Oleh : Washil Bahalwan
Mendekati masa tahun ajaran baru,
muncul beberapa pernyataan berikut ini:
“Sekolah berkualitas pasti mahal, sekolah murah biasanya tidak
berkualitas.“
“Jangan cepat memvonis seorang anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang tidak baik pasti mempunyai perangai buruk dan begitu pula sebaliknya.“
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta syaaban thayyibal a’raq.“
“Jangan cepat memvonis seorang anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang tidak baik pasti mempunyai perangai buruk dan begitu pula sebaliknya.“
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta syaaban thayyibal a’raq.“
Ada banyak pernyataan yang muncul
di masyarakat apabila dikaitkan dengan sekolah dan itu tentunya subjektif
tergantung dari sudut pandang masing-masing. Fenomena menjelang tahun pelajaran
2019–2020 ini, ada persoalan klasik yang selalu muncul dan dialami oleh
sebagian saudara kita. Utamanya bagi mereka yang akan memasukkan anak-anaknya
ke sekolah. Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan sekolah mana
yang dipilih untuk anak-anaknya.
Seperti pernyataan di atas yaitu:
“Sekolah berkualitas pasti mahal, sekolah murah biasanya tidak berkualitas.
Jangan cepat memvonis seorang anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang
tidak baik, pasti mempunyai perangai buruk dan begitu pula sebaliknya.“
Dalam menyikapi pernyataan
tersebut, kita harus jernih dan tidak terlalu reaktif, karena pernyataan
tersebut tidak seluruhnya benar. Karena kualitas itu tergambar dari kompetensi
yang dimiliki oleh anak-anak setelah menyelesaikan pendidikan pada suatu
lembaga. Padahal berdasarkan teori, kompetensi anak bukan semata ditentukan
oleh apakah sekolah itu berkualitas atau tidak, yang sementara ini parameternya
adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua.
Banyak juga kita jumpai di
masyarakat anak yang berkualitas yang akhirnya meraih kesuksesan bukan lahir
dari sekolah mahal, akan tetapi dari sekolah yang biasa-biasa saja. Ini
menunjukkan bahwa peran sekolah tidak bisa dikatakan dominan untuk membuat anak
berkualitas dan sukses, akan tetapi ada faktor lain yang tidak dapat dipandang
sebelah mata, yaitu peran lingkungan, baik lingkungan masyarakat terlebih
lingkungan keluarga. Selain itu juga ditentukan oleh bagaimana kesungguhan anak
tersebut dalam mengembangkan wawasan, bakat dan keterampilan yang dimiliki
sehingga mendukung untuk sukses.
Dengan kata lain anak yang
bertalenta akan tetap dapat berkembang di mana pun tempatnya (apakah di sekolah
biasa atau mahal). Jadi kita tidak bisa memvonis anak yang tinggal di
lingkungan tidak baik dan bersekolah di sekolah yang murah, pasti anak itu
mempunyai masa depan suram (kita tidak boleh mendahului takdir Allah subhanahu wa ta’ala).
Oleh karena itu, kepada para
orang tua, jangan terlalu risau dan memaksakan kehendak untuk memasukkan
anaknya pada sekolah yang mahal, masukkanlah anaknya ke sekolah sesuai dengan
kemampuan.
Hal yang tidak boleh dilupakan
adalah peran orang tua khususnya ibu, untuk melakukan pendampingan sehingga
anak tersebut mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal.
Seperti syair Arab yang berbunyi:
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta syaaban thayyibal
a’raq.“
Ibu adalah sekolah utama, bila
engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Artinya, ibu adalah madrasah pertama, sebelum si anak berguru kepada orang
lain/guru/ustaz.
Ada yang
berpendapat bahwa dalam memberikan pendidikan, seharusnya orang tua tidak
menjadikan mahalnya biaya sebagai persoalan utama. Pendapat tersebut (mahalnya
biaya) adalah wajar. Namun pada sisi yang lain, pengalaman di masyarakat
menunjukkan, mahalnya biaya pendidikan menjadi persoalan serius. Seperti misalnya
dialami oleh keluarga dengan jumlah anak lebih dari tiga dan dalam waktu yang
bersamaan harus masuk sekolah pada jenjang berbeda.
Komponen
biaya seolah bukan hanya SPP saja, namun ada komponen lainnya yang harus
ditanggung oleh orang tua, misalnya uang pangkal/gedung, daftar ulang/uang
kegiatan dan masih banyak macamnya (tiap sekolah berbeda-beda). Untuk itu, kita
dapat membayangkan bagaimana pusingnya orang tua dalam menentukan pendidikan
bagi anak-anaknya.
Solusi Sekolah untuk Semua
Terhadap
persoalan klasik seperti tersebut di atas, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh banyak pihak yang terkait dengan pendidikan, yaitu:
1.
Koordinasi dan sinergi harus dibangun antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
Karena tiga tempat tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan untuk
lahirnya anak sukses.
2.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan untuk semua anak tanpa terkecuali.
Oleh karena itu, beri kesempatan anak yang berprestasi dari keluarga yang tidak
mampu secara finansial bisa bersekolah di sekolah yang berkualitas (program
kemitraan/bina lingkungan).
3. Perlu adanya subsidi silang
dalam hal pembiayaan pendidikan.
4. Sekolah harus kreatif dalam
menghimpun dana masyarakat (mencari orang tua asuh). Dapat pula dari alumni
yang sukses, lembaga-lembaga ekonomi yang ada di sekitar wilayah sekolah atau
mengoptimalkan sarana prasarana yang dimiliki untuk terhimpunnya dana.
Pada intinya bukan berarti anak
yang tidak mampu harus bebas biaya sekolah. Namun, perlu mekanisme yang
mengatur untuk anak-anak yang berkualitas agar berkesempatan sekolah di sekolah
yang berkualitas unggul tanpa harus dibebani dengan biaya yang tinggi.
Semoga tulisan ini dapat
menginspirasi kita semua untuk mengambil peran sesuai dengan posisi kita
masing-masing. Lahirnya generasi berakhlak karimah dan berprestasi merupakan
tugas dan tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama
antara keluarga dan sekolah.
Kepada Allah subhanahu wa ta’ala kita
kembalikan segala urusan, semoga ikhtiar yang dilakukan dimudahkan dan selalu
mendapat rida Allah subhanahu
wa ta’ala. Aamiin.
*Penulis adalah Ketua Lazis Yamas
Kota Surabaya dan Pemerhati Sosial.
*Tulisan
ini juga dimuat di suaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar