehingga pada masa itu, penduduk Madinah taat di bawah pemimpin Abbasiyyah secara struktural, namun pada hakekatnya ketaatan mereka kepada orang-orang Zanki dan Ayyubi. Indah sekali kondisi Madinah yang dibangun atas dasar kesetaraan dan keadilan. Hal ini dapat menjadi rujukan dalam menata kehidupan mendatang.
Tulisan ini dinukil dari buku:
Madinah Al-Munawwarah Sejarah dan Tempat-Tempat Istimewa. Al-Madinah Al-Munawwarah Research & Studies Center, 2013, King Fahd National Library Cataloging In Publication Data.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas Surabaya dan Pemerhati Sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar