Oleh : Washil Bahalwan
BAGIAN PERTAMA
Aly Bin Zein Bahalwan. Sepenggal Perjalanan Aly bin Zein Bahalwan yang ditulis dan diabadikan oleh abah Zein bin Abdurrahman Bahalwan dalam huruf “Arab Pego”.
Artinya : Aly bin Zein Bahalwan lahir di Banda Neira pada 19 Muharram 1336 Hijriyah, transit di Surabaya pada 11 Rajab 1344 Hijriyah. Dalam umurnya 8 tahun 6 bulan 21 hari ketika mendaftar dalam Madrasah Al-Ma’arif Islamiyyah ada yang nyuruh masuk disana.
Nah pada edisi 12 ini, penulis akan mengangkat sisi lain dari sosok ALY BAHALWAN yang kebetulan juga aktif dalam kepanduan ( pandu ) serta aktivitas pendukung lainnya. Dan itu menunjukkan bahwa Aly Bahalwan mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif serta berusaha semaksimal mungkin agar apa yang dilakukan bernilai manfaat baik bagi dirinya maupun masyarakat sekitarnya. Berikut ini adalah paparan selengkapnya.
Pada zaman dahulu, hiburan tidak sebanyak sekarang ini. Sehingga mengumpulkan anak-anak untuk mengikuti kegiatan sangat mudah. Karena dengan mengikuti kegiatan itu menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak. Termasuk mengikuti kepanduan ( pandu ). Hampir bisa dipastikan, zaman dahulu, anak laki-laki pasti masuk menjadi anggota pandu. Termasuk Aly Bahalwan dan juga Noval Bahalwan. menjadi anggota pandu Al-Irsyad sebagai cikal bakal dari pramuka Gudep 77 Al-Irsyad Surabaya. Kenapa Aly Bahalwan , Noval Bahalwan dan juga anak-anak lainnya termasuk penulis sendiri aktif dalam pandu atau pramuka ? Karena dalam kepanduan atau pramuka disamping kita mendapat hiburan, kita juga dilatih berbagai ketrampilan dan tanggungjawab,disiplin,kerjasama,peduli pada sesama dll. Misalnya sangat berbeda anak yang ikut pandu dengan tidak, dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Anak pandu atau pramuka cenderung cepat tanggap terhadap persoalan yang muncul dan berusaha sekuat tenaga untuk mencari solusi terlebih dahulu dari pada mencari siapa biangnya.
Bentuk keterlibatan pandu berikut ini. Ketika ada persoalan antara etnis tertentu dengan Mariner. Banyak orang membopong korban yang terluka untuk selanjutnya dibawah ke emperan sekolah Al-Irsyad, Danakarya 46 Surabaya. Seketika itu anak-anak mengambil tikar untuk alas korban terluka. Kebetulan saat itu ada dokter BIRON NUR YASIN dari Madura yang menetap dan praktek di Surabaya. Maka dokter Biron menyuruh kakak Pembina untuk merawatnya. Dan abang penulis, Aly Bahalwan langsung membagi-bagikan obat yang dibawah dari PMI, dimana dia bekerja secara gratis. ( dikutip dari Doa,Cinta dan Harapan. Melodi Perjalanan Abdul Aziez Bahalwan ).
Memasuki masa transisi pemerintahan, Aly Bahalwan menjadi bagian dari inspektorat jenderal polisi yang dinas di Seksi V ( sekarang kantor POLSEK SIMOKERTO, Jl. Kapasan Surabaya ). Dan karena kebutuhan system, Aly Bahalwan mendapat tugas di wilayah Gresik. Namun bersamaan dengan itu, keluarga juga sangat mengharapkan Aly Bahalwan untuk memberikan waktu yang lebih banyak , maka dengan berat hati permintaan untuk pindah ditolak dan Aly Bahalwan memilih mengundurkan diri dan selanjutnya Aly Bahalwan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga. Suatu kondisi ( berkumpul dengan keluarga ) tidak mungkin terjadi, manakala dia ( Aly Bahalwan ) masih berdinas di kepolisian.
Bentuk keterlibatan pandu berikut ini. Ketika ada persoalan antara etnis tertentu dengan Mariner. Banyak orang membopong korban yang terluka untuk selanjutnya dibawah ke emperan sekolah Al-Irsyad, Danakarya 46 Surabaya. Seketika itu anak-anak mengambil tikar untuk alas korban terluka. Kebetulan saat itu ada dokter BIRON NUR YASIN dari Madura yang menetap dan praktek di Surabaya. Maka dokter Biron menyuruh kakak Pembina untuk merawatnya. Dan abang penulis, Aly Bahalwan langsung membagi-bagikan obat yang dibawah dari PMI, dimana dia bekerja secara gratis. ( dikutip dari Doa,Cinta dan Harapan. Melodi Perjalanan Abdul Aziez Bahalwan ).
Memasuki masa transisi pemerintahan, Aly Bahalwan menjadi bagian dari inspektorat jenderal polisi yang dinas di Seksi V ( sekarang kantor POLSEK SIMOKERTO, Jl. Kapasan Surabaya ). Dan karena kebutuhan system, Aly Bahalwan mendapat tugas di wilayah Gresik. Namun bersamaan dengan itu, keluarga juga sangat mengharapkan Aly Bahalwan untuk memberikan waktu yang lebih banyak , maka dengan berat hati permintaan untuk pindah ditolak dan Aly Bahalwan memilih mengundurkan diri dan selanjutnya Aly Bahalwan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga. Suatu kondisi ( berkumpul dengan keluarga ) tidak mungkin terjadi, manakala dia ( Aly Bahalwan ) masih berdinas di kepolisian.
Aly Bahalwan (Inspektur Seksi V Surabaya) Jl. Kapasan Surabaya Tahun 1947. Aly Bahalwan (Urutan 11 dari kanan tengah), lihat lingkaran hijau.
Disamping aktif sebagai polisi, dalam perjalanan berikutnya, Aly Bahalwan juga aktif dalam kegiatan sosial yang dikoordinir oleh Dinas Sosial. Salah satu tugas Dinas Sosial adalah, bagaimana melayani dan merespon permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Misalnya masalah korban bencana alam ( tanah longsor, banjir, kebakaran, gempah dll ). Maka Dinas sosial dituntut untuk segera mungkin merespon permasalahan tersebut dan mengkoordinasikan dengan instansi pendukung lainnya. Saat itu sebagai ketua dinas sosial adalah Charles Olke Van Der Plas dan bertindak sebagai bagian hubungan masyarakat ( HUMAS ) adalah Aly bahalwan. Tugas Aly Bahalwan adalah menyampaikan atau mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dinas sosial untuk segera diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Dan ternyata sebelum menjadi komandan dinas sosial, Charles Olke Van Der Plas pernah menjadi Gubernur Jenderal Belanda di Jawa timur terhitung mulai tanggal 18 Mei 1936 sampai dengan 30 Juni 1941.
Pengabdian Aly Bahalwan berikutnya adalah tetap dalam bidang sosial dan kemanusiaan yaitu PMI ( Palang Merah Indonesia ). Ketika Aly Bahalwan mendapat tugas di PMI, maka tidak merasakan kesulitan dalam beradaptasi. Karena sebelumnya telah menangani permasalahan di dinas sosial. Jadi tidak kaget. Sebagai ketua PMI saat itu adalah Bpk. Supardi dan Aly Bahalwan sebagai sekretaris. Sedang kepala gudang dipegang oleh Rugayah Baadilla yang tidak lain adalah istrinya Aly Bahalwan sendiri. Waktu itu ada musibah yang dialami oleh masyarakat, maka PMI langsung bergerak dengan memberikan bantuan berupa nasi goreng kaleng dan susu SKIM disamping juga memberikan pengobatan gratis. Boleh dikatakan sebagian besar waktu Aly Bahalwan dihabiskan untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan ( mungkin itu panggilan jiwa ).
Karena hoby berat, bersama Helmi Bahalwan, Aly Bahalwan termasuk pendiri kelompok perburuan di Surabaya. Mereka berburu sebulan sekali ketika terang bulan. Perburuan dilaksanakan di Triorejo-Panceng-Gresik dan Tanjung Kodok-Paciran-Lamongan. Sasarannya adalah burung, kelinci dan babi hutan. Untuk babi hutan, ketika dapat,maka biasanya dibarter dengan pemburu non muslim, atau kita berikan Cuma-Cuma. ( dikutib dari Doa,Cinta dan Harapan. Melodi Perjalanan Abdul Aziez Bahalwan ). Menurut hemat penulis, latihan berburu sangat baik untuk melatih konsentrasi, ketepatan dalam mengambil keputusan dan sikap kewaspadaan yang tinggi harus tetap terjaga.
Menurut Umar Bin Hasan Bahalwan, ketika berkunjung ke rumah penulis tahun 1980-an mengatakan, Kalau saya ke rumah ini ( Nyamplungan VIII/69 Sby ) banyak kenangan dan teringat proses kepindahan Aly Bahalwan ke Jl. Salak 28 Surabaya. Masih menurut Umar Bin Hasan Bahlawan , kepindahan Aly Bahalwan waktu itu ( sekitar tahun 1948-an ) cukup unik dan berkesan sekali, apabila dilihat dari kacamata sekarang ini. Mengapa ? karena kepindahannya menggunakan “ CIKAR “. Dipilihnya cikar sebagai alat transportasi kepindahan adalah semata-mata efektif dan efisien. Yaitu barang-barangnya Aly Bahalwan kan relatif banyak. Dan cikar adalah sarana transportasi yang panjang dan lebar, sehingga dapat menampung barang-barang Aly Bahalwan yang banyak tadi. Jadi cikar hanya digunakan untuk mengangkut barang-barang saja. Untuk menemai si pengendali cikar adalah Umar Bin Hasan Bahalwan sekaligus sebagai penunjuk jalan. Umar Bin Hasan Bahalwan sangat akrab ( shohib kenthel ) dengan Aly bahalwan dan juga masih misanan sendiri. Maka tidak heran dialah ( Umar Bin hasan Bahalwan ) yang mengatur semua proses kepindahan Aly Bahalwan.
Karena hoby berat, bersama Helmi Bahalwan, Aly Bahalwan termasuk pendiri kelompok perburuan di Surabaya. Mereka berburu sebulan sekali ketika terang bulan. Perburuan dilaksanakan di Triorejo-Panceng-Gresik dan Tanjung Kodok-Paciran-Lamongan. Sasarannya adalah burung, kelinci dan babi hutan. Untuk babi hutan, ketika dapat,maka biasanya dibarter dengan pemburu non muslim, atau kita berikan Cuma-Cuma. ( dikutib dari Doa,Cinta dan Harapan. Melodi Perjalanan Abdul Aziez Bahalwan ). Menurut hemat penulis, latihan berburu sangat baik untuk melatih konsentrasi, ketepatan dalam mengambil keputusan dan sikap kewaspadaan yang tinggi harus tetap terjaga.
Menurut Umar Bin Hasan Bahalwan, ketika berkunjung ke rumah penulis tahun 1980-an mengatakan, Kalau saya ke rumah ini ( Nyamplungan VIII/69 Sby ) banyak kenangan dan teringat proses kepindahan Aly Bahalwan ke Jl. Salak 28 Surabaya. Masih menurut Umar Bin Hasan Bahlawan , kepindahan Aly Bahalwan waktu itu ( sekitar tahun 1948-an ) cukup unik dan berkesan sekali, apabila dilihat dari kacamata sekarang ini. Mengapa ? karena kepindahannya menggunakan “ CIKAR “. Dipilihnya cikar sebagai alat transportasi kepindahan adalah semata-mata efektif dan efisien. Yaitu barang-barangnya Aly Bahalwan kan relatif banyak. Dan cikar adalah sarana transportasi yang panjang dan lebar, sehingga dapat menampung barang-barang Aly Bahalwan yang banyak tadi. Jadi cikar hanya digunakan untuk mengangkut barang-barang saja. Untuk menemai si pengendali cikar adalah Umar Bin Hasan Bahalwan sekaligus sebagai penunjuk jalan. Umar Bin Hasan Bahalwan sangat akrab ( shohib kenthel ) dengan Aly bahalwan dan juga masih misanan sendiri. Maka tidak heran dialah ( Umar Bin hasan Bahalwan ) yang mengatur semua proses kepindahan Aly Bahalwan.
BAGIAN KEDUA
Berikut ini terjemahan dari foto diatas :
Lord Robert Baden Powel of Gilwell
Bapak Pandu Sedunia
• Dengan hormat, Saya akan melakukan yang terbaik
• Melaksanakan tugas untuk Tuhan dan Negaraku serta mematuhi hukum pramuka;
• Membantu orang lain setiap saat;
• Menjaga fisik senantiasa kuat, mental terjaga, serta moral yang baik.
• Seorang pandu mengatakan kebenaran. Ia memelihara janjinya. Kejujuran adalah bagian dari kode etik. Setiap orang dapat bergantung padanya.
• Seorang pandu jujur kepada keluarganya, pemimpin pramuka, teman, sekolah dan bangsa.
• Seorang pandu perhatian terhadap orang lain. Ia rela melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa bayaran atau hadiah.
• Seorang pandu adalah teman untuk semua. Ia adalah saudara pandu lainnya. Ia berusaha untuk memahami lainnya. Ia menghormati setiap ide dan adat istiadat yang lain melebihi miliknya.
• Seorang pandu sopan kepada semua orang tanpa memandang usia atau posisi. Ia tahu cara berperilaku sehingga lebih mudah untuk bergaul bersama yang lain.
• Seorang pandu memahami bahwa ada kekuatan untuk menjadi lembut. Ia memperlakukan orang lain selayaknya Ia ingin diperlakukan. Ia tidak melukai atau membunuh tanpa alasan.
• Seorang pandu mengikuti aturan keluarga, sekolah dan pasukannya. Ia mematuhi hukum masyarakat dan Negaranya. Jika Ia berfikir aturan-aturan dan hukum tersebut tidak adil, Ia mencoba untuk merubah secara tertib daripada melanggarnya.
• Seorang pandu mencari titik terang dari sesuatu. Ia melakukan tugas-tugasnya dengan gembira. Ia mencoba untuk membuat orang lain bahagia.
• Seorang pandu bekerja untuk membiayai diri sendiri dan menolong orang lain. Ia menabung untuk keperluan tidak terduga. Ia melindungi dan melestarikan Sumber Daya Alam. Ia dengan hati-hati menggunakan waktu dan harta benda.
• Seorang pandu dapat menghadapi bahaya bahkan saat Ia takut. Ia berkelana dengan orang-orang yang percaya pada hidup dengan cita-cita yang sama. Ia senantiasa menjaga rumah dan komunitasnya bersih.
• Seorang pandu patuh terhadap Tuhan. Ia setia terhadap tugas agamanya. Ia menghormati kepercayaan orang lain.
• Bersiaplah
• Lakukan kebaikan setiap hari.
Selain Aly Bahalwan, Noval Bahalwan juga aktif dalam pandu Al-Irsyad. Hal ini seperti yang pernah diceritakan oleh abah (Zein bin Abdurrahman Bahalwan), disaat santai di rumah. Abah penulis mengatakan bahwa, "Abangmu (Noval) juga aktif dalam kepanduan dan drum band Al-Irsyad Surabaya. Pada saat itu abangmu (Noval) pegang SERULING BAMBU yang menjadi identitas khusus dari drum band Al-Irsyad Surabaya."
Di Al Irsyad Surabaya ada lembaga sosial yang waktu itu bernama ”Hai’ah Mabarrotul Irsyad”, yang berdiri tahun 1947. Lembaga tersebut didirikan oleh Abdullah Bin Yahya Baya’syut sekaligus sebagai ketua. Dan Abdullah Bin Hadi Bin Thalib menjadi sekretaris. Sedang Muhammad Umar Bahala dan Abu Bakar Alamudi sebagai koordinator perlengkapan. Badan sosial ini tidak hanya menangani pelaksanaan zakat fitrah dan penerimaan serta pembagian daging kurban, akan tetapi juga membantu pemerintah dalam menangani masalah-masalah sosial termasuk bencana alam. Kehadiran lembaga ini (Hai’ah Mabarrotul Irsyad) sangat dinanti dan mendapatkan respon positif dari pemerintah.
Satu hal yang selalu diingatkan oleh pengurus kepada panitia yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan adalah ”Panitia harus melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Kejujuran, Ikhlas dan tidak menghambur-hamburkan uang serta tujuannya semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.” Karena itulah lembaga sosial ini mendapat kepercayaan dari masyarakat yang luar biasa. Dan bahkan mekanisme kerja dari Hai’ah Mabarrotul Irsyad ketika diangkat melalui surat kabar, banyak ormas-ormas Islam yang ingin mempelajari secara langsung system kerja lembaga sosial ini. Demikian kata Ustadz Abdullah Bin Yahya Baya’syut. (dikutip dari Info Al-Irsyad edisi 19 Dzulhijjah 1420 H).
Pernah suatu ketika Hai’ah Mabarrotul Irsyad dalam pelaksanaan zakat fitrah, mendapatkan beras 10 ton. Saat itu bertindak sebagai koordinator kegiatan adalah pemerintah provinsi yang diketuai oleh Bpk.Supardi (Bupati Surabaya saat itu), sedang Aly Bahalwan menjadi sekretaris). Banyaknya masyarakat yang mempercayakan pembagian zakat fitrah ke Hai’ah Mabarrotul Irsyad, dikarenakan lembaga sosial ini amanah dan professional dalam melaksanakan kegiatan. Sehingga pemerintah tidak segan-segan menggandengnya untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan sosial.
Dan untuk melaksanakan program kerja dari Hai’ah Mabarrotul Irsyad, maka dibentuklah relawan. Dan relawan yang sering dilibatkan dalam aksinya adalah Pandu Al-Irsyad Surabaya. Termasuk ketika terjadi bencana banjir di Perak- Jombang akibat meluapnya Bengawan Solo. Anak-anak pandu Al-Irsyad bergotong royong melaksanakan tugas evakuasi korban banjir serta mendistribusikan sembako. Namun seiring dengan konflik dalam negeri yang tidak menentu (sebelum meletusnya G.30 S. PKI), maka tahun 1964, Hai’ah Mabarrotul Irsyad vakum atau berhenti sementara.
Sahabat seangkatan dan seperjuangan di pandu dengan Noval (Ompak) Bahalwan adalah Geys Marta’. Ketika tahun 1990-an, saat penulis bermain ke rumahnya di Jl. Petukangan no. 1 Surabaya (belakang rumah sakit Al-Irsyad). Geys cerita, bahwa antara saya (Geys dengan abangmu Noval) adalah teman senasib seperjuangan. ”Sangat aktif dan terampil dalam kepanduan serta ringan tangan, ketika ada teman yang membutuhkan pertolongan”. Demikian kata Geys Marta’ kepada penulis. Sehingga persahabatan antara abangku Noval dengan Geys Marta’ sangat akrab. Karena ada kecocokan. Namun setelah aktif di kepanduan, Geys Marta’ memilih jalur usaha sendiri, dengan membuka toko di Pasar turi surabaya. Dan setelah Geys Marta’ meninggal, usahanya diteruskan oleh anaknya.
Setelah aktif di pandu, berikutnya Noval bekerja di EMKL. Sehingga waktunya banyak dihabiskan di area pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kehidupan pelabuhan yang keras menjadikan Noval lebih tertantang untuk semakin kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Perjalanan Noval berikutnya adalah membina rumah tangga,Noval menikah dengan Hindun Batho’ dan dikaruniai dua orang anak yaitu Honsa’ dan Inez. Tempat tinggal Noval saat itu adalah di Jl.Sukodono II Surabaya. Tahun 1979 ketika ramai-ramainya orang menggunakan ORARI sebagai alat komunikasi udara, maka Novalpun bergabung menjadi komunitas ORARI. Komunitas ORARI dimana Noval menjadi ketuanya bernama ”PECHOOK” yang wilayahnya meliputi Surabaya dan sekitarnya. Noval Zain (Om Pak) adalah Bapak Lurah PECHOOK yaitu julukan untuk ketua grup CB. Beberapa anggotanya, diantaranya adalah Aufa bahalwan, Abdul Aziez Bahalwan, Saleh (Alex) Basymeleh, Abu Bin Kuddeh (Abu Tual) dan Hendro Cino (karena etnis Cina). Pokoknya anggotanya adalah lintas etnis dan agama. Akan tetapi kita saling menjaga dan menghormati satu sama lain. Selain PECHOOK, ada lagi VIKING, juga grup CB dan masih banyak yang lainnya. Fungsi dan manfaatnya sama dengan grup whatsapp yang ada di zaman sekarang ini yaitu saling memberi informasi. Jika di whatsapp, pembuat grup disebut admin, namun jika di CB ketua koordinatornya dijuluki pak lurah.
Petualangannya belum berhenti, tahun 80-an, Noval Zain menjajal dunia jurnalistik. Insting jurnalisnya tajam terhadap persoalan-persoalan yang menjadi perhatian publik. Dengan gaya tulisannya yang lugas dan analisanya yang tajam, maka tulisan-tulisan Noval banyak disukai oleh pembaca. Noval bergabung dengan harian ”POS KOTA” yang dalam tulisannya (liputannya) selalu diakhiri dengan NOVAL ZAIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar