Masa ini bermula dari berkuasanya Sultan Utsmaniyyah yang bernama Salim ke-1 atas Mesir ( ketika itu daerah Hijaz berada di bawah kekuasaan Mesir.
Seperti pada masa – masa pemerintahan sebelumnya, penduduk Madinah sangat loyal kepada pemerintahan yang sedang berkuasa. Termasuk ketika terjadi pergantian kekuasaan. Selama pergantian itu dilakukan secara konstitusional berdasarkan pada aturan yang berlaku di Madinah. Maka ketika pemerintahan Mamalik berakhir dan tampuk kekuasaan berpindah kepada pemerintahan Utsmaniyyah, maka seketika itu penduduk Madinah taat dan patuh pada pemerintahan Utsmaniyyah.
Sebab memang kenyataannya pemerintahan Utsmaniyyah mampu membawa penduduk Madinah hidup sejahtera, karena kucuran dana dan pemberian berbagai bantuan telah diberikan kepada penduduk Madinah.
Upaya membuat penduduk Madinah merasa aman terus dilakukan. Hal itu dengan dibangunnya tembok untuk membentengi penduduk Madinah dari serangan musuh serta dibangun pula benteng yang tangguh yang dilengkapi dengan pasukan Utsmaniyyah yang siap menghalau serangan musuh. Pembangunan tembok tersebut dilakukan oleh Sutan Sulaiman Al-Qonuni pada tahun 939 H / 1532 M. Sehingga pada masa itu keamanan penduduk Madinah benar – benar terjaga, jumlah penduduk meningkat serta semangat untuk mengikuti kegiatan keilmuan semakin berkembang dan merata di berbagai daerah.
Namun pada abad ke 12 Hijriah, pengaruh pemerintahan Utsmaniyyah di Madinah mulai melemah. Hal itu ditandai dengan munculnya berbagai bahaya yang mengancam penduduk , serangan terhadap kafilah – kafilah pun semakin merajalela serta buruknya sistem keamanan. Melihat kondisi tersebut penduduk Madinah akhirnya membaiat IMAM SAUD BIN ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD ALU SAUD pada tahun 1220 H / 1805 M. Maka sejak saat itu berakhirlah periode pemerintahan Utsmaniyyah pertama dan mulailah KEKUASAAN ARAB SAUDI PERTAMA.
“ MASA PEMERINTAHAN ARAB SAUDI PERTAMA “
( 1220 – 1226 H / 1805 – 1811 M )
Hal yang dapat kita lihat adalah Madinah sering berganti kekuasaan, akan tetapi mayoritas dari kekuasaan tersebut mampu membuat penduduk Madinah hidup rukun, aman dan nyaman serta sejahtera. Karena setiap penguasa menempatkan kota Madinah sebagai bagian yang istimewa dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Begitu pula ketika Madinah di bawah kekuasaan Pemerintahan Arab Saudi yang pertama. Penduduk Madinah hidup dalam keadaan tenang dan damai selama 6 tahun ( pemerintahan Arab Saudi pertama).
Pada akhir masa pemerintahan Arab Saudi pertama, atau tepatnya tahun 1226 H / 1811 M, Muhammad Ali Pasha menyiapkan pasukan di bawah komando putranya yang bernama Thusun Pasha untuk menguasai Madinah, akan tetapi usahanya gagal.
Rupanya Muhammad Ali Pasha masih penasaran, maka disiapkanlah pasukan dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya dan kali ini dipimpin oleh putranya yang lain yang bernama Ibrahim Pasha. Pada serangan kali ini pasukan Ibrahim Pasha berhasil masuk Madinah, setelah mendapatkan perlawanan yang hebat . Maka ketika pasukan Ibrahim Pasha berhasil masuk dan menguasai Madinah, maka, sejak saat itu pula berakhirlah masa pemerintahan Kerajaan Arab Saudi yang pertama di kota Madinah Al-Munawwarah.
“ MASA PEMERINTAHAN MUHAMMAD ALI PASHA “ ( 1226 – 1256 H / 1811 – 1840 M )
Di bawah kepemimpinan Muhammad Ali Pasha yang menjabat sebagai gubernur Mesir, Madinah memulai era baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana pengaturan teknis pemerintahannya diteruskan oleh dua putranya yaitu Thusun Pasha dan Ibrahim Ali Pasha.
Kehidupan penduduk Madinah kembali seperti masa kekhalifahan Utsmaniyyah. Langkah yang dilakukan oleh Ibrahim Ali Pasha adalah :
✅ merekonstruksi tembok pelindung.
✅memperbaiki benteng dan merenovasi masjid Nabawy.
✅Disamping itu Ibrahim Ali Pasha juga membangun Takiyyah ( rumah sosial ) yang besar yang digunakan untuk membagikan uang dan makanan kepada para fakir miskin.
Karena itu dalam masa pemerintahan Ibrahim Ali Pasha, kehidupan penduduk Madinah dalam suasana aman, nyaman dan tenteram dalam beberapa waktu lamanya.
Dan pada tahun 1256 H / 1840 M, Muhammad Ali Pasha menarik kekuatannya dari Madinah dan menyerahkan kembali kota Madinah kepada pasukan Utsmaniyyah.
“MASA PEMERINTAHAN UTSMANIYYAH KEDUA“ (1256 – 1337 H / 1840 – 1918 M)
Pada awal masa pemerintahan Utsmaniyyah kedua ini, Madinah Al-Munawwaroh hidup dalam keadaan tenang dan damai. Ketika Madinah di bawah pemerintahan Daud Pasha, tepatnya tahun 1260 H / 1844 M, telah mengadakan berbagai perbaikan. Diantaranya adalah : rekontruksi masjid Nabawy atas perintah Sultan Abdul Majid.
Dan ketika Sultan Abdul hamid ke-2 mengambil alih pemerintahan Utsmaniyyah, ia melakukan beberapa pencapaian di kota Madinah yang itu menunjukkan kondisi kota Madinah mengalami perkembangan yang pesat. Beberapa capaian yang telah dihasilkan adalah : membuat stasiun telekomunikasi tanpa kabel, membuat stasiun pembangkit listrik untuk Masjid Nabawy dan sekitarnya, membuat jalur telegram antara Istambul dan Madinah dan juga membuat jalur kereta api Hijaz yang datang dari Istambul dan Syam. Dari capaian tersebut, kota Madinah mengalami perubahan yang besar dan itu berkorelasi positif dengan khidupan masyarakat Madinah yang semakin sejahtera, aman dan damai.
Dari beberapa capaian tersebut juga berpengaruh pada tingkat kunjungan ke kota Madinah semakin bertambah, perniagaan semakin aktif dan para imigran yang ingin masuk ke kota Madinah juga semakin banyak dan bahkan berasal dari seluruh penjuru dunia Islam. Sehingga jumlah penduduk bertambah berlipat ganda, hingga jumlahnya mencapai 80.000 jiwa hanya dalam satu dekade saja.
Namun diakhir masa pemerintahan Utsmaniyyah, ketika terjadinya Perang Dunia Pertama ( PD I ), pasukan Syarif Husain yang memberontak melawan pemerintahan Utsmaniyyah dan meminta bantuan kepada sekutu untuk menyerang kota Madinah pada tanggal 4 Sya’ban tahun 1334 H / 6-6-1916 M. Akan tetapi usaha mereka untuk menyerang kota Madinah gagal dihadapan pasukan Utsmaniyyah yang dikomandoi oleh Fakhri Pasa. Serangan demi serangan dilancarkan oleh pasukan Syarif Husain ke kota Madinah, tetapi Alhamdulillah atas izin dan kuasa Allah SWT selalu gagal.
Akibat dari serangan tersebut, kota Madinah dikepung dari berbagai arah yang berakibat pada bahan makanan mulai menipis, wabah penyakit mulai menyebar, mayoritas penduduk mulai meninggalkan kota Madinah hingga tersisa beberapa orang saja.
Ketika Perang Dunia Pertama berakhir dan Turki menandatangani perjanjian damai dengan Sekutu, maka kota Madinah diserahkan kepada pasukan Syarif Husain. Maka sejak saat itulah Madinah di bawah kekuasaan pasukan Syarif Husain.
“ MASA PEMERINTAHAN HASYIMIYYAH “
( 1337 – 1344 H / 1918 – 1925 M )
Begitu Syarif Ali Bin Husain mengambil alih pemerintahan Madinah. Maka kemudian dilakukan penataan berbagai bidang terutama manajemen pemerintahan dan lingkungannya. Dari penataan yang dilakukan tersebut menyebabkan dana dan bantuan mulai berdatangan, para penduduk yang sempat keluar Madinah kembali ke kota Madinah .
Pada tahun 1343 H / 1924 M, para tokoh masyarakat di Madinah mengirim utusan kepada Raja Abdul Aziz Bin Abdur Rahman Alu Saud dan bertemu di pinggiran kota Jeddah. Dari pertemuan tersebut telah disepakati bahwa kota Madinah akan diserahkan kepada Raja Abdul Aziz Bin Abdur Rahman Alu Saud serta penjaminan keamanan rakyatnya.
Putra Raja Abdul Aziz Bin Abdur Rahman Alu Saud yang bernama Pangeran Muhammad yang waktu itu hadir, langsung menerima mandat atas kota Madinah dan rakyatnya pada tanggal 19 Jumadal ula tahun 1344 H / 5 April 1925 M. Maka sejak saat itulah, mulainya masa pemerintahan Arab Saudi sampai sekarang ini.
“KERAJAAN ARAB SAUDI“
Masa pemerintahan kerajaan Arab Saudi saat itu , kota Madinah banyak mengalami kemajuan – kemajuan dan itu berlangsung secara berkesinambungan. Krisis dan konflik politik dapat terselesaikan, keamanan terkendali dan terkontrol. Disamping itu aspek ekonomi, sosial dan budaya bergerak maju menuju perbaikan dan penyempurnaan.
Secara umum gerak perdagangan mengalami perkembangan yang pesat yang itu memacu tumbuhnya pasar komersial besar yang terbagi di empat sisi kota Madinah.
Masjid Mabawy mendapat perhatian yang luar biasa. Hal itu ditandai dengan adanya perbaikan dan perluasan yang diadakan secara terus menerus mulai zaman Raja Abdul Aziz dan diteruskan pada zaman anak-anaknya hingga saat sekarang ini. ( dapat dilihat dipembahasan selanjutnya pada artikel yang berjudul “ Sejarah Pembangunan Masjid Nabawy “.
Daerah Markaziyyah ( pusat ) yang berada di sekeliling Masjid Nabawy menyaksikan suatu kejayaan dalam hal tata kota, yang perluasannya masih berlanjut sampai saat ini.
Beberapa bangunan pendukung di sekitar masjid Nabawy telah berdiri dengan megah. Diantaranya komplek perhotelan dan komersial dibangun di tempat tersebut yang mampu menampung ratusan ribu baik pengunjung maupun jamaah haji maupun umroh serta menyediakan layanan tempat tinggal dan perbelanjaan yang terbaik.
Dari arah timur Masjid Nabawy yang berjarak 5 Km, saat ini sedang berlangsung pembangunan proyek “ Kota Pengetahuan dan Perekonomian “. Sebuah komplek yang memiliki daya tarik bagi para pakar, penemu,pusat riset,universitas,institut,perusahaan maju dan para pengusaha.
Direncanakan dalam komplek tersebut yaitu “ Kota Pengetahuan dan Perekonomian “ menyediakan kebutuhan tempat tinggal yang nyaman, menarik dan terbaik. Karena lokasinya dekat dengan masjid Nabawy, penuh fantasi dan menjanjikan kemajuan ekonomi untuk mereka yang bertempat tinggal disana.
Hal lain yang menarik dari komplek kota pengetahuan dan perekonomian adalah terhubung langsung dengan Masjid Nabawy dengan jalur transportasi modern ( metro ). Dan yang harus diketahui di komplek itu juga dirancang untuk tujuan pencapaian peradaban tingkat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar